Fiat Voluntas Tua

Sesama Kita Saudara Kita

| 0 comments

Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.

Seandainya kita semua ini berprinsip hidup seperti Yesus, semua sesama kita adalah saudara kita dan semua orang tua adalah Ayah dan Ibu kita, tentunya tidak akan ada kekacauan dan perang di dunia ini untuk memperebutkan kekuasaan atau kekayaan.

Khusus untuk negara kita, keadaan saat ini sungguh memprihatinkan, dimana etika dan budaya hidup berbangsa semakin menurun, karena kita lebih senang melanggar aturan main, adu licik untuk mendapatkan posisi, debat kusir dan adu keras suara, semakin disorot oleh kamera semakin beringas, bahkan tidak ada lagi sopan santun. Lucunya, semua ini dilakukan oleh kaum agamawan, kaum politisi yang berdasi, para pengusaha, mahasiswa dan para perwira dari aparat keamanan, sungguh miris. Rasa persaudaraan disini hampir punah, terutama di perkotaan, dimana kita hidup penuh rasa curiga jauh dari beradab, cobalah menyeberang di jalan yang ada zebra-cross, tetap perlu keberanian untuk bisa melaluinya, karena tiada kendaraan yang mau memberi kesempatan.

Ternyata, hal ini tidak terjadi di desa, istri dan anak saya (Aryani dan Gracia) sungguh terkesan ketika ikut hunting foto Seren-taun di Sindang Barang-Bogor, lokasi yang berlumpur ditimpa hujan, membuat alas kaki menjadi berat, dan ketika di lepas hendak dicuci, sekonyong-konyong seorang masyarakat di desa itu mengambil alas kaki tersebut dan mencucinya hingga bersih, kemudian menuntun Aryani dan Gracia ke lokasi pertunjukan, karena jalan tersebut licin dan mendaki, kami semua yang memotret disambut dengan senyum, disediakan makan dengan cuma-cuma, tiada membedakan dan tiada seorangpun yang memanfaatkan situasi untuk mencari uang, sungguh luar biasa.

Saya hanya membathin, ternyata kehidupan moderen ini hanya berbasis kapital, jika tanpa diikuti dengan budaya yang kuat, kita akan menjadi serigala bagi sesama, karena uang adalah segalanya dan mengubah perilaku kehidupan, bahkan uangpun sudah mencemari keimanan kita, inilah yang terjadi saat ini.

Sepertinya, kita ini sedang diadu domba oleh bangsa asing yang kapitalis itu, mereka menghipnotis para pemimpin kita dengan uang, lalu membiarkan rakyatnya bodoh dan tidak sehat, dengan demikian mudah diatur seperti kerbau dungu, diadu dengan sesama seperti ayam jago, disuruh menggonggongi sesama seperti anjing penjaga, dan sebagian diajari menjadi tikus pengerat pondasi kewibawaan negara. Suasana riuh-rendah perkelahian antar kita ini sungguh membuat kapitalis asing itu tertawa mengambil aset-aset negara ini dengan nyaman.

Kita hanya bangga untuk beradu hebat antar partai, antar umat beragama, antar suku bangsa, antar golongan dan sebagainya, seharusnya perkataan Yesus di atas menyadarkan kita, bahwa sebagai mahluk yang bermoral, beretika dan beriman, tentunya kita adalah satu keluarga besar, maka berhentilah berkelahi, mari membangun bangsa ini.[Samsi Darmawan]

==============================================================================================

Bacaan Mrk 3:31 – 35

Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara- Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara- Ku?”

Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara- Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.