Fiat Voluntas Tua

Yesus Kristus Raja Semesta Alam, Raja di hatiku ?

| 0 comments

HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: Dan 7:13-14; Why 1:5-8: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini”

“Bapak datang, kita berpuasa dua hari”, demikian keluh kesah penarik becak di kota Semarang pada suatu saat, yaitu ketika Presiden Suharto berkunjung ke Semarang dalam rangka kunjungan kerja dalam `Seminar Budaya Jawa’ di hotel Patra Jasa – Semarang. Memang pada saat itu selama dua hari jalan yang akan dilalui presiden harus steril dan bersih, antara lain: penarik becak tidak boleh lewat, para pedagang kaki lima di pinggir jalan tidak boleh jualan, dst.  Karena dua hari tidak kerja atau jualan berarti dua hari tidak memperoleh uang, padahal apa yang diperoleh satu hari juga hanya cukup untuk kebutuhan hidup keluarga sehari. Sebaliknya ketika Paus Yohanes Paulus II mengadakan kunjungan pastoral di Yogyakarta, banyak pedagang kaki lima diuntungkan, karena pada waktu itu mereka dapat berjualan di pinggir jalan seperti biasa, bahkan harga dinaikkan tidak apa-apa dan jumlah yang mereka jual hampir dua kali lipat seperti biasa. Maklum beberapa jalan sekitar Maguwaharja, tempat Paus berkunjung dan mempersembahkan Perayaan Ekaristi, ditutup guna parkir kendaraan, dan dengan demikian mereka berjualan seperti biasa tidak apa-apa.  Dari dua kunjungan sebagaimana saya kisahkan secara singkat di atas, kiranya cukup jelas ada kontras tajam, perbedaan antara `kerajaan dunia’ dan `kerajaan sorga’.  “Raja dunia” pada umumnya menguasai, sedangkan `raja sorga’ lebih melayani. Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, dipanggil untuk meneladan Yesus, Sang Raja Semesta Alam, yang datang untuk melayani bukan dilayani dan menguasai.

Uraian romo Maryo di atas menjelaskan perbedaan ‘raja’ dunia dan ‘raja sorga’. Pada hari ini seluruh Gereja merayakan hari dimana Yesus Kristus merajai alam semesta, dan seyogyanyalah juga merajai hidup kita. Dalam misa yang dipimpin romo Steve kemarin sore di Polda Metro Jaya, dihadapan lebih dari 50 tahanan sementara, kami bersama-sama merenungkan sejauh mana Tuhan Yesus Kristus telah merajai kehidupan kita selama setahun ini.

Kalau kita disebut sebagai pengikut Kristus, apalagi anak-anakNya, anak-anak Tuhan, maka pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana sifat Tuhan juga menguasai kehidupan kita? Allah yang penyayang, maha pengampun, senantiasa setia dan rela berkorban melayani siapapun, hanyalah sebagian dari sifat yang seharusnya juga tampak pada kita para pengikutNya.

Ataukah selama ini hidup kita belum dikuasai oleh Kristus, kita masih mengagungkan diri kita sendiri, bahkan mengandalkan kekuatan-kekuatan lain yang bukan berasal dari Kristus? Kesaksian seorang rekan tentang persidangan yang dikuasai dan diatur oleh para penguasa menunjukkan tantangan iman yang berat bagi pengikut Kristus. Tetapi dengan penuh semangat ia mengingatkan kami semua yang hadir, biarpun kita diintimidasi dan ditekan bahkan disiksa untuk mau mengikuti segala ‘setting’ yang telah diatur sedemikian rupa, tetaplah bertahan dan percaya bahwa Roh yang ada didalam kita lebih besar dari kuasa manapun. Jangan takut bila kita berada dalam kebenaran dan berdiri bagi keadilan, walaupun fisik kita ada dibalik penjara. Sungguh, dunia yang kita hidupi ini adalah dunia yang kejam, belum tentu yang jahat berada dibalik penjara bahkan mereka yang jahat masih menghirup udara bebas. Kemerdekaan dan kebebasan ternyata bisa diatur.

Merayakan misa bersama para tahanan sementara ini yang umumnya masih muda, dibawah 30 tahun, membuat hati teriris. Kita sering tidak mensyukuri bahwa kita sendiri sering menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan. Alangkah indahnya bilamana kita bisa beribadah dengan bebas bersama keluarga. Mau misa dimana dan kapan saja tinggal pilih. Mau mengaku dosa pun tinggal pilih pastor yang mana. Bandingkan dengan saudara-saudari kita ini yang karena berbagai keadaan tidak punya pilihan banyak. Belum tentu mereka yang berada dibalik tembok penjara yang suram dan dingin bisa menikmati misa sebulan sekali, apalagi menerima kesempatan untuk pengakuan dosa. Semoga kita tidak selalu bersikap ‘take it for granted’ sehingga setiap kesempatan berharga lewat begitu saja. Marilah kita syukuri setiap kesempatan yang ada dan memberikan yang terbaik kepada sang Raja yang menguasai hidup kita.

Marilah kita senantiasa mengusahakan agar setiap keputusan yang kita ambil, sungguh dikuasai oleh rasa cinta rasa keadilan dan berani bersikap bahwa Tuhan kita tidak pernah meninggalkan kita. Roh yang ada didalam kita lebih besar dari kekuasaan manapun. Roh itulah yang menguasai kehidupan kita, merajai masa depan kita dan mampu membuat kehidupan kita menjadi lebih baik lebih sempurna. Mari kita tinggalkan hidup lama kita dan mengarah kepada kehidupan yang dirajai oleh Sang Kristus sendiri.

==============================================================================================

Bacaan Injil Yohanes 18:33b-37

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: “Engkau inikah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus: “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Kata Pilatus: “Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?” Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.”

Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.