Tanggal 7-12 Oktober 2009, empat seminaris Mertoyudan menjalani live in di KPTT. Pengalaman yang menarik. Berikut penuturann mereka yang dikirim romo Wartaya SJ
Push to The Limit
- Sebuah refleksi Live-In di KPTT Salatiga-
Pulung Wismantyoko, Yustinus
Seminari Mertoyudan
Ternyata benar, saat-saat terakhir itu menawarkan keindahan yang membuka semua batas-batas. Hari ini kami akan kembali ke Seminari membawa sejuta kenangan indah yang kami alami bersama komunitas para petani pengusaha sukses KPTT. Segala kesan dan berkas keceriaan yang telah membekas di hatiku tidak akan aku hapus, malah akan aku jaga menjadi harta dan persembahan hidupku.
Aku memberi judul refleksiku ini” Push to The Limit “, berjuang sampai sehabis-habisnya. Harus aku akui bahwa pada awalnya aku sama sekali tidak ada gambaran tentang apa yang akan terjadi ketika kami menjalani live-in di KPTT. Aku pribadi pun sama sekali buta tentang pertanian, karena mungkin hidup di lingkungan asrama seminari sedikit membuatku steril dari hal semacam itu. Awal kedatangan kami disambut dengan sangat baik dan hangat oleh Romo Wartaya,SJ. Berbagai perjumpaan pun kami rasakan begitu hangat dan menyentuh. Para siswa KPTT, tampang boleh preman tapi hati setulus merpati seputih kapas!!! Kesan pertama begitu menggoda sehingga aku merasa tertantang untuk mengenal lebih dalam lagi!
Lima hari empat malam Live-In di sini aku merasa banyak mendapatkan tidak hanya pengalaman berharga tapi juga pencerahan luar biasa. Kami belajar bagaimana perjuangan mencangkul, mengolah tanah, bergaul dengan biogas, bermain dengan ternak itu begitu menyenangkan dan fun. Dibimbing oleh Pak Bowo dan Mas Agus yang setia mendampingi kami belajar mencintai alam, aku pun bisa merasakan kembali spirit panggilanku yang dikobarkan. Bagaimanapun, panggilan itu tak ubahnya bibit tanaman yang disemai. Setiap hari harus disiram, dirawat, dan diberikan sentuhan-sentuhan cinta. Dari pertanian dan praktek langsung di kebun ini aku mendapatan pencerahan yang begitu menyegarkan panggilanku.
Namun yang juga berharga itu ketika aku merasakan sendiri beratnya perjuangan seorang petani. Aku ditantang untuk” Push to The Limit ” setiap kali aku merasakan praktek di kebun ataupun ternak. Aku kok yakin, aku tak akan bisa” Push to The Limit ” dan merasakan sensasi yang luar biasa kalau aku sendiri tidak belajar mencintai tanaman. Kecintaanku pada tanaman semakin tumbuh dan berkembang ketika aku menyadari panggilanku yang semakin segar setiap kali aku menyiram tanaman di kebun. Setiap tetes air yang aku tuang pada tanaman-tanaman itu sama dengan seteguk kesegaran pada benih panggilanku. Kini, di saat-saat terakhir aku menyadari anugerah luar biasa ini dan aku harus berterimakasih kepada Romo Wartaya, Bruder Hadi, Pak Kasdi, Pak Bowo, Pak Heri, Ibu Indri, Pak Dasim dan semua jajakan staf KPTT termasuk untuk ibu dapur. Aku juga bersyukur atas perjumpaan dengan Mas Agus, Mas Budi, Pak Thomas, Pak Gaby, Mas Tony, Mas Domi, Mas Yohanes, Mas Michael, Mas Yan, Mas Yoland, Mas Yopi, Mas Tunggul, Mas Lambert, Mas Panrin, dan Mas Edi. Terimakasih karena kalian bersedia mengisi hidupku dengan kegembiraan dan keceriaan yang begitu hidup! Terakhir, jadilah petani pengusaha yang sukses dengan karakter unggul, Amin!
Kesan dan Pesan:
1) KPTT itu sangat bagus terutama untuk menghidupkan kembali kerasulan pertanian. Aku merasa program-program yang ditawarkan KPTT begitu progresif sehingga aku yakin jiwa pertanian akan kembali hidup berkat KPTT.
2) Bentuk asrama itu sangat baik untuk mendidik karakter!!! Setuju cuy!!
3) Promosi pun sudah sangat baik, lewat internet dan pelatihan anak sekolah.
4) Aku yakin, sepuluh atau lima belas tahun ke depan KPTT akan menjadi tempat kursus yang begitu disegani dan diminati.
5) Terima kasih Romo atas pendampingannya.
Going to The Deeper Place
-Theodorus Cahyo W-
Bertolak ke tempat yang lebih dalam dengan menjadi seorang petani memang bisa dikatakan tak ada hubungannya. Namun, bagiku semua pasti ada hubungan dan kaitannya termasuk dengan pengalaman lima hari menjadi seorang petani di Kursus Pertanian Taman Tani. Pengalaman bekerja di ladang, mencangkul, menyiram, menggemburkan tanah, menuangkan biogas dan bermain ria dengan kompos mengajakku dan mengajarkanku untuk lebih menghayati kehidupan para petani yang penuh dengan perjuangan. Selalu bertolak ke tempat yang lebih dalam dimana aku tidak hanya mengetahui, melainkan juga merasakan dengan urat-urat nadi dan cucuran keringat pertanda keletihan dan kepanasan.
Dulu petani adalah pekerjaan remeh bagiku dan……..ah.
……. tak ada harapan sekalipun. Menjadi seorang petani adalah pekerjaan bodoh dan bisa jadi menjadi pelarian diri di perkembangan zaman ini. Tetapi, hari-hari bersama dengan mereka menyadarkanku dan merubah cara pandangku dimana menjadi petani adalah sebuah pilihan bukan pelarian, menjadi petani perlu pemikiran bukan sembarang bekerja dan menjadi petani adalah penuh dengan perjuangan bukan hanya “ongkang-ongkang” kaki belaka. Semangat mereka menghidupkan adrenalinku untuk tidak lagi meremehkan mereka karena setelah aku bertolak ke tempat yang lebih dalam di “dunia mereka”, aku menemukan cara pandang baru untuk tidak lagi meremehkan perjuangan dan kerja keras seorang petani. Kini aku tak lagi memandang sebelah mata terhadap mereka karena aku pernah merasakan sulit dan beratnya hidup seperti mereka di mana mereka mampu hidup bersatu dengan alam.
Lima hari berkutat dengan alam merupakan kisah hidup yang sarat akan manfaat dan makna. Aku sadar bahwa di luar sana orang-orang sedang heboh karena masalah global warming. Dan, di sini aku menemukan pemuda-pemuda yuang mungkin tidak mereka sadari bahwa mereka turut mengatasi masalah global warming dengan hidup bersama dengan alam. Kesadaran inilah yang mungkin harus diperoleh oleh semua orang di dunia ini, di mana kita harus sadar dengan turut merawat alam ini dan memerangi iu global warming. Mencintai alam adalah sebuah kesimpulan yang tepat untuk memaknai manfaat pengalaman bergulat sebagai petani.
Banyak kesan dan makna yang kudapatkan bersama dengan mereka yang mungkin tidak akan cukup dituliskan dalam selembar kertas ini. Dan, hanya satu hal yang ingin kukatakan pada semua pihak di KPTT ini, yaitu kalian telah mengajarkanku bagaimana mencintai alam dan marilah kita terus hidup dengan alam hingga nantinya tercipta sebuah harmoni kehidupan yang saling mendukung antara alam dan manusia. Alam ini adalah ibu kita dan cintailah ibu yang memberi makan kita.
LUAR BIASA
Yohanes Yayan Riawan
Luar Biasa!!!… kata itulah yang kurasa dapat mewakili semua hal yang kurasakan dan aku dapat di KPTT ini. Hari-hari terasa begitu cepat walaupun awalnya kumerasakan suatu keengganan. Apakah nanti aku dapat betah dan kerasan di sini? dengan tempat dan teman-teman yang baru seperti ini. Namun itu semua sudak tak kurasakan ketika aku sudah mulai “in” di tempat ini. Aku merasa diterima dan mulai bisa masuk dalam dinamika-dinamika. Berkenalan dengan teman-teman yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda-beda. Rasa takut sempat ada, namun itu semua terhapus oleh suatu hal yang bagiku luar biasa, yaitu keramahan mereka. Tampang boleh preman, tetapi hati dan sikap mereka sungguh baik. Aku banyak belajar dari karakter-karakter mereka. Ada yang pemarah, ada pula yang lucu, sungguh berbeda-beda. Selain itu rasa solidaritas dan kebersamaan mereka sungguh besar. Rasa berbagi, kesatuan dan kerukunan sungguh tampak. Aku amat senang dengan orang-orang yang seperti ini. Mau menghormati teman yang lain dalam beda keyakinan. Di sini aku dapat belajar bahwa perbedaan bukanlah harus menjadi sesuatu yang dipertentangkan tetapi perbedaan itu bisa menjadi suatu kekayaan.
Selain itu di sini aku benar-benar belajar tentang bagaimana bekerja sebagai seorang petani. Yang biasanya aku memegang pulpen dan merasa nyaman di kelas, di sini aku harus memegang cangkul, gembor, kompos, biogas, dll. Sungguh menarik pengalaman ini. Bermandikan peluh karena berjemur di bawah terik matahari. Aku benar-benar merasakan bagaimana capeknya menjadi seorang petani. Harus penuh ketelitian, keuletan, kesabaran, penghayatan dan terlebih hasrat untuk semangat yang tak mudah padam. Di sini aku benar-benar dapat memperkaya pengalaman. Menemukan cinta dalam tanaman, menemukan Tuhan dalam tanaman, menyalurkan enregi positif yang ada. Ini merupakan sebuah pengalaman yang bagiku sungguh luar biasa. Pengalaman yang menyadarkanku akan pengakuan eksistensi seorang petani. Sebab, dari merekalah kita dapat makan. Jangan pernah, mulai sekarang melecehkan para petani, sebab di balik kerja keras dan keringat mereka, ada pangan bagi setiap orang.
Dan pengalaman ini tak akan pernah aku lupakan. Aku sungguh senang dapat Live-In di sini. Bahkan sampai-sampai ketika harus kembali ke Seminari aku merasa malas. Rasanya enak dan menyenangkan hidup di sini. Walaupun hanya beberapa hari, aku merasa bahwa tempat ini seperti rumah bagiku. Walaupun hanya sebentar tetapi banyak kenangan yang telah aku ukirkan di tempat ini. Semoga esok, suatu hari, aku dapat kembali mengunjungi tempat ini. Semuanya ini, akan selalu aku rindukan.
BANGGA
Benedictus Allet Purwo
Tak terasa hari ini aku harus kembali ke almamaterku SMM. Dengan begitu pula aku harus meninggalkan KPTT( Kursus Pertanian Taman Tani ) ini. Berbagai perasaan muncul, perasaan sedih, senang, bangga. Perasaan sedih karena harus meninggalkan teman-teman KPTT yang sudah akrab denganku. Bangga karena selama Live-In ini wawasanku tentang pertanian bertambah. Dari pemikiran-pemikiran yang sempit mengenai pertanian hingga kini aku dapat berfikir luas tentang pertanian. Selain itu, tentu saja aku bangga karena di sini aku dapat bersosialisasi dengan baik. Sebentar lagi aku pulang, ada begitu banyak manfaat yang telah aku terima dan mungkin akan aku sebarkan untuk orang lain. Manfaat yang aku perolek kurang lebih:
1) Aku dapat menumbuhkan rasa cinta pada tanaman
2) Aku bisa belajar dari awal mengolah tanah sampai menanam. Pengalaman ini adalah pengalaman berharga yang tak terlupakan
3) Melatih sikap tahan banting dan unggul dalam bekerja dan belajar
4) Dapat belajar dan mengenal karakter dari teman-teman yang berbeda budaya.
Usulan untuk Live-In yang akan datang mungkin waktunya lebih lama supaya bisa lebih mengerti tentang dunia pertanian . Lainnya mungkin sudah baik.