“Biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firmanMu”
Aku mendapatkan suatu penglihatan juga mengenai Imam Simeon. Ia seorang yang amat lanjut usia, kurus, berjenggot pendek. Ia mempunyai seorang isteri dan tiga orang putera yang telah dewasa; yang bungsu telah berusia duapuluh tahun. Simeon tinggal di Bait Allah. Aku melihatnya melewati suatu gang yang sempit dan gelap di antara tembok-tembok Bait Allah menuju sebuah bilik kecil yang dibangun dalam tembok-tembok tebal Bait Allah. Di sana hanya ada satu jendela, darimana ia dapat memandang ke bawah, ke Bait Allah. Di sini aku melihat orang tua itu berlutut dan berdoa dalam ekstasi. Seorang malaikat menampakkan diri di hadapannya, memintanya untuk memberikan perhatian istimewa kepada kanak-kanak pertama yang dibawa untuk dipersembahkan pada pagi keesokan harinya, sebab Kanak-kanak itu adalah Mesias yang telah begitu lama dinanti-nantikannya. Malaikat menambahkan bahwa setelah melihat sang Kanak-kanak, ia akan mati. Oh, betapa suatu penglihatan yang menakjubkan bagiku! Bilik kecil itu begitu terang benderang, dan orang tua itu bersinar-sinar dalam sukacita! Ia pulang ke rumah penuh bahagia, menyampaikan kepada isterinya kabar sukacita dari malaikat, dan lalu kembali masuk dalam doa. Aku melihat bahwa imam-imam dan orang-orang Israel saleh pada masa itu tidak banyak mengayun-ayunkan tubuh mereka ke depan dan ke belakang sementara berdoa sebagaimana dilakukan orang-orang Yahudi pada masa sekarang; tetapi aku melihat mereka mendera diri. Hana dalam biliknya di Bait Allah juga tenggelam dalam doa; dan ia juga mendapatkan suatu penglihatan.
Pagi-pagi benar, sementara hari masih gelap, aku melihat Keluarga Kudus dengan ditemani oleh dua orang tua masuk ke dalam kota menuju Bait Allah. Keledai dimuati banyak beban seolah untuk suatu perjalanan; ada pada mereka keranjang persembahan. Pertama-tama mereka memasuki suatu halaman yang dikelilingi tembok; di sanalah keledai ditambatkan di bawah sebuah naungan. Santa Perawan dan Kanak-kanak Yesus disambut oleh seorang perempuan tua dan dihantar sepanjang suatu lorong tertutup menuju Bait Allah. Perempuan tua itu membawa pelita, sebab hari masih gelap. Di sini, di lorong ini, datanglah Simeon begitu penuh harap menyongsong Maria. Ia menyampaikan beberapa patah kata gembira kepada Maria, mengambil Kanak-kanak Yesus, mendekapkan-Nya ke dadanya, dan lalu bergegas menuju sisi lain Bait Allah. Sejak sore sebelumnya, setelah ia menerima kabar dari malaikat, ia dikuasai pengharapan yang bernyala-nyala. Ia berdiri di lorong yang diperuntukkan bagi perempuan ke Bait Allah, nyaris tak sabar menanti kedatangan Maria dan Bayinya.
Sekarang Maria dihantar oleh perempuan tua itu ke suatu serambi di bagian Bait Allah di mana upacara persembahan akan dilangsungkan. Hana dan seorang perempuan lain (Noemi, pembimbing Maria di Bait Allah) menyambutnya. Simeon keluar ke serambi dan menghantar Maria dengan Kanak-kanak Yesus dalam buaiannya masuk ke sebuah ruangan besar di sebelah kanan serambi perempuan. Di serambi inilah berdiri peti persembahan di mana Yesus sedang duduk ketika seorang janda memasukkan dua pesernya. Hana yang telah lanjut usia, kepada siapa Yosef menyerahkan keranjang buah-buahan dan burung merpati, disertai oleh Noemi. Yosef lalu undur diri ke tempat para laki-laki berdiri.
Telah diketahui di Bait Allah bahwa beberapa perempuan akan datang pada hari itu untuk mempersembahkan kurban dan persiapan pun segera dilakukan. Banyak pelita dinyalakan sekeliling tembok membentuk piramida cahaya; nyala-nyala api kecil memancar dari suatu piringan yang ditopang di atas penyangga berbentuk suatu lengkungan dan yang bercahaya nyaris seterang api itu sendiri. Pada piringan tergantung alat-alat pemadam api yang apabila dipukulkan bersamaan ke atas api, akan memadamkannya. Di depan altar, yang pojok-pojoknya berbentuk seperti tanduk, ditempatkan sebuah peti yang pintu-pintunya terbuka keluar dan berfungsi sebagai penyangga untuk sebilah papan yang cukup besar; keseluruhannya membentuk sebuah meja. Di atas meja ini dihamparkan pertama-tama sehelai kain merah dan lalu kain putih transparan di atasnya; ujung-ujung kain jatuh terjuntai ke atas lantai. Di keempat pojok meja dinyalakan lampu-lampu dengan beberapa cabang; di tengah meja ditempatkan sebuah keranjang berbentuk buaian, di dekatnya terdapat dua piring oval dan dua keranjang kecil. Semua perlengkapan ini, juga jubah imam yang diletakkan di atas altar, disimpan dalam peti yang pintu-pintu terbukanya membentuk meja tadi. Meja yang telah ditata untuk persembahan ini dikelilingi oleh suatu pagar. Di kedua sisi ruangan ini terdapat deretan-deretan tempat duduk yang disusun bertingkat, di mana para imam duduk berdoa.
Simeon menghantar Maria melewati pagar altar dan sampai ke meja persembahan. Kanak-kanak Yesus, terbalut dalam baju-Nya berwarna biru langit, ditempatkan dalam keranjang buaian. Maria mengenakan gaun berwarna biru langit, kerudung putih dan sebuah mantol panjang berwarna kekuningan. Ketika Kanak-kanak telah ditempatkan dalam buaian, Simeon menghantar Maria keluar lagi ke tempat berdiri para perempuan. Simeon kemudian menuju altar, di mana diletakkan jubah imam dan di mana, selain dirinya, ada tiga imam lain sedang mengenakan jubah. Dan sekarang, seorang dari mereka menuju ke belakang, seorang ke depan, dan dua lainnya masing-masing di setiap sisi meja persembahan dan memanjatkan doa bagi Kanak-kanak, sementara Hana menghampiri Maria, memberinya burung-burung merpati dan buah-buahan dalam dua keranjang kecil, yang satu di atas yang lain, dan pergi bersamanya menuju pagar altar. Hana tinggal di sana sementara Maria, dibimbing lagi oleh Simeon, melewati pagar dan sampai ke meja persembahan. Di sana, di salah satu piring, Maria menata buah-buahan, dan di piring lainnya menempatkan beberapa keping uang; burung-burung merpati diletakkannya di atas meja dalam keranjang. Simeon berdiri di depan meja dekat Maria sementara imam yang berdiri di belakang mengambil Kanak-kanak dari buaian, mengunjukkan-Nya tinggi-tinggi ke arah bagian-bagian Bait Allah yang berbeda, sembari berdoa. Simeon kemudian menyambut Kanak-kanak darinya, menempatkan-Nya dalam buaian Maria dan, dari sebuah gulungan perkamen yang terletak dekatnya di atas sebuah bangku, memanjatkan doa bagi Maria dan Kanak-kanak Yesus.
Sesudah itu Simeon menghantar Maria lagi ke pagar, sementara Hana menemani Maria ke tempat yang diperuntukkan bagi perempuan. Sementara itu, sekitar duapuluh ibu dengan putera sulung mereka telah tiba. Yosef dan laki-laki lainnya berdiri agak ke belakang di tempat yang diperuntukkan bagi laki-laki.
Kemudian dua imam di altar utama memulai suatu ibadat dengan dupa dan doa-doa, sementara para imam yang berada di barisan tempat duduk mengayunkan tubuh mereka sedikit ke depan dan ke belakang, tetapi tidak seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi pada masa sekarang.
Ketika upacara-upacara ini berakhir, Simeon pergi ke tempat di mana Maria berdiri, membawa Kanak-kanak ke dalam pelukannya dan, dipenuhi sukacita, berbicara panjang lebar dan lantang. Ketika ia berhenti, Hana yang juga dipenuhi Roh Kudus berbicara untuk jangka waktu yang lama. Aku melihat orang-orang sekelilingnya mendengarkan mereka dengan seksama, tetapi hal itu tidak mengakibatkan terganggunya upacara-upacara lainnya. Berdoa dengan suara nyaring seperti itu nampaknya bukan suatu hal yang luar biasa. Tetapi mereka semua sungguh amat terkesan dan menaruh hormat mendalam kepada Maria dan Kanak-kanak. Maria bercahaya bagai sekuntum mawar. Keluarga Kudus, kelihatannya, memberikan persembahan yang paling sederhana; tetapi Yosef secara diam-diam memberikan kepada Simeon dan Hana banyak kepingan-kepingan segitiga kecil berwarna kuning untuk dipergunakan bagi keperluan Bait Allah, dan terutama bagi para gadis Bait Allah yang terlalu miskin untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Tidak semua orang dapat memberikan anak mereka untuk dibesarkan di Bait Allah. Suatu ketika aku melihat seorang anak laki-laki dalam asuhan Hana. Aku pikir ia adalah putera seorang pangeran, atau raja, tetapi aku lupa namanya.
Aku tidak menyaksikan upacara pentahiran para ibu lainnya; tetapi aku mempunyai keyakinan batin bahwa semua anak-anak yang dipersembahkan pada hari itu akan menerima rahmat istimewa, dan bahwa sebagian dari mereka wafat sebagai martir kanak-kanak suci. Ketika Kanak-kanak Yesus yang Mahakudus dibaringkan di atas altar dalam keranjang buaian, suatu terang yang tak terlukiskan meliputi Bait Allah. Aku melihat Allah ada dalam terang itu, dan aku melihat langit terbuka hingga ke Tritunggal Mahakudus.
Sekarang Maria dihantar kembali ke serambi oleh Hana dan Noemi. Di sini ia berpamitan kepada mereka dan Yosef datang menggabungkan diri dengannya bersama orang-orang tua kepada siapa ia dan Yosef menumpang. Mereka pergi dengan keledai langsung keluar Yerusalem, dan orang-orang tua yang baik itu menemani mereka separuh perjalanan. Maria dan Yosef tiba di Bethoron pada hari yang sama, dan bermalam di sebuah rumah yang adalah tempat perhentian terakhir Maria dalam perjalanannya ke Bait Allah tigabelas tahun yang lampau. Di sini pelayan-pelayan Anna telah menanti untuk menjemput mereka pulang.
===============================================================================================
Bacaan Injil Lukas 2:22-35
“Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”