Kamis Putih : Kel 12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26 ; Yoh 13:1-15
“Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”
Di dalam perjamuan-perjamuan pada umumnya tuan rumah atau yang mengundang berpakaian rapi dan menarik sambil menerima dan menyapa para undangan dengan senyuman. Selama perjamuan tuan rumah pada umumnya juga tidak bekerja keras atau melayani makanan dan minuman secara langsung kepada para tamu undangan. Yang sibuk melayani makanan dan minuman adalah para pelayan, entah sosial atau pekerja dari usaha `catering’ tertentu. Dengan kata lain aneka urusan kebutuhan selama pesta pada umumnya tidak ditangani langsung oleh si pemilik pesta/pengundang, tetapi oleh para pekerja khusus. Hari ini kita kenangkan perjamuan malam yang diselenggarakan oleh Yesus bagi para rasul atau murid-muridNya; Yesus sebagai pemimpin pesta atau pengundang. Ia sendiri yang melayani secara langsung dalam hal makanan dan minuman, bahkan Ia membasuh kaki para rasul satu persatu dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati. Setelah selesai melayani para rasul Ia berpesan: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:14-15) . Pesan ini kiranya juga terarah bagi kita semua yang beriman kepadaNya, maka marilah kita renungkan, kenangkan dan hayati dalam hidup bersama kita dimanapun dan kapanpun.
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:14-15)
Kaki adalah anggota tubuh yang paling bawah, jika tanpa alas kaki berarti langsung bersentuhan dengan tanah, maka boleh dikatakan sebagai anggota tubuh yang paling kotor. Kaki juga harus menanggung beban seluruh tubuh serta membuat orang bermalas-malasan alias kaki tak mau bergerak atau dinamis alias kaki senantiasa bergerak dengan cepat dan cekatan. “Membasuh kaki” berarti memperhatikan saudara-saudari kita yang berada paling bawah: pemimpin kepada rakyat, orangtua kepada anak-anak, guru kepada para peserta didik, tuan rumah kepada para pembantu, manajer perusahaan kepada para pekerja dst. ; memperhatikan dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati.
Melayani berarti membahagiakan yang dilayani. Seorang pelayan yang baik pada umumnya memiliki cirikhas: rendah hati, ceria, gembira, cekatan, tidak mengeluh/menggerutu ketika sedang melayani, siap-sedia menerima tugas apapun, dst.. Pelayan baik senantiasa berusaha secara optimal jangan sampai mengecewakan atau membuat marah yang dilayani. Kita semua dipanggil untuk saling melayani dan membahagiakan, lebih-lebih atau terutama terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan atau yang kurang memperoleh perhatian. Hemat saya hal ini perlu dihayati atau dilakukan dalam komunitas basis seperti dalam keluarga, komunitas biara, kantor atau tempat kerja, dimana setiap hari kita memboroskan waktu, tenaga dan perhatian kita. Para pemimpin, orangtua, atasan, manajer, dst..hendaknya memberi teladan seperti Yesus telah memberi teladan kepada para rasul. Di dalam keluarga hemat saya para ibu pada umumnya telah berusaha melayani semua anggota keluarganya, maka baiklah anggota keluarga yang lain melakukan yang sama.
“Membasuh kaki” berarti membersihkan, maka dipanggil untuk saling membasuh kaki juga berarti saling membersihkan satu sama lain, meneladan Tuhan yang “menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela” (Ef 5:27). Dengan kata lain kita dipanggil untuk senantiasa saling berpikir positif, saling mengutamakan apa yang baik, luhur, mulia dan benar yang ada dalam diri kita masing-masing. Sebagaimana seorang pelayan senantiasa bersikap baik, penuh hormat dan kasih terhadap yang dilayani, demikian juga kita dipanggil untuk saling berbuat baik, saling menghormati dan mengasihi. Sikap yang demikian ini kiranya juga terjadi dalam suatu perjamuan atau pesta dimana masing-masing orang berusaha menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga menarik, mempesona dan memikat orang lain. Marilah kita saling menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga kita saling mempesona, manarik dan memikat.
“Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang ” (1Kor 11:26)
Pada hari ini kita kenangkan juga Perayaan Ekaristi, yang pada pertama kali kita imani diselenggarakan oleh Yesus dalam perjamuan terakhir bersama para rasul. Dalam perjamuan tersebut Yesus `memberikan tubuh dan darahNya sendiri’ berupa roti dan anggur kepada para rasul. Setiap menghadiri Perayaan Ekaristi, kita semua yang telah boleh menerimanya, kita juga menerima `Tubuh dan Darah” Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur alias menerima komuni kudus. Paulus mengingatkan kita semua bahwa “setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Apa arti peringatan Paulus ini kepada kita semua?
Dengan menerima Tubuh Kristus atau komuni kudus kita dipanggil untuk `memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang’, artinya mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita demi kebahagiaan dan keselamatan mereka. Kematian Tuhan adalah pengorbanan Diri Yesus di kayu salib, dimana Ia menjadi pengorban sekaligus korban demi keselamatan dan kebahagiaan seluruh dunia. Maka kita diharapkan tidak mengorbankan orang lain demi keuntungan atau kebahagiaan diri kita sendiri, tetapi siap sedia untuk berkorban bagi keselamatan dan kebahagiaan sesama atau saudara-saudari kita. Marilah kita hayati motto “solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan” dalam hidup bersama kita dimanapun dan kapanpun. Berpihak pada yang miskin dan berkekurangan hemat saya pasti harus berkorban dengan rendah hati dan semangat melayani.
Entah berapa kali kita telah menerima Tubuh Kristus atau menerima komuni kudus, mungkin tak ada seorangpun dari kita sempat menghitung. Maka saya mengajak kita semua mawas diri: dampak atau pengaruh apa dalam cara hidup dan cara bertindak kita setelah sekian kali menerima komuni kudus? Karena kita telah `makan dan minum Tubuh dan Darah Kristus’, maka diharapkan cara hidup dan cara bertindak kita meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang datang untuk melayani bukan dilayani dengan menyerahkan Diri seutuhnya bagi keselamatan seluruh dunia/bangsa. Karena yang kita sambut atau terima adalah sama, yaitu Tubuh dan Darah Kristus, maka terjadilah persaudaraan atau persahabatan sejati di antara kita; kita hidup penuh dengan persaudaraan dan persahabatan. Pada malam hari ini pada umumnya juga diselenggarakan `tuguran’, devosi kepada Sakramen Mahakudus, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam `tuguran’ ini sambil mengenangkan pemberian Diri Yesus bagi kita semua. Baiklah jika seluruh keluarga dapat bersama-sama berpartisipasi dalam `tuguran’ ini.
“Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya,” (Mzm 116:15-18)
Jakarta, 1 April 2010 – Ign. Sumarya SJ
August 1, 2010 at 10:52 pm
amin…salam buat penulis kata mulia ini.damai sertamu.