“Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!”
Menyaksikan proses aktivasi otak tengah anak-anak membuat saya terkagum-kagum dengan dahsyatnya anatomi tubuh manusia yang diciptakan Tuhan. Posisi duduk anak-anak ikut menentukan keberhasilan proses aktivasi yang dilakukan melalui berbagai suara yang keluar dari speaker stereo. Dengan suara yang cukup keras rupanya tidak membuat gelisah anak-anak bahkan sebagian besar tertidur nyenyak… lhoooo, kok bisa ya? Lebih aneh lagi, melalui proses masuknya gelombang suara melalui telinga mampu mengaktivasi otak tengah. Anak-anak yang telah teraktivasi otak tengahnya selain meningkat daya ingatnya, juga kecerdasan emosinya lebih baik. Bahkan kebanyakan anak kehidupan spiritualnya semakin membaik, semakin mengasihi dan memperhatikan orangtuanya. Sayangnya hal demikian tidak mudah terjadi bagi orang dewasa, walaupun berkali-kali mengikuti sesi serupa tidak membuat otak tengahnya teraktivasi. Sulit sekali. Hal ini disebabkan karena orang dewasa sudah dikuasai dengan berbagai logika dan rasional di pikirannya sehingga tidak bisa menangkap dan merespon baik terhadap gelombang-gelombang suara yang diterimanya.
Otak tengah menjadi bahan penelitian medis karena menentukan dalam peningkatan kemampuan otak kiri dan otak kanan manusia. Otak tengah menentukan kemampuan spiritual manusia. Rupanya otak tengah adalah organ manusia paling akhir yang menentukan hidup matinya manusia. Dokter belum menyatakan seseorang meninggal bila otak tengahnya masih berfungsi. Jadi pada saat seseorang dalam keadaan koma, kita masih bisa membisikkan doa ditelinganya selama otak tengahnya masih berfungsi.
Rupanya ini sedikit misteri yang terkuak dari sabda Jesus: “Jika engkau tidak mengubah hatimu dan menjadi seperti kanak-kanak maka engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Matius 18:3). Otak tengah anak-anak dan orang dewasa memberikan reaksi berbeda terhadap sabda Tuhan juga. Rasa percaya sepenuhnya anak-anak adalah tanpa syarat dan tanpa pikir panjang. Anak-anak tidak dapat hidup tanpa mempercayai mereka yang ada di sekeliling mereka. Hati kita saat menerima sabda Tuhan harus layaknya seperti anak-anak yang terbuka secara spontan, hati yang berani untuk bertanya apa adanya dan hati yang ingin mengasihi.
Kebanyakan orang dewasa menerima segala sesuatu yang didengarnya dengan logika, bukan dengan hati terbuka seperti anak-anak. Bila dengan logika maka akan banyak pertimbangan sebagai respon terhadap sabda Tuhan, ada yang mengeraskan hati sebagai tanah yang keras. Ada yang merespon dengan pertimbangan untung-rugi sebelum melakukan sabda Tuhan. Ada yang kemudian memilih menolak dan mengatakan … ah, nanti saja, kalau saya sudah punya waktu, nanti saja kalau sudah pensiun. Sekarang belum perlulah. Ada juga yang menggebu-gebu menerima tetapi karena tidak sempat berakar kuat maka dengan mudah akan digoyahkan dengan tantangan yang dihadapi.
Hidup memang berisi pilihan, apa yang terjadi disekitar kita dapat kita tangkap dengan panca indera. Baik penglihatan, pendengaran, sentuhan semuanya bisa kita rasakan. Respon yang diberikan akan bermacam-macam sebagai akibat pilihan yang kita ambil. Itulah karya terbesar Sang Pencipta. Manusia memiliki kebebasan memilih, tidak seperti mahluk ciptaan lainnya. Kepolosan anak-anak membuat mereka menerima tawaran Jesus dengan hati terbuka, tanpa pretensi apapun. Lalu bagaimana dengan kita, apa respon kita pada saat mendengar Sabda Tuhan dalam Ibadat Sabda? Apa respon kita saat membaca Injil? Atau kita memilih untuk tidak membaca dan mendengarkannya?
Pilihan yang diambil sebagai respons terhadap benih Kerajaan Allah, yaitu sabda Tuhan sendiri, akan ikut menentukan sejauh mana ‘benih’ tersebut dapat menghasilkan panen di kemudian hari. Jadi tidak heran salah satu rahasia sukses ternyata dimiliki oleh mereka yang merespon positif dan menjaga kehidupan spiritualnya. Mereka yang memiliki banyak teman, disukai orang banyak ternyata juga menjaga kehidupan spiritualnya.
Semoga kita tidak salah memilih dalam perjalanan hidup ini, termasuk memilih sebagai pekerja di ladang Tuhan dimanapun kita ditempatkan. Kita merespon tawaranNya untuk ikut menaburkan benih di hati banyak orang, menyemaikan dan memeliharanya dengan setia…. walaupun dalam prosesnya kitapun sering mengalami penolakan. Tetaplah mendengar dan merespon agar bisa berbuah ratusan kali lipat.
==============================================================================================
Bacaan Injil Mat 13:1-9
“Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”