Natal Hijau yang saya maksud adalah Natal yang dirayakan seraya memperhatikan dan mengutamakan kelestarian keutuhan ciptaan. Dalam pengertian ini, maka Natal dirayakan bukan dengan hura-hura, pesta pora dan boros properti, energi, maupun dana. Natal yang sebentar lagi kita rayakan sebaiknya tetap dalam kesahajaan seperti Yesus sendiri yang lahir dalam malam sunyi senyap namun tetap kudus.
Natal hijau sebenarnya mengadopsi peristiwa kelahiran Yesus yang sederhana namun penuh berkah. Dalam konteks sekarang Natal hijau menjadi hal yang sangat relevan dan penting mengingat alam ciptaan sudah rusak karena kerakusan manusia yang berorientasi pada profit kapital dan budaya instan masyarakat. Sebagai tawaran, Natal hijau bisa mulai diselenggarakna mulai tahun ini dan tahun-tahun mendatang paling tidak tahun 2011 karena jika memang terjadi Natal 2012 tidak akan terjadi karena akan terjadi kiamat pada 21 Desember 2012. heehehehe, jika terjadi.
Setidaknya Natal hijau kita laksanakan sebagai pertobatan kita karena kita telah melakukan dosa ekologis, dosa yang telah menjatuhkan korban pada alam ciptaan kita sendiri. Ada beberapa kiat untuk merayakan Natal hijau: - sebisa mungkin menghemat penggunaan kertas untuk buku panduan misa Natal
- sebisa mungkin menghemat pemakaian listrik untuk lampu-lampu yang kurang berguna, dulu Yesus tidak dilahirkan dalam cahaya lampu yang terang benderang tetapi dalam keremangan cahaya bintang.
- pada waktu jamuan makan, hindarilah penggunaan kertas tisu, karena tisu dibuat dari pohon.
Jika satu paroki sudah tidak memakai kertas tisu, sudah ada beberapa pohon tidak ditebang. Kalau bisa umat yang akan datang untuk merayakan Natal, diajak untuk membawa sapu tangan kain yang nanti bisa dipakai ulang. – hindari kemasan makanan yang hanya sekali pakai misalnya kertas dus, plastik, botol plastik, gelas plastik.Baik, jika kemasan makanan yang dipakai dari bahan yang bisa dipakai ulang. pakailah piring atau gelas yang bisa dipakai lagi. Jadi hindarilah minuman dan makanan dalam kemasan plastik. Ini hanya beberapa hal yang semoga bisa dilakukan dalam meryakana Natal nanti.
Tentu ada risiko, misalnya dianggap aneh dan neka-neka, atau dianggap pelit, dianggap tidak waras dan lain-lain. Ini hanyalah risiko keciiiiiiiiiiiiiiiiil sekali jika dibanding dengan kerusakan alam kita. Melestarikan bumi dan alam ciptaan adalah bukti bahwa kita adalah pemeluk agama yang berguna bagi kehidupan, bukan perusak kehidupan. Sekarang perdebatannya bukan Tuhan ada atau tidak, agama perlu atau tidak seperti yang disangsikan oleh Karl Mark, Niestche, ataupun Freud. Namun, perdebatan sekarang adalah apakah pemeluk agama menjadi orang yang berguna dalam hidup ini atau tidak, melestarikan alam atau tidak, menciptakan perdamaian atau tidak.
Wasalam – Lukas Awi Tristanto
Red: Tips lainnya kita bisa menggunakan berbagai bahan bekas pakai, atau barang bark membuat pohon/hiasan Natal di gereja. Anak-anak peserta Bina Iman dapat dilibatkan dalam mengumpulkan dan membuat hiasan tersebut. Bisa juga membuat pohon natal yang merupakan alat-alat dapur yang nantinya setelah perayaan Natal bisa dibagikan kepada keluarga-keluarga tidak mampu disekitar paroki. Di sebuah lingkungan di Jawa Tengah, keluarga dihimbau menyumbang satu pohon produktif yang ditentukan jenis dan tingginya. Kumpulan pohon-pohon buah ini disusun sedemikian rupa menjadi pohon Natal yang besar oleh orang muda Dan setelah perayaan Natal seledai, orang muda katolik bisa membantu menanamkan dan menyumbangkan pohon-pohon tersebut di berbagai tempat sebagai sumbangan ‘hijau’ bagi penduduk sekitar paroki. Sehingga dalam satu kegiatan ada keterlibatan keluarga katolik dan orang muda serta masyarakat setempat. Natal yang ramah menyapa setiap orang termasuk ramah lingkungan.