“Hukum manakah yang paling utama?”
Menyimak banyaknya kasus pelanggaran hukum disekitar kita sungguh menghabiskan waktu, enersi dan biaya yang pasti luar biasa mahal. Saling tuduh, saling klaim paling benar dan saling melemparkan ayat UU yang dipakai membuat suasana sidang tambah panas dan berlarut-larut. Kasus perebutan lahan antara penduduk/petani atas tanah negara, kasus pelecehan, kasus korupsi sampai kasus Century, termasuk kasus malpraktek serta kasus sengketa perburuhan lainnya bisa memakan waktu tahunan. Proses sidang pengadilan tercepat hanyalah kasus-kasus perceraian. Mungkin proses perceraiannya lebih cepat diputuskan bila dibandingkan pada saat proses PDKT sampai memutuskan sepakat untuk menikah. Tapi dampaknya bagi anak-anak yang terlanjur lahir dan besar dalam keluarga akan melukai raga mereka dalam waktu panjang. Lalu hukum manakah yang paling utama ? Apakah hukum itu situasional, dulu pakai hukum cinta dan sekarang hukum saling tuntut menuntut?
Semua peraturan manusia dalam bermasyarakat dibuat dengan tujuan agar kita saling memperhatikan kehidupan satu sama lain. Jangankan mengatur tata-cara dalam hidup bermasyarakat baik melalui UU dan Perda, peraturan perusahaanpun perlu disusun dan dibuat agar segalanya bisa berjalan lancara. Kalau kita tinggal di satu pulau tanpa penghuni lain, hukum tidak lagi diperlukan. Tapi begitu ada banyak penghuninya maka diperlukan aturan untuk memetakan hak kepemilikan, hak publik dsb. Peraturan itu semua harus mengakar pada roh yang sama agar tidak saling silang dan berbenturan. Peraturan daerah setempat tidak boleh lari dan keluar dari peraturan perundangan yang ada di atasnya, yaitu Undang-Undang dan bahkan UU mengacu pada UUD 45. Demikian juga peraturan perusahaan, bukan berarti pemilik bisa semena-mena mengatur segala sesuatu dengan memasung hak dasar karyawan. Saat ini UUD 45 dan Pancasila rasanya masih ampuh dijadikan dasar dalam setiap peraturan dan perundangan yang dibuat. Walaupun kenyataannya apapun UU yang dihasilkan, kok rasanya masih lagu lama yang dinyanyikan : KUHP Kasih Uang Habis Perkara…
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa kita memiliki satu hukum yang tertinggi dan terutama, mengatasi segala bahasa, teritorial dan waktu, yang membuatnya pun tidak menjadi situasional. Hukum kasih tidak terbantahkan dan dapat diterapkan dari ranah pribadi antara pasangan suami istri, bahkan agama apapun, sampai dengan tingkat RT/RW, sekolah dan dasar pembuatan aturan perusahaan bahkan UU di satu negara.
Prinsip mengasihi tanpa batas tanpa syarat, sungguh sulit diterapkan. Persis seperti cincin yang melingkar pasangan yang telah sepakat sehidup semati dalam perkawinan, polos tanpa syarat. Kalau saja semua pasangan memelihara komitmennya seperti di awal janji mereka, mungkin di bumi ini tidak ada lagi anak-anak menangis menjadi korban broken home. Tidak ada lagi pengusaha yang menekan karyawan dan buruhnya untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi dirinya. Tidak ada lagi diktator menguasai dan menindas rakyat sebagai balas dendam kehidupan masa kecilnya. Tidak ada lagi perang di bumi….
Sayangnya kita mungkin memiliki jawaban sama seperti sang ahli Taurat. Kita tahu dan bisa menjawab dengan tepat mana hukum utama dan terutama dalam ajaran Kristus karena memang itulah esensi rahasia Kerajaan Allah. Maka dikatakan Yesus bahwa jawaban si ahli Taurat sudah benar arahnya, tapi jawaban tersebut membuat kita belum sampai pada sasaran – belum sampai pada Kerajaan Allah. Kita tahu jawabannya tapi kita masih belum sempurna karena belum melakukannya. Kita harus berusaha mengenali sang sumber Kasih dengan segala akal budi dan dengan segenap hati serta jiwa kita merenungkan sabdaNya serta mengenali kehadiranNya dalam kehidupan kita melalui berbagai kejadian bahkan melalui orang-orang disekitar kita. Kita sudah tidak jauh dari Kerajaan Allah, maka bila kita senantiasa menjaga kehidupan doa serta merenungkan sabdaNya setiap hari dengan segenap akal budi, pengertian dan dengan segenap hati serta jiwa kita akan terdorong untuk melakukannya melalui berbagai tindakan kasih kepada saudara-saudara yang sedang kesulitan disekitar kita, kita justru membawa Kerajaan Allah itu sendiri ditegakkan di bumi ini disekitar tempat kita tinggal. Persis seperti doa yang kita daraskan tiap hari yang diajarkan Tuhan Yesus…. Bapa Kami didalam Sorga, dimuliakanlah namaMu, datanglah Kerajaan Mu – dibumi seperti di dalam Sorga….
Lalu siapakah yang bertugas membawa dan menjadikan bumi seperti didalam Sorga kalau bukan kita yang mengaku mencintai Tuhan? Menjadikan rumah kita adalah surga kecil dan oase bagi semua anggota keluarga, termasuk mereka yang datang kerumah kita. Menjadikan lingkungan tempat kita tinggal menjadi tempat para penghuninya saling berbela rasa dan berbagi sukacita, bukan hanya sekumpulan rumah yang penghuninya tidak saling mengenal satu sama lain. Menjadikan perusahaan kita menjadi oase tempat yang diharapkan bagi para karyawan untuk bisa berkarya sebaik-baiknya. Menjadikan negara kita surga bagi warganegaranya terutama mereka yang mendambakan kesejahteraan hidup, bukan justru menjadi surga bagi para koruptor, gembong narkoba dan para teroris.
Maka untuk itulah kita masih harus menyelesaikan tugas di bumi, semoga kita menjadi saluran kasih Tuhan dan pembawa damai serta Kabar Baik untuk menebarkan dan membagikan kasih untuk memulihkan luka-luka yang ada disekitar kita. Kita menyatakan kasih kita mulai dengan menyusun berbagai kebijakan dan peraturan yang menjadi kewenangan kita, melakukan dan tunduk pada peraturan yang mengacu pada Hukum Kasih dan akhirnya menyatakan kasih dengan perbuatan nyata kepada mereka yang miskin, kepada mereka yang membutuhkan harapan akan kehidupan yang lebih baik dan penuh kasih. Only by God’s grace, we can love others more than we do…
===============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 12:28b-34
“Seorang ahli Taurat, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus”