“Hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian”
Hari ini saya menghadiri acara inaugurasi kelulusan Sekar di SD Tarakanita II dengan perasaan yang mengharu-biru. Masih ingat rasanya enam tahun lalu ada kebimbangan bagi kami sebagai orangtuanya, apakah Sekar bisa bertahan dan lulus dengan baik disini. Bagaimana tidak bimbang dan ragu, saat itu Sekar masih belum cukup usianya untuk masuk SD – maklum aturan di sekolah katolik ketat sekali dibandingkan sekolah berbasis internasional. Ditambah lagi setelah ikut playgroup dan TK di salah satu sekolah yang berbahasa Inggris, ternyata mother tongue-nya Sekar sudah berubah. Sekar lebih mudah berpikir dan berkata-kata bahkan marahpun dalam bahasa Inggris. Bukan hanya sistem pendidikan di sekolah, tapi dirumah pun kami biasakan berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Tentu dengan harapan agar anak-anak terbiasa dengan bahasa Inggris. Tetapi dengan pertimbangan kedepan, Sekar perlu dibesarkan dalam pendidikan bernuansa Indonesia dan dalam lingkungan katolik, maka kami berdua mengambil resiko untuk mendaftarkannya di SD Tarakanita. Bisa jadi Sekar tidak mampu mengatasi tantangan diusianya yang masih 5 tahun waktu itu.
Dua tahun pertama adalah tahun terberat bagi Sekar, ia harus menambah kosa kata bahasa Indonesia setiap harinya. Dia sering menangis dan marah-marah dengan berbagai tugas yang sangat sulit baginya. Ia membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan teman-temannya di sekolah dalam belajar dan menangkap segalanya. Tetapi dengan kesabaran dan bimbingan para guru, Sekar mampu melalui tahun demi tahun dengan lancar tanpa perlu tinggal kelas. Kami juga tidak berani berharap untuk mendapatkan nilai tertinggi, bisa bertahan saja sudah bagus sekali. Pada tahun-tahun pertamanya, Sekar sering harus didampingi guru bahasa Inggrisnya untuk memahami soal-soal yang dihadapi saat melakukan tugas bahkan ulangan sekalipun. Belum lagi teman-temannya sering memanggilnya ‘bule’, anak India…. memang parasnya hitam manis, muka tirus dengan hidung lancip dan mata besar ditambah rambut panjang keriting seperti boneka India.
Akhirnya proses itu berhasil kami lewati bersama-sama, dan hari ini Sekar mendapat prestasi yang luar biasa. NEMnya lumayan 25,75 berarti rata2 di atas 8 untuk UASBN. Selain itu Sekar mendapatkan nilai kelulusan terbaik untuk ujian praktek Bahasa Inggris. Puji Tuhan! God is sooooo good all the time ! Bahasa Inggris memang tidak bisa hilang, dia masih lebih mudah berpikir dengan bahasa inggris. Bila menonton film/TV dan menyanyi ia masih memilih yang berbahasa Inggris. Tetapi sekarang Sekar sudah bisa marah dengan bahasa Indonesia apalagi sekarang bisa meledek temannya dengan dialek anak muda Jakarta.
Pesan Injil hari ini mengingatkan saya, bahwa dulu mungkin kami seperti layaknya orangtua lainnya, ingin punya anak berkualitas yang pandai dan lancar berbahasa Inggris. Paling tidak prestasinya di atas rata-rata. Tapi kami lupa bahwa itu semua hanya ‘bungkus’nya. Anak tetaplah anak yang harus dibesarkan dengan kasih dan didampingi dalam pertumbuhan iman katolik sesuai dengan janji perkawinan. Mereka belum bisa mengambil keputusan, kitalah sebagai orangtua yang bertanggungjawab membimbingnya membangun dasar iman dan pendidikan yang kuat, bukan hanya IQ tapi juga EQ dan SQ sehingga lambat laun mereka berani mengambil keputusan yang baik dan benar. Maka dengan memutuskan Sekar mengikuti pendidikan dasar di sekolah katolik berbasis nasional, jiwa nasionalismenya ditumbuhkan sejak anak-anak. Ia lebih mencintai produk lokal dibandingkan barang2 luar negri, ia lebih peka melihat keadaan teman-temannya. Bahkan ia senang sekali kalau bisa pulang naik Metromini dengan mbak Ilah, pembantu kami. Setiap pagi dengan riang dia berangkat kesekolah membonceng sepeda motor dengan ayahnya. Imannya pun juga bertumbuh karena dikelilingi guru dan teman-teman yang saling mendukung dan mendoakan.Banyak kegiatan rohani diadakan di sekolahnya. Hal seperti ini mungkin tidak didapatkan kalau saya pertahankan Sekar di sekolah berbasis international………. apalagi sekarang sedang akan ditinjau ulang. Halaaah…..
Semoga kita sebagai orang tua senantiasa memenuhi kebutuhan jiwa dan kebutuhan roh anak-anak kita agar senantiasa bertumbuh oleh pengenalan yang benar akan Tuhan. Bukan sekedar mencari popularitas dan berbagai hal yang semu untuk meningkatkan ‘status’ orang tua – hanya tampak baik ‘kemasan’nya saja tapi isinya keropos. Sudah banyak kita lihat bukti disekitar kita, orang-orang pintar bahkan keminter, tapi ahlak dan kelakuannya sungguh tidak berbudaya. Penuh kemunafikan dan kehausan kekuasaan serta materi, lupa akan esensi kehidupan kekal yang seharusnya menjadi tujuan hidup.
Semoga kita menanamkan dasar-dasar cinta, iman yang teguh dan kasih akan sesama serta kecintaan akan bangsa ini bagi anak-anak dan generasi penerus kita. Kalau mereka tidak mencintai bangsa dan negeri ini bagaimana mereka akan memikirkan masa depan bangsanya apalagi berkorban ? Kitapun harus memangkas bibit pragmatis, serba instan yang tidak mau susah dan menangkis budaya konsumerisme ditengah terjangan media dari segala penjuru agar menjauh dari anak-anak dan generasi penerus bangsa. Mari kita belajar dari burung -burung yang senantiasa berkicau bersyukur karena dipelihara Tuhan, sambil tidak lupa terus bekerja membangun sarangnya dan mencari biji-bijian sebagai makanannya sepanjang hari.
=================================================================================================
Bacaan Injil Mat 6:24-34
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
June 19, 2010 at 4:38 pm
makasih banyak infonya…
izin meng copy…
salam hangat…
June 19, 2010 at 4:47 pm
Silahkan di copas bila meneguhkan iman orang lain dan jangan lupa sebutkan URL nya ya mas. Salam kenal.