“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Salah satu pokok doa yang banyak diminta saat novena adalah pekerjaan. Demikian juga kalau ada kesempatan untuk didoakan di akhir KRK ada saja yang minta didoakan agar mendapat pekerjaan. Anehnya iklan lowongan kerja gak habis-habisnya keluar di berbagai penerbitan. Salah satu client mengeluh sulitnya mencari pramugari dan pilot sehingga tidak dapat memenuhi tingginya permintaan – walhasil yang terjadi adalah bajak membajak antar airline. Recruiting agency juga mengeluh sulitnya mendapatkan kandidat … bukan asal sarjana, tetapi kandidat yang berkualitas. Banyak yang pandai dalam hal IQ, tapi jatuh dalam hal sikap dan karakter… OMG !
Demikian juga dalam hal pelayanan, begitu banyak hal yang harus dikerjakan bagi mereka yang lemah, miskin, berkekurangan apalagi yang tersingkir. Tetapi yang memiliki ‘waktu’ ternyata tidak banyak, rata-rata saat diajak untuk melayani (= pekerjaan yang tanpa penghasilan, kerja sosial) alasannya selalu “sibuk” dan tidak ada ‘waktu’. Hhhmm…. padahal setiap orang baik kaya dan miskin, pengusaha dan penganggur juga punya modal waktu yang sama: 24 jam sehari, 7 hari seminggu. No… its not about ‘no time’, its about priorities. Bukan masalah waktunya, masalahnya bagi sementara orang : itu gak penting, gak ada uangnya, buang-buang waktu, itu nanti saja kalau saya sudah ‘tua’ – sudah tidak ada pekerjaan alias pensiun. Yap… its about attitude, sikap dan karakter.
Banyak yang tidak menyadari bahwa sikap mau melayani adalah dasar dalam berbagai pekerjaan, pekerjaan apapun baik dibayar maupun tidak dibayar. Kerja sosial, kerja beneran bahkan di politik dan para birokrat. Keinginan untuk melayani orang lain dan menyenangkan orang lain adalah kualifikasi sangat mendasar yang sering tidak dimiliki para pencari kerja. Yang ada hanyalah keinginan untuk punya status ‘bekerja’ dan mendapat penghasilan yang baik. Hehehe…. sayangnya tidak semudah itu mendapatkannya.
Pembentukan karakter dimulai dari pembentukan sikap hati, bagaimana kita memandang orang lain serta merasakan bagaimana perasaan mereka sehingga timbul keinginan hati untuk melakukan sesuatu. Inilah yang disebut belas kasihan atau compassion, persis seperti yang Yesus rasakan saat Ia melihat banyak orang yang sakit dan lemah disekitarNya. Ia tidak bisa tidak untuk melakukan sesuatu, Ia terdorong untuk menyembuhkan mereka dan melayani semua orang. Ia tidak tega melihat penderitaan orang lain. Tidak ada yang memperhatikan orang-orang ini, mereka kebingungan cemas dan ketakutan. Persis seperti domba tanpa gembala. Pekerjaan gembala salahsatunya memang menenangkan domba yang ketakutan dan panik. Dipegang dan dielus satu persatu, bukan hanya memberi domba-domba itu makan.
Pekerjaan melayani sesama yang letih, lesu, miskin dan berkekurangan adalah pekerjaan yang memang tidak mudah karena menuntut endurance, ketahanan fisik dan mental. Tidak heran tidak banyak yang mau dan bertahan. Lha kalau cari pekerjaan saja cari yang mudah dan bergaji besar, apalagi pekerjaan sulit dan tidak dibayar. Betul, its about attitude.. sikap hati kita menentukan apakah kita layak menjadi pekerja dikebun anggur. Semua orang bisa melakukannya, sayangnya tidak semua orang mau.
Jadi tidak heran kalau di paroki sering kesulitan mendapatkan relawan dan aktivis, banyak kok yang bisa melakukannya. Cuma sayangnya banyak yang tidak tergerak dan punya hati berbelas kasih seperti Yesus. Padahal tidak mungkin mengandalkan para pastor, bruder dan suster yang telah menyerahkan kehidupannya bagi Tuhan untuk mengerjakan semuanya. Perbandingan imam dan umat untuk di Jakarta mungkin sekitar 1 berbanding 2-3 ribu umat. Tapi kalau dibagi menjadi komunitas basis terkecil dalam lingkungan bisa beranggotakan sekitar 40 KK atau 200 orang. Kalau saja setiap lingkungan hanya ada 5 orang pengurus lingkungan yang aktif, maka satu orang melayani dan memperhatikan kebutuhan 40 orang. Not bad kan kalau dibandingkan imam dan umat yang ribuan?
Akhirnya rahasianya ada pada ‘panggilan’ itu sendiri. Kalau kita senantiasa menjaga hidup doa, kita meminta agar selalu diberikan kesabaran, keteguhan hati dan ketabahan dalam bekerja melayaniNya. Kita juga meminta Tuhan menggerakkan hati banyak orang sehingga diberikan rekan-rekan sekerja dalam pelayanan. Hanya Dia yang dapat mengubah dan menyentuh hati manusia, menyapa dengan kasihNya agar berbalik mengasihiNya. Hati yang tergerak oleh belas kasihan adalah hati yang telah mengalami sentuhan Tuhan sendiri. Sulit sekali kita menolak panggilanNya, karena akan terus terbawa walau kita menghindar dan menjauhi tetapi tetap akan terus menerus teringat dan terpikir. Akan selalu ada rasa bersalah apabila tidak menanggapi panggilanNya.
Tuhan sudah begitu baik kepada kita, apakah kita masih berani menolak panggilanNya untuk melayani mereka yang lemah, letih, lesu dan berkekurangan? Bukankah kita juga pernah jadi domba yang seperti itu juga? Kalau kita mengajarkan anak kita untuk tahu berterima-kasih kepada orang yang telah menolong mereka, mari kita tunjukkan rasa syukur kita pada Dia dengan menjadi pekerja-pekerjaNya yang bersedia memperhatikan domba-domba yang Tuhan percayakan ada disekitar kita. Tidak ada lagi kata sibuk, tidak punya waktu, pekerjaan tidak penting karena mereka semua adalah manusia berharga dimata Tuhan. Mari belajar memiliki hati seorang gembala , bukan hati yang selalu meminta-minta tetapi hati yang selalu bersedia memberikan dirinya bagi orang lain . Itulah hati yang penuh dengan belas kasihan.
===============================================================================================
Bacaan Injil Mat 9:32-38
“Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” Tetapi orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.” Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”