“Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang”
Kalau diperhatikan di setiap tempat praktek dokter ada saja pasien yang antri. Yang sakit ditemani yang tidak sakit, ada juga yang datang untuk mendapatkan kepastian bahwa ia tidak sakit. Bukan rahasia kalau kita kadang merasa lebih pintar dari dokter. Sehingga sering kali kita pindah dari dokter yang satu ke dokter yang lain untuk memastikan bahwa pendapat kita benar, halaaah… Maka kalau ada yang kurang yakin dengan diagnosa sang dokter dan harus mencari ’2nd opinion’ ke negeri jiran dirasakan sah-sah aja sih, lha mereka mampu bayar kok?
Profesi dokter adalah profesi yang rumit dan untuk itu saya salut sekali buat para dokter. Mana masuk test tidak mudah dan sekolahnya susah minta ampuuuun, mana muahaaal lagi. Nanti mau praktek juga tidak bisa langsung terjun, mesti antri ke daerah dulu. Salah diagnosa sedikiiiiit saja bisa fatal bahkan masuk kategori malpraktek dan bisa urusan dengan pengadilan. Duuh…Gak cuma itu tantangannya, ijin prakteknyapun mulai dibatasi padahal kebutuhan dokter masih belum memenuhi perbandingan yang wajar seperti dinegara maju.
Tapi yang lebih pusing adalah menghadapi orang-orang yang kita tahu dia sakit, tapi tidak merasa sakit. Ini paling memusingkan, karena treatment apapun tidak akan diterimanya. Apalagi kalau disuruh minum obat dan pantang segala macem makanan. Untuk jenis seperti ini, tidak mungkin membawa mereka dengan mudah datang ke dokter. Harus dokter lah yang datang mengunjungi mereka. Mana mungkin sih? maka gak heran kalau disekeliling kita masih buanyak orang-orang yang sebenarnya sakit tapi tidak merasa sakit, dan membawa ‘virus’nya kemana-mana. Banyak yang sakit hati, hatinya terluka tapi justru senang melukai hati orang lain dengan kata-katanya. Banyak juga yang luka batin, akibatnya melukai orang lain dengan tindakan-tindakannya.
Injil hari ini menantang kita untuk mengikuti ‘dokter’ yang keliling kemana-mana mencari orang-orang sakit yang tidak merasa sakit. Memangnya mudah? Sudah sulit meyakinkannya, treatmentnya pun tidak bisa sekali jadi. Harus berkali-kali dikunjungi, dengan sabar didengarkan dan dilayani. Tapi kalau kita sendiri sudah merasakannya, sudah pernah jadi ‘pasien’ ndableg seperti itu, yang pernah sakit parah tapi gak nyadar… dan akhirnya sembuh. Maka kita dengan tekun pasti juga akan melakukannya sebagai tanda wujud syukur kita pada sang Penyembuh. Yesus telah memanggil kita, Ia memberi kesempatan kita untuk menjadi ‘sembuh’ dengan meninggalkan dosa-dosa kita. Ia telah menggantikan dosa kita dengan darahNya sendiri.
Mari kita lakukan dengan tulus, dengan tidak mengandalkan apa-apa kecuali mengandalkan rahmatNya, Ijinkan Dia yang bekerja melalui ketulusan dan karya kita. Injil harus diberitakan agar semakin banyak yang menerima Kabar Baik, yang diselamatkan dan disembuhkan. We got it free from Him, let’s give it free to others.
===============================================================================================
Bacaan Injil Luk 9:1-6
“Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya kepada mereka: “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.” Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.”