Fiat Voluntas Tua

Kebaikan yang Ditolak

| 0 comments

“Ia berpaling dan menegor mereka”

Adakalanya maksud baik kita seringkali tidak ditanggapi seperti yang kita harapkan. Alasannyapun bisa beragam, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Beberapa kali hal inipun saya alami dalam berbagai kegiatan di organisasi. Beberapa usulan program yang bertujuan baik demi kemajuan organisasi, bisa ‘mental’ karena alasan sepele, ujung-ujungnya ternyata seseorang merasa posisinya terancam bila hal tersebut sukses dilaksanakan. Walah… mana pernah terpikir hal demikian dipikiran saya. Jangankan tawaran bagi orang lain, sebagai orang tua saja sering kali tawaran baik yang diberikan kepada anakpun juga bisa ditampik dengan alasan yang tidak masuk akal.

Maka tidak heran kalau murid-murid Jesus menjadi geram saat mereka menghadapi penolakan dari kelompok orang Samaria, penolakan dari kelompok yang dianggap lebih rendah ‘kasta’nya bagi orang Yahudi. Dengan kegeraman mereka melaporkan kejadian ini dan meminta ijin Gurunya untuk sedikit memberi ‘pelajaran’ terhadap penolakan tersebut.

Ternyata jawaban Jesus justru memadamkan kegeraman para murid. Merekalah yang ditegur agar tidak menuruti emosi, tidak membalas penolakan dengan tindakan anarkis. Mereka diminta menghindar mencari jalan lain dibandingkan menghadapi konfrontasi. Jesus memang menjadi tokoh kontroversial, tetapi Ia bukan seorang provokator yang menginginkan pertentangan secara terbuka. Ia tidak pernah memaksa semua orang menerimaNya, Ia selalu memberi kesempatan bagi mereka yang menolakNya. Untuk itu Ia memilih mencari jalan lain untuk melaksanakan rencanaNya.

Dalam hidup kita mungkin tanpa sadar kita telah juga menolak kebaikan-kebaikan Tuhan yang ditawarkan kepada kita. Tapi karena kita takut menghadapi resikonya, kita belum siap menerima ‘salib’ yang harus kita panggul, maka kita memilih menolak kebaikan yang ditawarkan Tuhan. Walaupun demikian, hal ini tidak membuat Tuhan mengubah rencanaNya. Ia dapat terus melakukan rancanganNya dengan memilih cara lain. Kitalah yang ‘rugi’ tidak mendapatkan kesempatan menerima kebaikanNya.

Demikian pula bilamana rancangan kebaikan, usulan kita yang bermaksud baik ditolak oleh orang lain maka kita tidak perlu memaksakan kehendak kita. Tentu ada cara lain untuk mewujudkannya tanpa menimbulkan kontroversi.Upaya dialog perlu terus dibangun dan menjadi bagian dari ketrampilan kita dalam berkomunikasi dalam berkarya.

Semoga kita semakin hari juga emakin mengarahkan pandangan hidup kita sejalan dengan arah pandangan Tuhan, sehingga kita tidak akan menolak setiap tawaran kebaikan yang diberikanNya. Dan dengan demikian kita dapat mengambil bagian dalam rancangan kebaikanNya bagi orang-orang disekitar kita.

==============================================================================================

Bacaan Injil Luk 9:51-56

“Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu  bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain”

Leave a Reply

Required fields are marked *.