Fiat Voluntas Tua

Salib Pemberitaan Kabar Gembira

| 0 comments

“Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”

Setiap kita punya tugas perutusan, dalam bahasa teologi sering diterjemahkan dengan salib, dan hal ini tidak bisa kita hindarkan, karena Tuhan yang menciptakan kita pasti punya tujuan dan maksud tertentu untuk masing-masing sesuai dengan talenta. Tujuan umum dari semua ini adalah memberitakan Injil atau warta gembira seperti yang dikatakan oleh Yesus.

Salib atau tugas perutusan tersebut harus kita sikapi dengan positif, sehingga menjadi berkat bagi sesama dan lingkungan hidup, namun yang terjadi adalah menganggap salib atau tugas perutusan adalah beban, sehingga terasa memberatkan. Setiap minggu kita mengikuti Ibadat misa (ekaristi) yang berarti hadir dalam undangan Tuhan,  pasti awalnya kita diajak bertobat atau mengakui dosa/kelalaian kita, kemudian dimaafkan lalu di bekali dengan firman Tuhan atau warta gembira hingga terakhir diutus memberitakan Injil yang merupakan warta gembira akan datangnya kerajaan Allah tersebut dan kita selalu menjawab amin, artinya menyetujui, tetapi setelah itu lupa lagi dan tidak menjalankan, maka jangan mengeluh kalau Tuhan pun abai dengan permintaan dan doa-doa kita.

Untuk melaksanakan tugas perutusan ini kita juga harus mengenal kemampuan kita, dan jangan pernah menghina diri sendiri yang tidak bisa apa-apa atau tidak tahu apa-apa, karena menurut Napoleon Bonaparte, kata ”Tidak mau”, ”Tidak tahu” dan ”tidak bisa” hanya ada pada kamus orang gila, mungkin karena orang gila sudah kehilangan akal sehatnya, sekarang kembali pada kita sendiri apakah mau seperti orang yang kehilangan akal sehat tersebut.

Banyak teman yang selalu menolak salib, lalu membandingkan dirinya dengan orang-orang lain yang sudah berpengalaman, tentunya ini sikap yang keliru sekali, karena tidak seorangpun di dunia ini yang lahir dan langsung pengalaman tanpa melalui proses belajar, maka dengan mudah saya menyimpulkan bahwa orang yang selalu menolak salib atau tugas perutusannya tersebut adalah orang yang malas belajar dan tidak menghormati Tuhan.

Yesus yang menjadi pemimpin dalam mewartakan Injil tersebut juga terus belajar tiada henti, dengan cara berdiskusi, mengajar dan menjalankan tugas perutusan, kemudian merefleksikan serta mendengarkan pendapat orang dan rendah hati. Bukankah kita juga dituntut seperti itu?

Orang-orang yang tidak mau memikul salibnya dan menolak apa yang diperintahkan Tuhan tersebut, pada akhirnya mengalami kekeringan makna hidup dan bosan akan rutinitas, karena mereka tidak mengenal dirinya sama sekali, padahal dengan menjalani dengan rendah hati akan berarti bagi sesama, dengan demikian kita akan semakin mengenal diri kita sendiri. Tulus dan mau bekerja sama, selanjutnya pasrahkan pada kehendak Ilahi, maka kita akan memahami kalimat ”dengan mengajar kita belajar”, ”dengan melayani sesama, kitapun akan dilayani”, seperti teladan Yesus yang menyembuhkan ibu mertua Simon, yang setelah sembuh kemudian melayani Yesus dan para muridnya. Jadi janganlah selalu kuatir dan kikir. [Samsi Darmawan]

===============================================================================================

Bacaan Injil  Mrk 1:29-39

“Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.” Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan”

Leave a Reply

Required fields are marked *.