Fiat Voluntas Tua

Takdir dan Nasib

| 0 comments

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”- Hari Raya Santa Perawan Maria dikandung tanpa dosa.

Sering ditanyakan apakah ajaran katolik itu mengenal takdir dan nasib? Adakah orang yang ditakdirkan untuk menjadi miskin? Ataukah nasib orang ditentukan akan mati dengan cara kecelakaan dan gempa bumi? Pertanyaan yang sering gampang-gampang sulit dijawab. Akhirnya dalam suatu seminar tentang reiki dan prana, romo Andang, vikep KAJ, menjawabnya sesuai dengan hukum Gereja kanon # 2113

2113 Pemujaan berhala tidak hanya ditemukan dalam upacara palsu didunia kafir, Ia juga merupakan satu godaan yang terus-menerus bagi umat beriman. Pemujaan berhala itu ada, apabila manusia menghormati, dan menyembah suatu hal tercipta sebagai pengganti Allah, apakah itu dewa-dewa atau setan-setan (umpamanya satanisme) atau kekuasaan, kenikmatan, bangsa, nenek moyang, Negara, uang atau hal-hal, semacam itu. “kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”demikian kata Yesus (Mat 6:24). Banyak martir yang meninggal karena mereka tidak menyembah “binatang”Bdk Why 13-14 Malahan mereka juga menolak menyembahnya, walupun hanya dengan berpura-pura saja. Pemujaan berhala tidak Menghargai Allah sebagai Tuhan yang satu-satunya; dengan demikian ia mengeluarkan orang dari persekutuan dengan Allah Bdk Gal 5:20; Ef 5:5 2115  Allah dapat mewahyukan masa depan kepada para nabi dan orang-orang kudus yang lain. Tetapi sikap Kristen ialah menyerahkan masa depan dengan penuh kepercayaan kepada penyelenggaraan ilahi dan menjauhkan diri dari tiap rasa ingin tahu yang tidak sehat. Siapa yang kurang waspada dalam hal ini bertindak tanpa tanggung jawab.

Intinya bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas; kita memiliki kebebasan untuk memutuskan apa saja, tidak ada yang ditentukan dari atas. Kita boleh memilih dan mengikuti berbagai cara hidup yang kita sukai, atau menyerahkan diri dan percaya atas adanya penyelenggaraan Ilahi karena Allah menyertai kehidupan kita. Inilah ciptaan terbesar yang diberikan Tuhan bagi manusia.

Dia hanya memberikan tawaran bahwa Ia akan memenuhi segala janji yang diberikan kepada manusia, sesuai dengan apa yang telah diwahyukanNya. Kita tahu bagaimana perjalanan iman umat Israel yang keras kepala, toh juga akhirnya tetap diberi jalan keselamatan lewat kehadiran Sang Penyelamat. Tuhan memberikan tawaran bagi manusia, bisa diambil bisa juga tidak. Maka disinilah dibutuhkan kerjasama manusia dalam menanggapi tawaran Tuhan.

Mereka yang memilih percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik, dan bersedia menyerahkan kehendak bebasnya untuk tunduk pada pimpinanNya, bukan berarti tidak berusaha. Tapi mereka percaya bahwa keputusan-keputusan yang dipilih, merupakan keputusan yang telah dipertimbangkan, telah dibawa dalam doa, dan telah dibedakan antara keinginan Tuhan dan keinginan manusia. Umumnya kita memilih yang enak dan yang mudah, tidak mau susah-susah. Tapi Tuhan pasti ingin kita menjadi lebih kuat, lebih tegar, lebih tabah – dan itu hanya bisa lewat berbagai tantangan.

Maka Injil hari ini mengingatkan kita betapa sulitnya pilihan yang dihadapi Bunda Maria yang saat itu masih sangat hijau, pilihan antara hidup dan mati. Kalau boleh tentu ia akan memilih menikah dengan Jusuf tunangannya dan melahirkan baik-baik, beres sudah. Tapi ia memilih tunduk dan menerima tawaran Tuhan serta bersiap menghadapinya, karena ia tahu pasti ada sesuatu yang baik dan mulia dibalik perutusan ini. Pilihan yang tidak mudah, yang mungkin belum tentu kita akan menjawab hal yang sama.

Dalam kehidupan kita, marilah kita belajar menundukkan diri pada tawaran-tawaran yang diberikan Tuhan dalam menyelesaikan tugas perutusan kita. Pasti tidak mudah, karena Ia tidak menginginkan kita jadi anak-anak lembek dan anak-anak gampang. Percayalah bahwa  dalam setiap tantangan pasti ada penghiburan didalamnya, dibalik gelapnya malam pasti ada fajar merekah. Jangan menyerah pada takdir, tolaklah nasib jelek, karena kita diciptakan untuk menjadi manusia yang memuliakan Allah, manusia yang tegar tapi mau merendahkan diri dan mengakui bahwa Allah kita pasti memberikan yang terbaik dalam hidup kita. Sehingga  kalau kita memiliki penundukkan diri dihadapan Tuhan maka kita akan berani berkata seperti Bunda Maria: Terjadilah sesuai dengan kehendakMu, bukan terjadilah sesuai dengan kehendakku.

==============================================================================================

Bacaan Injil Luk 1:26-38

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Leave a Reply

Required fields are marked *.