“Mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu tidak kawin dan tidak dikawinkan”
Hari ini saya mengikuti Misa dua kali, pagi tadi menghadiri Sakramen Pernikahan seorang warga lingkungan yang mantu dan sore harinya merayakan misa bersama para tahanan di Polda Metro Jaya. Yang satu adalah peristiwa keluarga yang mengharukan dan mengingatkan saya dan suami akan janji pernikahan puluhan tahun lalu. Satu lagi misa yang juga mengharu-birukan hati melihat wajah-wajah muda nan resik berusia 20 -30 tahun yang karena berbagai hal membuat mereka berstatus tahanan sementara. Misa pagi tadi mempersatukan dua keluarga besar, yang lain misa yang mempersatukan mereka dari sel-selnya dan bersama sejenak merayakan Ekaristi.
Melihat dua dunia yang berbeda dalam Sakramen Ekaristi satu hari ini membuat saya bertanya-tanya. Mengapa kita sering melupakan dan tidak menghargai kebebasan yang Tuhan berikan dengan menggunakannya secara bertanggungjawab ? Mengapa banyak dari kita menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenal Dia dengan bebas ? Banyak juga yang tidak menghargai kesempatan yang ada untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan sang pemberi hidup.
Injil hari ini berbicara tentang ketidak percayaan akan kehidupan setelah mati. Orang Saduki tidak bisa menerima adanya kehidupan setelah mati, sehingga mereka membandingkan kehidupan setelah mati itu seperti kehidupan di dunia. Tentu saja tidak ada yang bisa menceritakan seperti apa dunia setelah kematian kepada kita yang masih hidup, kecuali dari sumber yang bisa dipercaya. Sama halnya kita tidak percaya seperti apa hidup di Alaska kalau bukan orang Alaska sendiri yang datang dan bercerita kepada kita. Maka Tuhan Yesus yang berasal dari surga lah yang bisa mengisahkan seperti apa dunia kita nantinya. Disana tidak bisa dibandingkan dengan dunia yang manusianya bisa memilih kawin dan dikawinkan, sudah tidak ada lagi keinginan untuk kawin-mawin. Itu hanya tersedia bagi mereka yang masih hidup di dunia.
Perbandingan dua dunia yang berbeda ini menjadi misteri bagi setiap orang. Tidak seperti membandingkan indahnya kehidupan berkeluarga dengan mereka yang masih menjomblo. Tapi kalau melihat kiri-kanan ada yang bermasalah dengan perkawinan dan bahkan kawin cerai seperti berita selebriti, rasanya miris juga menghadapi tantangan hidup berkeluarga. Demikian juga membandingkan dunia bebas dan dunia dibalik jeruji penjara. Perbedaan antara keduanya hanya bisa dirasakan oleh mereka yang pernah mendekam dibalik dinginnya tembok penjara.
Pengalaman banyak orang yang telah menikah serta mereka yang pernah menjadi tahanan menjadi pertimbangan kita dalam menghadapi tantangan kehidupan. Tetapi janji Tuhan Yesus lewat Injil hari ini jelas mengingatkan kita seperti apa dunia yang dijanjikannya. Berbahagialah kita yang percaya bahwa kebangkitan Kristus menimbulkan pengharapan bagi kita akan dunia yang baru setelah hidup kita selesai di dunia yang fana ini. Kita bisa mendengar berbagai kisah kehidupan dari mereka yang mengalami hidup berkeluarga, yang tidak menikah, yang terpenjara, yang dizolimi dsb. Boleh percaya, boleh tidak percaya. Semoga kisah kehidupan mereka mengingatkan kita kembali kepada janji-janji Tuhan kepada kita. Semoga karenanya kita berani memilih mana yang baik karena kita hanya punya dua pilihan, menerima atau menolak tawaran menikmati kebangkitan dan hidup kekal bersamaNya. Semoga juga kita terlibat menyapa keluarga atau pasutri yang sedang bergumul dalam kehdupan perkawinannya serta mereka yang sedang terbelenggu kebebasannya di balik jeruji penjara karena disitulah Yesus pun hadir dalam diri mereka.
==============================================================================================
Bacaan Injil Lukas 20:27-40
“Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.” Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.”