Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.
Saya pernah membahas dalam renungan ini, bahwa seorang sahabat sejati adalah mereka yang peduli dan tetap mau mendampingi kita dikala menderita, baik menderita fisik, materi ataupun hal lain, misalnya kehilangan pekerjaan, masalah keluarga, persoalan pribadi yang berat, kehilangan dan lain-lain, bukan disaat senang, sehat dan bahagia.
Tahun 1993, papa menderita gagal ginjal akhirnya harus cuci darah (hemodialisis) , saat itu sangat ketahuan sekali siapa sahabat dan siapa saudara, bahkan hampir tidak ada saudara papa yang peduli mau membantu kesulitan kami, semua lepas tangan karena bukan urusan mereka. Justru atasan papa yang bukan keluarga atau saudara, ternyata masih peduli dan baik, sangat membantu biaya pengobatan, kemudian saudara pihak mama, serta seorang teman pegawai Departemen Perdagangan yang menjadi mitra papa.
Kondisi kami ketika itu masih sulit, karena hanya saya dan 2 adik yang baru bekerja sebagai karyawan biasa dengan penghasilan yang tidak bisa diharapkan, namun kekuatan doa dan iman yang teguh membuat kami bisa melalui semuanya tanpa harus berhutang uang atau budi dan membuat malu keluarga sepanjang masa, bahkan kami bisa berjalan dengan kepala tegak.
Hal kedua, ketika usaha saya hancur pada tahun 2000, karena salah antisipasi dan juga ditipu teman-teman, akibatnya kehidupan kami menjadi terpuruk dan lumpuh, semua terjadi begitu saja. Namun keadaan ini menjadi berkat bagi kami untuk makin mengenal kehidupan, ternyata masih banyak saudara dan sahabat yang bahu membahu berganti menolong mengangkat tilam kehidupan, bukan hanya berempat, tetapi lebih dari itu, bahkan ada yang memaksakan diri membuat peluang kerja yang belum diperlukan atau bisa dikerjakan sendiri, semua ini semata-mata agar saya tidak kehilangan muka menerima bantuan keuangan tersebut, sungguh kami sadari bahwa mereka adalah sahabat sejati, hingga akhirnya Tuhan Yesus membangkitkan, karena memang disaat itu membuat kami semakin dekat pada Tuhan, sekarang keadaan sudah semakin baik, kami percaya yang menyelamatkan ini semua adalah iman dan doa.
Kebaikan dan relasi yang menimbulkan empati itu tidak dibangun diatas pasir dalam waktu yang singkat, tetapi diatas batu karang dan harus konsisten tanpa pamrih dan berhitung waktu, walau ombak dan badai kehidupan menghantam, kita harus terus menjaga dan menghargai hubungan tersebut, karena akan tiba saatnya untuk saling membutuhkan. Ada banyak orang yang tidak menyadari hal ini, tetapi kemudian menyesalinya disaat dibutuhkan. Ingatlah seringkali pertolongan datang dari seorang sahabat itu adalah mereka yang tidak terduga, bahkan mungkin sekali mereka yang kita benci atau kiat anggap pecundang. [Samsi Darmawan]
==============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 2:1-12
“Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?”Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”