Fiat Voluntas Tua

Puasa dan Pesta Kawin

| 0 comments

“Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?

Di saat saudara-saudara kita berpuasa seperti bulan ini, tidak ada yang menyelenggarakan pesta pernikahan. Demikian pula pada masa adven dan puasa menjelang Paskah, ajaran Gereja Katolik meminta umat tidak menyelenggarakan Sakramen Penikahan. Walaupun akhirnya kembali kepada kebijakan pastoral karena pada prakteknya ada juga pasangan menikah pada masa  prihatin ini. Umumnya pastor mensyaratkan agar pesta resepsinya dirayakan setelah Paskah/Natal.  Kemungkinan besar para pengantin ini tidak memahami apalagi menjalankan ‘puasa’ yang seharusnya. Yang penting gedungnya ‘available’ dan tanggalnya bagus, langsung ‘dibooking’.

Aturan tradisi Yahudi mewajibkan puasa 2 kali seminggu pada hari-hari tertentu. Ajaran tersebut masih dipegang dan diikuti oleh para murid Yohanes pembaptis, tapi tidak diikuti murid-murid Jesus.  Teguran para ahli Farisi pada Jesus pada bacaan hari ini menunjukkan bahwa tradisi itu harus dipegang teguh, jangan nyeleneh dari pakemnya. Sementara yang namanya pesta kawin tradisi Yahudi itu bisa memakan waktu berhari-hari sehingga bisa jatuh di hari-hari wajib puasa tadi.

Maka teguran Jesus kali ini mengingatkan bahwa kita perlu ada saat-saat untuk mundur (retreat) sejenak melihat kehidupan kita selama ini untuk bisa  kembali menata merajut masa depan yang penuh harapan. Dengan merefleksikannya di masa puasa atau saat retreat, kita perlu membuat tekad-tekad yang baru untuk mewujudkan harapan dan impian yang lebih baik. Komitmen untuk meninggalkan kebiasaan lama harus segera ditunjukkan. Untuk mendapatkan hal yang berbeda mencapai hasil yang lain, kita harus membangun kebiasaan-kebiasaan baru dengan semangat yang baru.

Jangan kita terlena dengan pesta-pesta pora, kemabokan dan kenikmatan yang ada disekeliling kita sehingga kita lupa bahwa kita sebenarnya juga bersama Jesus disaat senang dan susah. Bukan hanya mencari Yesus saat susah, tapi juga mensyukuri ada penyertaan tangan Tuhan dalam segala sukacita dan damai sejahtera yang ada. Tidak ada gunanya menjadi pengikut Kristus yang ‘katanya’ memperbaharui hidup kita, kalau kita tidak mau meninggalkan kebiasaan buruk dan tidak menunjukkan kebiasaan-kebiasaan baru.

===============================================================================================

Bacaan Injil Luk 5:33-39

“Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.