Berikut ini saya bagikan narasi kelompok dimana saya mendapat tugas mewakili Keuskupan Agung Jakarta dalam mengenali wajah Jesus diantara keberagaman kebudayaan setempat.
Saya seorang ibu dengan 3 remaja yang kesehariannya berprofesi sebagai seorang konsultan SDM yang dipercaya untuk mengelola beberapa klien. Selain itu pada periode kedua di Dewan Paroki Santa Perawan Maria Ratu saya juga bertanggungjawab sebagai koordinator bidang pewartaan yang memastikan berjalannya kegiatan bina iman, kom-sos, seksi panggilan, katekis dan kerasulan kitab suci agar searah dengan visi KAJ. Dibidang kemasyarakatanpun masih harus menyisakan waktu sebagai pengurus pusat salah satu partai politik. Menjadi tantangan berat untuk saya menemukan waktu dan cara pelayanan khususnya dalam pewartaan Kabar Baik. Diantara kesibukan yang ada saya memulai pelayanan pewartaan Kabar Baik di dunia maya sejak bulan Maret 2008 ditandainya dengan lahirnya website saya: www.ratnaariani.com dengan nama “Fiat Voluntas Tua”. Dalam blog ini setiap hari saya menuliskan renungan harian sejalan dengan kalender Gereja. Kemudian saya bagikan ke berbagai milis dimana saya menjadi member atau “koster”nya, terkadang saya bagikan juga lewat FB dan Twitter. Tulisan dan renungan kawan serta dari beberapa romo termasuk artikel serta kesaksian menarik juga diupload untuk meneguhkan iman netter (pembaca).
Lahirnya blog
Kebiasaan ini dimulai beberapa tahun sebelumnya dimana setelah mengalami pergumulan iman dan pertobatan pribadi saya tergerak untuk mengambil bagian dalam pewartaan Sabda Tuhan. Tetapi keterbatasan waktu membuat saya sulit terlibat dalam berbagai kegiatan baik di paroki maupun komunitas lingkungan. Upaya mendisiplinkan diri untuk membaca Sabda Tuhan setiap hari, membuat saya ingin membagikannya kepada teman lewat SMS. Hal ini saya lakukan sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor sambil mendoakan setiap orang yang saya kirimi penggalan ayat Kitab Suci. Dalam satu hari saya bisa mengirimkan SMS ke lebih dari 150 orang – ada yang menerima dengan senang hati, ada yang tidak merespon dan ada juga yang menolak dikirimi lagi. Hal ini tetap saya lakukan dalam beberapa bulan karena saya ingin berbagi betapa indahnya Sabda Tuhan yang hidup dalam keseharian kita; bukan sekedar teks yang dibaca hari Minggu saat Misa, tetapi sungguh dapat menjadi makanan batin dan rohani setiap saat seperti layaknya makanan jasmani yang kita santap 3 kali sehari. Beberapa bulan kemudian saya menghentikan layanan doa dan SMS tersebut dan meningkat dengan menuliskan refleksi harian dan dibagikan melalui berbagai milis. Akhirnya melalui milis saya berkenalan dengan beberapa romo yang mendorong saya memiliki blog agar dapat menyimpan dan berbagi semua kesaksian dan renungan saya ke lebih banyak orang di dunia maya.
Sejak mengelola blog berisi refleksi pribadi,tersebut saya mulai meningkatkan pelayanan dari ‘kalangan sendiri’ masuk ke dunia maya dimana bersinggungan dengan berbagai macam netter. Mulai dari yang seiman, berbeda gereja, beda iman bahkan yang agnostik sekalipun. Disinilah mulai muncul berbagai tantangan, tetapi bagi setiap pewarta Kabar Baik, kita harus siap -baik atau tidak baik waktunya, tetap harus mewartakan Sabda Tuhan.
Tujuan karya pewartaan melalui dunia maya adalah untuk menyapa mereka yang tidak memiliki waktu bagi kegiatan menggereja sibuk dengan pekerjaan dan memiliki mobilitas tinggi, tetapi masih ada waktu untuk surfing di dunia maya. Disadari pula saat ini masih banyak umat katolik yang belum akrab dan agak fobia dengan Kitab Suci; takut salah mengartikan, alih-alih belajar justru memilih tidak membaca Kitab Suci. Hal ini juga dapat disimak dari minimnya kehadiran umat saat pendalaman Kitab Suci. Beberapa netter yang awalnya ‘nyangkut’ tidak sengaja di blog tersebut, akhirnya memutuskan menjadi ‘pelanggan’ setia. Saat ini rata-rata ada 200 kunjungan saat weekdays, umumnya menurun saat weekend karena kebanyakan netter offline.
Apa yang dicari netter?
Lebih dari 200 ribu kunjungan yang masuk dari berbagai negara, mereka menemukan blog tersebut secara tidak sengaja saat ‘searching’ atau ‘blog walking’. Ada yang menarik dari data statistik dari kunjungan netter selama 3 tahun berdasarkan frekwensi searching key words, dari sini dapat disimak apa yang ada di benak netter :
1) penampakan Jesus (4,593 kali); Jesus (3,531 kali)
2) melahirkan (1,637 kali); orang melahirkan (852 kali)
3) anggur (1,037 kali )
4) tuhan Jesus (943 kali); Jesus kristus (935 kali ); gambar Jesus ( 690 kali )
5) perubahan social (920 kali); perubahan sosial budaya (733 kali)
6) 666 (806 kali); 666 angka setan (798 kali); setan 666 (757 kali)
7) bunda maria (744 kali)
8) kebun anggur (671 kali)
9) salib Jesus (559 kali )salib (551 kali)
Dari kata-kata yang digunakan “searching” di dunia maya dapat dipahami adanya suatu kerinduan akan pengalaman pribadi bersama Jesus serta pengagungan terhadap Bunda Maria. Disisi lain juga ada keresahan terhadap fenomena perubahan sosial dan berbagai gempuran ajaran kelompok fundamentalis dengan mengartikan angka ‘666’. Masih banyak hal lainnya yang menandakan kegalauan dalam menghadapi tantangan kehidupan seperti mereka yang jobless, kesulitan dalam usaha, hubungan dengan keluarga, masalah pasangan hidup dsb. Didalam dunia maya, data seperti ini relatif mudah didapatkan walau sebarannya memang sulit dikenali profil netternya dibandingkan survey yang dilakukan terbatas pada paroki. Tetapi paling tidak kita bisa merasakan kebutuhan ‘umat’ di dunia maya dengan pendekatan pastoral berbasis data temuan diatas.
Komunitas “Keuskupan” Maya
Lambat lain saya mulai mendapat kenalan baru, dimulai dari bertegur sapa ringan lewat surel (surat elektronik) di japri (jaringan pribadi) berlanjut sampai konseling lewat YM (Yahoo Messenger), FB (Face Book) dan BB (Black Berry). Melalui sarana teknologi, saya dapat menemani dan mendampingi netter tanpa harus bertatap muka dan menghabiskan waktu di jalan raya kota Jakarta. Pelayanan ini berkembang tanpa mengenal waktu, bisa pagi-pagi buta hingga larut malam. Bahkan dimanapun saya berada pada saat bertugas di daerah, pewartaan dan pelayanan di dunia maya ini tidak berhenti. Karena tuntutan pekerjaan yang membuat saya senantiasa on-line, maka semakin sering saya on-line, semakin tinggi interaksi saya. Banyak pertanyaan disampaikan seputar iman katolik dari rekan muda, pertanyaan tentang hidup berkeluarga dari para pasutri, bahkan sekitar kemasyarakatan serta hubungannya dengan ajaran gereja. Pengalaman pribadi dalam menghadapi kegoncangan iman, pergumulan kehidupan berkeluarga dan juga kehidupan menggereja dan bermasyarakat membantu saya berbagi kesaksian iman dengan mereka.
Disisi lain, melalui blog saya juga sering mendapat peneguhan melalui serangkaian diskusi dengan beberapa romo secara on-line via japri maupun chatting (mengobrol lewat YM/FB). Walaupun sudah sering ‘ngobrol’, saya baru berjumpa para romo ini beberapa tahun kemudian, bahkan ada yang sampai sekarang belum pernah ‘kopi darat’ karena berbeda benua. Ada juga beberapa imam yang mengambil inspirasi dari blog ini sebagai bahan homili. Tentu ini suatu kehormatan bagi seorang awam seperti saya.
Dengan adanya pewartaan di dunia maya, semakin disadari betapa besar tantangan hidup menggereja disekitar kita. Begitu banyak anakmuda yang ‘bingung’ menentukan pilihan dalam hidup karena tidak jelasnya panutan yang diambil, mereka kehilangan figure karena orangtuanya pun tidak membimbing iman anak-anaknya sesuai dengan perjanjian di altar. Perkembangan teknologi membuat hubungan manusia menjadi menipis ; teknologi komunikasi telah menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Bahkan hubungan keluarga dalam perkawinanpun bisa terganggu karenanya. Ini menjadi tantangan bagi setiap orang yang menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi “penjala manusia”, diperlukan berbagai cara dan kreativitas untuk menemukan para domba yang setengah hilang, bahkan terluka dan tersembunyi didunia maya sekalipun.
Inspirasi Jesus yang Mengajar
Jesus berkeliling mengajar dari desa ke desa dan dari kota ke kota. Ia berjumpa dengan banyak orang, Ia bergaul dengan berbagai kalangan. Mulai dari rakyat jelata, kelompok pemungut cukai, anak-anak bahkan sampai para pembesar sekalipun. Kemampuannya berinteraksi dan berkomunikasi membuatNya bisa diterima di berbagai kalangan masyarakat. Ia mampu beradaptasi dan memilih cara komunikasi yang paling efektif. Mampukah kita senantiasa meningkatkan metode pewartaan dan pengajaran iman dengan mengikuti tuntutan perkembangan jaman?
Kemampuan melek teknologi menjadi tantangan kita semua dalam menggarami keuskupan ‘dunia maya’ dengan jutaan domba didalamnya. Semangat pewartaan dalam Evangelii Nuntiandi perlu dibagikan kepada pewarta Kabar Baik sehingga mereka memiliki pemahaman dan kemampuan dalam berbagi cerita tentang Kristus. Selain itu tipisnya budaya membaca dan menulis menantang kita untuk memulai konsisten membaca dan menulis. Memilih bahasa yang mudah dipahami serta membuat tulisan menarik dalam waktu dua menit adalah satu tantangan tersendiri agar pewartaan kita menjadi ‘gw banget’.
Berbagi pengalaman iman dengan tetap memberi diri terbuka terhadap pengalaman orang lain, tentu membuat kita semakin kaya akan pengenalan akan Dia. Selain itu semakin kita memberi, meluangkan waktu bagi orang lain justru semakin membuat kita semakin kaya. Kaya akan rahmat Tuhan.
Pada akhirnya semua yang kita wartakan di dunia nyata dan di dunia maya haruslah konsisten. Apa yang keluar dari mulut, selaras dengan apa yang sudah dituliskan di blog serta harus sama dengan yang keluar dari hati. Integritas kita harus teruji setiap saat. Oleh karenanya saya tidak ragu untuk mengungkapkan kekhawatiran, ketakutan, kelemahan dan kesalahan saya, karena memang demikianlah apa adanya. Justru dalam kekurangan kitalah kita merasakan kekuatan Ilahi.
Ternyata pelayanan di paroki dan dunia maya hanyalah beti : beda tipis, bedanya hanya tergantung pada ketahanan kita apakah siap bertahan 24 jam online. Yang penting selalu konsisten sejalan dengan ajaran Kristus baik offline di dunia nyata maupun saat online di dunia maya – Inline with Jesus when online.
MA Ratna Ariani
Delegasi Keuskupan Agung Jakarta – Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia November 2010