Fiat Voluntas Tua

Ada Harga untuk Setiap Keputusan

| 0 comments

“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku ia tidak dapat menjadi muridKu”

Pertarungan antara cicak dan buaya belum selesai. Gerakan yang masih sporadis bisa dikatakan embrio dari ketidakpercayaan dan ketidakpuasan atas segala upaya pemberantasan korupsi negri ini. Hasil sementara dengan adanya penangguhan penahanan Bibit – Chandra belum berarti ‘case closed’. Dalam skandal ini ternyata fungsi para wakil rakyat dan para penegak hukum dikalahkan dengan suara rakyat lewat FB dan media, gerakan yang dibangun dalam waktu seminggu cukup membuat ‘jengah’ para pemimpin. Gerakan ini hanyalah gerakan riak kecil, gerakan orang-orang yang berani mengambil sikap. Mereka tidak perduli berapa banyak dan berapa besar kekuatan yang ada dihadapannya selama mereka yakin apa yang menjadi prinsip setiap keputusan. Lalu dimana suara mayoritas? Dimana suara mereka yang memilih diam? Atau tepatnya bukan saluran suaranya yang mampet, tapi apakah mereka berani menyatakan pendapatnya?

Memikul salib adalah satu idiom yang paling mudah untuk dipahami oleh setiap pengikut Kristus karena salib adalah lambang penderitaan, salib adalah jalan berat menuju kebangkitan dan keselamatan. Tetapi kita sering lupa bahwa salib itu bisa diberikan sebagai konsekwensi sebagai pengikut Kristus, atau juga salib yang dibuat sendiri akibat perbuatan sendiri. Kita selalu memiliki pilihan untuk menerima atau menolak ‘salib’ yang diberikan, tetapi kita tidak bisa menolak salib yang kita buat sendiri. Kita selalu punya pilihan untuk mengambil keputusan tapi juga bisa memilih untuk berdiam diri dan tidak mengambil keputusan. Dan karenanya kita akan merasa ‘aman’ karena tidak akan dituntut apa-apa.

Setiap keputusan yang kita buat selalu ada konsekwensinya, ada tanggungjawab yang dituntut serta ada ‘harga’ yang harus dibayar. Termasuk didalamnya ada konsekwensi pula bila kita berdiam diri, tidak mengambil sikap. Hal ini sama halnya dengan mereka yang tidak berani bertanggungjawab, yang memilih menunggu dan melihat situasi, yang mengutamakan ‘zona nyaman’nya dan dengan ragu-ragu berpikir ‘jangan-jangan saya salah ya? lebih baik diam saja’.

Dunia tidak membutuhkan orang pintar lagi, rasanya tidak kurang banyak. Tetapi disaat krisis seperti ini, yang dibutuhkan adalah keberanian mengambil sikap dan berani bertindak serta siap menanggung resikonya. Berani bersuara manakala ketidakadilan terjadi, berani berbicara saat ada ketimpangan, berani berteriak saat orang lain terinjak. Jangan berteriak saat kakinya sendiri yang terinjak-injak.

Injil hari ini semoga menguatkan kita untuk kembali fokus pada panggilan Tuhan untuk menciptakan dunia baru, dunia yang memiliki harapan. Tunjukkan dengan sikap semakin profesional dengan tugas dan tanggungjawab kita, bukan hanya untuk diri kita dan keluarga sendiri. Tapi juga bagi orang banyak terutama mereka yang tidak berani bersuara, yang miskin, yang tersisihkan, yang terzolimi dan menjadi korban kekuasaan.

==============================================================================================

Bacaan Injil Luk 14:25-33

“Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku”

Leave a Reply

Required fields are marked *.