Fiat Voluntas Tua

Lebih Cepat (Menolong) Lebih Baik

| 0 comments

“Siapakah yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur tidak segera menariknya keluar meski pada hari Sabat?”
Memperhatikan berbagai komentar diberbagai jejaring sosial seperti FB, BB dan twitter terhadap bencana yang dialami bangsa ini secara bertubi-tubi, kita bisa belajar banyak hal. Kematangan emosi dan intelektual tercermin dari komentar yang disampaikan secara spontan. Dari apa yang terucap dan terketik di status mereka, kita bisa ‘menebak’ apa yang ada dalam benak setiap orang. Berbagai komentar para pejabat di mediapun bisa dilihat apakah mereka siap menghadapi resiko jabatan sebagai pelayan publik.  Pejabat negara bukan segalanya, justru disaat rakyat menderita karena bencana merekalah yang harus ada di garda depan, bukannya malah saling melemparkan kesalahan. Dimanakah ‘abdi rakyat’ saat bencana terjadi justru profil Mbah Maridjan  menjadi teladan kesetiaan seorang ‘abdi dalem’ dan ketaatan pada perintah sampai titik darah terakhir.
Disisi lain ada gerakan-gerakan kepedulian muncul akibat dorongan hati, baik yang tua-muda dari berbagai agama. Ada kawan bertanya siapa kontak person untuk menjadi relawan di Merapi. Ada lagi yang bertanya bagaimana cara menyumbang paling aman. Memang tidak mudah penanganan penanggulangan bencana. Berbagai hal perlu dirancang dan dipersiapkan agar tidak terjadi kepanikan massal apalagi kita hidup diwilayah “ring of fire”. Kalau kita belum ‘well trained’ sebagai relawan, belum pernah terlibat sebagai tim medis atau relawan di baksos, bisa-bisa kita malah ‘ngaboti’ – menyusahkan orang lain karena tidak biasa survive di daerah bencana.  Harus ada yang bekerja di lapangan karena para pengungsi dalam keadaan stress berat – fisik dan mental – belum lagi yang luka-luka dan dibawah ancaman penyakit, kedinginan dan kelaparan. Tetapi perlu juga supply logistik dan dana untuk pulsa, transportasi dsb. Itupun kalau jalur transportasi dan telekomunikasi masih bisa diakses. Banyak memang yang kita bisa lakukan selain berdoa tentunya.
Inilah saatnya kita menolong sesama keluarga kita, bangsa Indonesia, lakukan sesuatu dari tempat kita berada saat ini. Lebih cepat bertindak, lebih banyak yang bisa dilakukan dan lebih banyak yang bisa tertolong dan tertangani. Tapi disamping itu semua, tetap gunakan kewaspadaan karena masih ada juga fihak-fihak yang mencuri kesempatan diantara kesempitan. Koordinasi dengan pihak yang berkompeten, lakukan cek dan ri-cek senantiasa merupakan tindakan yang bijaksana. Pastikan bahwa saluran tali kasih yang kita berikan dapat digunakan oleh pihak yang terpercaya dan membantu penanganan di lapangan.
Semua yang diawali dengan niat baik, niscaya tidak akan sia-sia. Karena segala yang baik berasal dari Tuhan. Lakukanlah apa yang kita rasa baik karena Dia yang telah memulai karya baik di antara kita, akan melanjutkannya sampai akhir (Fil 1:6)
===============================================================================================

Bacaan Injil Lukas (14:1-6)

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua orang yang hadir mengamat-amati Dia dengan seksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan Yesus. Lalu Yesus bertanya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, “Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Tetapi mereka semua diam saja. Lalu Yesus memegang tangan si sakit itu dan menyembuhkannya serta menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka, “Siapakah di antara kalian yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur, tidak segera menariknya ke luar, meski pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Leave a Reply

Required fields are marked *.