“Setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi”
Sejak almarhum ibu mengenal Kitab Suci, beliau senang sekali mengadakan persekutuan doa di rumah. Hatinya yang tadinya memang baik dan suka memberi, suka menolong, menjadi semakin murah hati. Selalu ada makanan tersedia di meja makan bagi siapa saja yang datang berkunjung ke rumah, dari mulai teman anak-anak pulang sekolah sampai tamu yang datang malam hari. Selalu ada kamar kosong tersedia bagi siapa saja yang memerlukan tumpangan. Di tasnya pun selalu tersedia uang yang rasanya cepat sekali berpindah tangan kepada mereka yang membutuhkan. Padahal saya tahu pasti, ibu tidak punya uang cukup untuk bayar gaji pegawai bulan itu.
Tapi imannya yang kuat tidak membuatnya berhenti menahan atau menunda pemberian tersebut. Ucapnya selalu “saya tidak mengkhawatirkan yang kemudian, mereka lebih membutuhkan (uang)nya saat ini”. Perhiasannya termasuk benda-benda yang paling sering ‘sekolah’ di toko emas untuk mendapatkan tunai sambil menunggu pembayaran dari para penyewa rumah. Memang imannya terbukti melahirkan kebetulan-kebetulan yang terkadang tidak bisa diterima akal.
Sebagai seorang wiraswasta, ada saja rejeki datang tak terduga. Perusahaan yang sudah berkali-kali nego untuk menyewa rumah, tiba-tiba batal dan datang penyewa lain yang mau harga sewa lebih tinggi. Sekali waktu ibu lupa mengasuransikan rumah-rumah, dan saat itu juga langsung diperpanjang. Tidak sampai dua minggu, terjadilah kebakaran dan rumah tersebut ikut terbakar karena korsluiting rumah tetangga. Uang penggantiannya lebih dari cukup bahkan bisa digunakan modal untuk merenovasi rumah lainnya.
Injil hari ini atau tepatnya perikop ini sering membuat kita bingung. Apa yang dimaksud Yesus dengan “Siapa yang memiliki, akan diberi” – memangnya memiliki apa sih? Tapi kalau dilihat konteks pembicaraan saat itu, Yesus mengucapkannya sesaat setelah Zakheus menyatakan akan membagi-bagikan hartanya bagi mereka yang telah menjadi korban kejahatannya. Hatinya yang membeku telah mencair, Zakheus memiliki hati yang baru yang lebih murah hati, hati yang senantiasa memberi. Tidak hanya uang, tapi juga bisa hati, perhatian dan tentunya dilandasi dengan kasih.
Dengan semangat pembaharuan akibat pertobatan, ia menyadari kasih Tuhan yang menyadarkannya. Kasih Tuhan adalah lebih dari segalanya, lebih dari harta yang dimilikinya. Maka mereka yang bertobat dan kembali kepada jalan dan rencana Allah, tentunya harus disertai perbuatan nyata yaitu menyatakan kasihnya dengan memberi perhatian tulus, menolong yang kesulitan, memberikan makanan kepada yang lapar, memberikan minum kepada yang haus, memberikan tumpangan bagi orang asing bahkan mengunjungi mereka yang terpenjara. Nah, untuk orang-orang seperti ini, yang senantiasa memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan orang lain, pasti diberikan kemampuan lebih oleh Nya: betul kemampuan untuk memberi.
Jadi tidak heran kalau kita melihat orang yang murah hati dan tulus hatinya, hidupnya tidak pernah berkekurangan. Tetapi mereka yang kikir hatinya, mengumpulkan kekayaan bagi dirinya sendiri, bagi anak-anaknya sendiri, kehidupannya sebenarnya kering. Suka cita dan damai di hati adalah barang yang langka; karena sudah mati dan yang tinggal adalah waswas dan kekawatiran serta ketakutan akan masa depan. Tidak ada rasa cukup dalam kehidupan orang seperti ini, karena pada dasarnya ia hanya membutuhkan sedikit kasih, kasih Tuhan ! Sayangnya tidak semua orang menerima dan membalasnya.
Kita bisa membayangkan kalau pertobatan zakheus itu begitu fenomenal, apalagi kalau yang bertobat itu para pejabat dan para ‘markus’ diikuti para pengusaha taipan papan atas… wuaaah Indonesia ini pasti menjadi surga yang indah ya? Tapi daripada berandai-andai lebih baik mulai dengan diri kita sendiri dulu saja lah. Semoga kita menyadari bahwa buah pertobatan kita harus membuahkan perbuatan baik dan akhirnya kita pun memiliki kerinduan untuk senantiasa mencari domba-domba yang luka dan tersesat. Untuk jenis ini, percayalah upahmu besar di Surga. Bukan kata saya, tapi itulah janji Tuhan.
=============================================================================================== Bacaan Injil Lukas 19:11-28 “Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.” Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.”