Bacaan: Daniel 3:13-30
Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku(Daniel 3:17-18)
Judul:PENGABDIAN TANPA SYARAT
Dalam keadaan “darurat”, ada orang-orang yang membuat semacam “perjanjian transaksional” dengan Tuhan. Jika pekerjaan ini berhasil, saya akan giat melayani Tuhan. Kalau sembuh, saya akan memberi persembahan. Kalau lulus ujian, saya akan membaca Alkitab sampai selesai. Dan sebagainya. Pertanyaan yang muncul adalah: Mengapa seseorang perlu menunggu “dapat sesuatu” dulu untuk “melakukan sesuatu” buat Tuhan?
Sebuah cerita yang “lain dari biasa” terjadi pada Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka diperhadapkan pada dua pilihan: menyembah dewa orang Babel atau masuk ke perapian yang menyala-nyala. Dalam keadaan “darurat” itu mereka tidak merancang “perjanjian transaksional” dengan Tuhan. Mereka tidak melakukan tawar-menawar demi keselamatan sendiri, tetapi membulatkan tekad untuk setia pada prinsip imannya: setia hanya kepada Allah dan tidak mau menyembah dewa apa pun risikonya. Bahkan, mereka siap untuk kemungkinan “terburuk” jika Tuhan mengizinkan mereka untuk tidak selamat dari perapian yang menyala-nyala itu! Teguh mengabdi, itu yang dilakukan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Hasilnya? Tuhan mengizinkan mereka masuk ke perapian dan mereka tetap selamat.
Mengabdi kepada Tuhan berarti menyerahkan hidup 100% kepada-Nya tanpa syarat. Bahkan, ketika ada orang yang menolak kita; atau seandainya Tuhan mengatakan “tidak” untuk keinginan kita, kesungguhan pengabdian itu mestinya tidak menjadi pudar. Demikian juga dalam setiap doa, kiranya kita tidak “mengancam Tuhan” atau membuat janji-janji di hadapan-Nya sekadar demi mendapatkan sesuatu seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego —-HA
KESETIAAN UNTUK TUNDUK PADA OTORITAS TUHAN MEMERLUKAN KEYAKINAN BAHWA TUHAN TAKKAN TINGGAL DIAM
Ayat Alkitab: Daniel 3:13-30
13 Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja, 14 berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: “Apakah benar, hai Sadrakh,Mesakh dan Abednego,bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? 15 Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi,rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?”
16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; 18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” 19 Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. 20 Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. 21 Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. 22 Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas. 23 Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat. 24 Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?”Jawab mereka kepada raja: “Benar, ya raja!” 25 Katanya: “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” 26 Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia:”Sadrakh, Mesakh dan Abednego,hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!” Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu. 27 Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul;mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka. 28 Berkatalah Nebukadnezar: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya,dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka. 29 Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu.” 30 Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.