Fiat Voluntas Tua

Menjadi Kaya : Untuk Apa dan Untuk Siapa

| 0 comments

“Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri”

Kalau memperhatikan kehidupan teman-teman beserta keluarganya, bisa dilihat kebanyakan pasutri bekerja bertujuan untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Ya rumah, pendidikan, makanan dan kualitas hidup yang layak. Tapi sering juga dijumpai demi materi mereka melupakan yang terpenting, waktu dan perhatian buat anak-anak tercinta. Sehingga yang namanya ikatan keluarga  ditengah waktu yang berpacu dengan berbagai kegiatan menjadi longgar. Komunikasi yang ada sebatas ada kebutuhan, perlu uang, pulsa, minta ini dan itu. Saat weekend pun tidak berarti banyak.Nanti saat orang tua mau membagi warisan, wah… bisa heboh deh. Disisi lain, mereka yang tidak punya anak, kehilangan ambisi dan gairah hidup. Untuk apa capek-capek bekerja, mengumpulkan harta, tapi tidak ada yang menjadi motivasi hidup. Kalaupun untuk sosial, kan ya gak semuanya?

Injil hari ini mengajak kita merenungkan kembali, apa sih tujuan kita hidup? Makan untuk hidup? atau hidup untuk makan? Setelah cukup makan, menjadi kaya untuk dinikmati (keluarga) sendiri atau untuk dibagikan? Mengapa juga harus dibagikan?Berapa banyak yang harus disimpan, dikembangkan dsb? Semua materi bisa dihitung, dicari dan direncanakan bahkan diinvestasikan. Tetapi ada satu hal yang manusia tidak berkuasa atasnya, tidak bisa dibeli, tidak bisa diproduksi dan ditanam, tidak bisa di ‘reimburse’ juga, yaitu WAKTU.

Yang membuat kita bisa gelap mata, adalah ketamakan kita. Tidak ada rasa ‘cukup’ bagi orang yang tamak, yang mementingkan dirinya sendiri. Termasuk membuat Tuhan menjawab doanya, seperti apa yang dia mau. Kalau tidak, maka sudah dijamin, misuh-misuh (=ngomel) sama Tuhan. Kita merasa menjadi pemilik atas segalanya, ya harta ya hidup kita. Padahal semuanya hanyalah ‘titipan’ Tuhan yang kapan saja Dia akan minta kita mengembalikannya. Bisa besok, bisa lusa, bisa 20 tahun lagi. Siap kah?

Tidak ada yang bisa menjamin apakah besok pagi kita bisa bangun pagi lagi. Masih bisa menghidup oksigen tanpa tabung, masih bisa berjalan kesana kemari tanpa membawa labu darah. Maka biarlah kita hidup dari hari ke hari, walau tetap perlu ada persiapan untuk masa depan. Termasuk persiapan untuk bersedia kapanpun mempertanggungjawabkan hidup kita dihadapan sang pencipta. Kalau saja kita pernah mengalami lolos dari kecelakaan maut, kita pasti menghargai setiap detik dalam kehidupan kita. Tuhan bisa kapan saja memanggil kita, kapan Dia mau.

Alangkah indahnya kalau kita mengisi waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan untuk melipatgandakan sukacita ke banyak orang, menggunakan segala talenta, upaya, dengan kekayaan dan perhatian. Sehingga pada saat kita sudah kehabisan waktu,  disaat itu orang-orang yang mengantarkan kita di tempat peristirahatan terakhir menjadi ikut bersyukur karena telah beriringan bergandeng tangan dalam penziarahan di bumi ini. Meninggalkan yang baik di bumi sebelum bersiap kembali kepada Bapa.

==============================================================================================

Bacaan Injil  Lukas 12:13-21

Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.