Fiat Voluntas Tua

Petinggi yang Rendah Hati

| 0 comments

Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Apa yang dikatakan oleh Yesus diatas adalah penyakit para pimpinan kita pada umumnya, pandai berpidato, hebat memberikan nasehat, jago dalam slogan, luar biasa jika berwacana, bagus visi dan misinya, tetapi kelakuannya sungguh bukan layaknya manusia. Hampir tiada yang peduli dengan keadaan bangsa ini, yang sepanjang hari terus berkutat demi bertahan hidup,

Dalam pengalaman berinteraksi dalam kehidupan social, saya melihat banyak sekali contoh mengenai kepemimpinan ini, yang hanya bagus dalam berkata-kata, umumnya mereka adalah putra-putri bangsa, anak-anak Allah yang luar biasa pada awalnya, tetapi ketika menjadi pemimpin langsung berubah sikap. Memang semua orang bermimpi untuk menjadi nomor satu, tetapi bukan berarti harus di kultuskan, dihormati berlebihan, harus mendapatkan tempat yang terhormat, fasilitas  dan lain-lain sebagai seremonial belaka, padahal semua itu mahal dan tidak perlu. Namun ketika rakyat jelata terkena musibah, alangkah sulitnya mengeluarkan dana bantuan buat mereka.

Kembali Yesus mengingatkan kita, bahwa untuk menjadi pemimpin yang dihormati adalah mereka yang mau melayani dan rendah hati. Saya menerapkan hal ini, mulai dari rumah (keluarga) sehingga anak-anak menjadi bangga dengan kami sebagai orang tua, respect dan hormat, karena kami menghargai dan melayani mereka. Maka adalah sangat menyedihkan bagi para pemimpin yang tidak dihormati atau dihargai di rumahnya, bahkan tidak sedikit yang menjadi pecundang (terutama para suami) kemudian pelariannya mencari orang ketiga yang bisa dikuasai dengan materi.

Mudah-mudahan saya salah dan tidak GeeR (gede rasa), karena merasa disesali/diberati teman-teman dan staf departemen IT ketika mengundurkan diri dari kantor lama, tetapi dari sisi pimpinan manajemen tiada terlihat hal yang sama. Saya merasa lebih terhormat sekali dengan keadaan ini, karena berarti saya datang bergabung sebagai teman dan pergi sebagai sahabat dengan kepala tegak.

Merendahkan diri bukan berarti menjilat untuk mendapatkan pujian dan kebanggaan, bukan pula seperti menjual harga diri untuk mendapatkan benefit, karena umumnya orang yang demikian senang menindas sesamanya. Maka dari itu, hendaknya kita merendahkan diri dihadapan Allah dan merendahkan hati terhadap sesama, hal ini bukan perkara mudah, tetapi kita akan mendapatkan berkat dan rahmat yang luar biasa.  [Samsi Darmawan]

==============================================================================================

Bacaan Injil Matius 23: 1 – 12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid- Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.

Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Leave a Reply

Required fields are marked *.