“Hai orang yang kurang percaya mengapa engkau bimbang”
Gonjang-ganjing kehidupan di sekitar kita memang begitu menakutkan. Mau cari sekolah untuk anak, adakah yang bebas tawuran dan bebas dari kekerasan atau bullying? Ada tapi mesti rogoh kantong dalam-dalam dulu, biasanya mahal banget. Mau cari universitas dan tempat kost murah untuk anak, tapi adakah kampus yang bebas narkoba dan jauh dari seks bebas? Ada tapi bukan kampus papan atas. Mau naik kendaraan umum atau sepeda motor ditengah traffic yang luar biasa padat, apa bisa dijamin aman? Naik lift saja belum tentu aman, bisa juga dirampok didalam lift. Perampasan mobil ditengah jalan jadi berita biasa. Apalagi penculikan dalam taxi dan sekarang pelecehan sexual di bis Trans Jakarta. Baca berita di media penuh bukannya tambah tenang, bisa-bisa bikin parno. Sedikit sekali dapat dijumpai ‘kabar baik’ dan menyenangkan.
Kalau melihat ini semua, mungkin lebih baik tidak keluar rumah en malah jadi parno, tidak berbuat apa-apa malah justru tenggelam dalam ketakutan. Tapi dengan tetap percaya bahwa Sang Immanuel ada bersama kita, dengan mata iman kita terus memandang Dia yang senantiasa mengulurkan tanganNya walaupun gelap sekalipun minim harapan. Pasti ada sapaan dan pertolongan yang datang untuk meneguhkan hati kita lewat orang-orang disekitar kita. Selalu ada penyelenggaraan Ilahi bagi orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan tidak pernah terlambat bagi siapapun yang berharap kepadaNya. Buktinya Yesus yang diseberang danau ditengah kegelapan malam saja bisa tahu kalau para murid sedang ketakutan di atas kapalnya.
Maka tidak heran kalau kita bisa menemukan orang-orang yang tetap tenang di saat menghadapi kesulitan, seperti para pastor, suster di berbagai kisah di daerah konflik dan bencana. Mereka berani memilih tinggal disana daripada mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Mereka memiliki ketenangan menghadapi badai kehidupan karena selalu menjaga jam doa mereka. Bagi mereka hidup untuk Tuhan, matipun untuk Tuhan. Sehingga apapun yang dihadapi semua dipakai untuk memuliakan Tuhan. Mereka memiliki kedamaian dan ketenangan karena percaya pada penyelenggaraan Tuhan – Providentia Divina – sehingga mereka justru dimampukan untuk menolong orang lain terlebih dulu. Memang di saat menghadapi krisis sering tampak wajah asli orang-orang yang panik dan akhirnya menjadi egois dan tamak karena ingin menyelamatkan diri sendiri tanpa peduli orang lain, bahkan bisa menghalalkan segala cara agar mereka aman. Mereka tidak lagi melihat Tuhan dalam ‘badai’ kehidupan, malah kesempatan pertolongan yang ditawarkan dikira hantu.
Iman percaya ternyata berlawanan dengan kebimbangan dan ketakutan. Semakin beriman dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan, semakin tenang lah kita. Di saat badai kehidupan melanda, ketergantungan kita pada Tuhan membuat kita mampu membedakan dan menjauhkan diri dari ketakutan. Kita tidak ijinkan ketakutan menguasai hati kita. Bahkan justru di saat sulit inilah kita mampu menemukan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan melalui perjumpaan dengan siapapun yang Tuhan utus. Maka bila badai kehidupan datang menghantam, yang perlu dilakukan adalah tinggal tenang dalam hadirat Tuhan. Dengan demikian kita justru dapat melihat Tuhan yang datang melalui siapapun yang menghampiri kita menawarkan pertolongan, bukannya menjadi ketakutan dan mengira orang lain datang menghantui kita dengan masalah-masalah baru. Dengan bantuan Roh Kudus kita mampu mengenali tawaran keselamatan yang diberikan Tuhan.
Semoga kita tidak menjadi bibit ketakutan sehingga meng’hantu’i kehidupan orang lain, tetapi justru orang mengenali kehadiran Tuhan lewat kasih, lewat compassion yg kita tunjukkan.
Hidup adalah petualangan…beranilah.
Hidup adalah misteri…..kuaklah.
Hidup adalah permainan… mainkanlah.
Hidup adalah perjuangan…hadapilah “ (Dr.Anthony D’Souza SJ: Proactive Visioner).
===============================================================================================
Bacaan Injil Mat 14:22-36
“Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.”