“Setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”
Masih tentang soal percaya dan tidak percaya. Kita memang terbiasa untuk percaya hal yang tidak baik terlebih dulu walaupun belum membuktikan ketidakbenaran sebuah gosip atau isu dibandingkan percaya pada hal-hal yang sudah pasti baik dan benar. Bahkan sudah melihat dan sudah mendengarpun tidak serta membuat kita mudah percaya. Contohnya, bila kita bertemu seorang pejabat yang tiba-tiba datang berkunjung, mendadak kita bertanya ‘ah masa’ sih dia datang? apa betul?’ – demikian juga saat kita membaca kebiasaan seorang anggota DPR yang masih turun-naik KRL dari rumah menuju tempat bekerjanya, tidak banyak orang langsung percaya “apa masih ada yang seperti itu? Jangan-jangan cari sensasi saja” Alih-alih menjadi percaya, yang terjadi justru mempertanyakan kebiasaan baiknya itu sebagai cara mencari ketenaran.
Memang tidak mudah membuat manusia percaya akan kebenaran dan kebaikan karena sudah sedemikian banyaknya hal semu dan kebohongan disekitar kita – sehingga paradigma pemikiran kita dipenuhi dengan berbagai hal yang ‘lumrah’ yang umum dilakukan orang banyak – walaupun itu tidak benar sekalipun. Kebiasaan korupsi, sogok sana sogok sini, menjadi hal biasa yang kita katakan ‘well.. semua orang tahu (bahwa itu tidak benar), tapi semua orang melakukannya’. Dan kita akhirnya menjadi bagian masyarakat terbiasa korupsi berjamaah atau yang sudah korupsi secara sistemik dari hal kecil seperti waktu atau jam kerja dengan kebiasaan terlambat, mulai dari sogok menyogok urusan pembuatan KTP/SIM sampai penggelapan pajak.
Akhirnya kita melihat dan mendengar bahkan merasakan bila saat ini mereka yang tidak pernah mengotori kehidupannya dengan kebiasaan disogok dan menyogok, hari-harinya tetap tenang. Tidak akan takut bila ada BPK, PPATK bahkan KPK datang ke kantornya. Siapa sekarang yang tidak takut? Pejabat dan mantan pejabat sekalipun tidak akan luput dari ancaman kehidupan hotel prodeo, apalagi nanti rentetan perusahaan yang kongkalikong juga akan terbawa karenanya. Satu persatu birokrat dari pejabat, jaksa, polisi sampai anggota DPR terseret karenanya. Lalu berapa orang ‘baik dan bersih’kah yang tertinggal?
Masih jugakah kita belum percaya bahwa penyelenggaraan pemerintahanpun seharusnya bisa dijalankan dengan etika? Mengapa kita sulit percaya bahwa kita bisa membenahi dan memperbaiki keadaan bangsa ini? Tentu masih ada invisible hand, masih ada penyertaan Ilahi bagi mereka yang senantiasa percaya bahwa kehidupan mereka senantiasa dipimpin Sang Khalik bilamana setiap tindakan dan pemikiran tidak menyimpang dari ajaranNya.
Memang tidak cukup mendengar dan melihat saja, kita harus berani mulai melakukan hal yang benar kalau kita percaya bahwa masih ada harapan – masih ada kemungkinan terjadi perbaikan ditempat disekitar kita. Semoga semangat Paskah, semangat kebangkitan membuat kita senantiasa berani bertindak dan berkata benar sehingga membuat orang lain percaya bahwa yang baik dan benar memang harus diperjuangkan.
Mari bertobat dari berbagai hal yang tidak benar, serta memulai melakukan hal yang baik dan benar seturut kehendak Allah. Ijinkan Roh Kudus yang melahirkan pemikiran baru dan akhirnya memberanikan kita bertindak dan memiliki kebiasaan serta perilaku yang diperbarui. Jangan lagi takut untuk direndahkan dan dipandang rendah karena berbuat kebenaran, karena pada akhirnya memang kebenaranlah yang akan dijunjung tinggi. Hanya orang-orang yang memiliki integritas dan keteguhan yang umumnya mereka ini tidak dikenal suka sesumbar tetapi berani bertindak benar secara konsisten , kelompok seperti inilah yang layak untuk ditinggikan dan dijadikan ‘role model’.
===============================================================================================
Bacaan Injil Yoh 3:7-15
“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”