“Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan”
Membaca berita tentang kelompok geng motor yang terkenal suka bikin onar, Brigez bertobat tentu membawa kegembiraan tersendiri bagi masyarakat kota Bandung. Dikatakan ribuan anggota geng motor Brigez melakukan konvoi damai keliling Bandung. Brigez ingin menunjukan kepada masyarakat kota Bandung telah berubah dari geng motor menjadi organisasi kepemudaan yang bisa menjaga ketertiban masyarakat.
“Kami ingin mendeklarasikan bahwa Brigez telah berubah. Brigez ingin menjaga kententraman dan ketertiban kota Bandung,” ujar Ketua Brigez Kota Bandung Ivan Andhika di Mapolwiltabes Bandung, Sabtu, 12 Juni 2010. Ia berujar bahwa dengan berubahnya status dari geng motor menjadi organisasi kepemudaan maka Brigez tidak ada masalah lagi dengan geng motor lainnya. Anggota Brigez merupakan warga negara Indonesia yang mempunyai hak yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya.
“Kami sudah meng-clearkan masalah dengan geng motor lainnya, jadi kita sudah tidak mempunyai musuh,” ujarnya. Ia menegaskan jika ke depan ada oknum yang mengatasnamakan Brigez berbuat onar, maka Ia tidak segan-segan untuk memecat oknum tersebut. Ia menegaskan Brigez ingin mengubah citra buruk masyarakat tentang geng motor selama ini. “Kami sudah punya standar prosedur jika ada oknum yang merusak nama Brigez maka kita akan beri pembinaan, jika tidak bisa juga maka akan kita pecat,” ujarnya.
Inilah bukti pertobatan yang melahirkan kedamaian dan ketenteraman disekitarnya. Bukan hanya pertobatan pribadi, tetapi pertobatan berjamaah, mengajak teman satu dan yang lainnya disekelilingnya juga melakukan hal yang sama, meninggalkan kebiasaan buruk. Kalau pertobatan terjadi bagi seorang pemimpin, maka dampaknya memang sangat besar. Sebaliknya bila pemimpin tidak bertobat, hanya melahirkan keonaran, main hakim sendiri, korupsi dimana-mana sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Inilah yang terjadi disekitar kita. Para pemimpin belum memberikan teladan dalam berperilaku, yang burukpun dilakukan berjamaah, baik itu korupsi sampai tindak pemerasan dan kekerasan.
Injil hari ini mengingatkan kita, terutama mereka yang berada dalam posisi memimpin, yang diharapkan sebagai panutan dan contoh di masyarakat. Kita diminta selalu waspada dengan segala perkataan dan perbuatan, ajak selalu orang lain disekitarnya – gunakan circle of influence- untuk menularkan segala kebaikan dan semangat menuju perubahan yang semakin baik. Mari berhenti mengkritik satu sama lain, tetapi lebih pada memilih bertindak untuk melakukan perbaikan sesuai dengan tugas dan tanggungjawab kita.
Pertobatan Matius, adalah contoh pertobatan pemimpin yang berjamaah, ia mengajak teman-temannya sesama pemungut cukai untuk mengikuti langkah pertobatannya. Bisa dibayangkan kalau orang kaya seperti mereka bertobat, waaaah… pasti jadi sinterklas kemana-mana. Gak akan tega melihat orang kesusahan. Kalaupun bukan dokter, pasti mereka membantu meringankan biaya berobat. Mungkin juga membantu memperbaik sarana pendidikan dan ibadah.Andaikan saja seluruh pemimpin Indonesia bertobat, terjadi pertobatan massal dari para menteri, anggota DPR, bupati, gubernur, pengusaha, jaksa dan polisi ..waaah… Amerika sudah pasti lewaaat…
Brigez berani menunjukkan hasil pertobatannya, Matius sudah terbukti dengan karyanya membawa lingkungannya bertobat. Bagaimana dengan pertobatan kita sendiri? Apakah lingkungan disekitar kita merasakan dampak pertobatan kita? Apakah kita juga mengajak orang lain untuk bertobat dan melakukan kebajikan senantiasa agar melahirkan damai, sukacita, toto tentram karto raharjo? Hari ini hari jum’at apalagi jumper – jumat pertama, mari kita sama-sama beribadah dan membenahi keadaan disekitar kita sesuai doa harian kita – Bapa Kami, agar di bumi seperti didalam Surga.
===============================================================================================
Bacaan Injil Mat 9:9-13
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”