Fiat Voluntas Tua

Homo Homini Lupus

| 0 comments

“Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”

Bagi mereka yang kurang memahami konteks dalam Alkitab, bila membaca nats diatas maka dianggap bahwa  kita lah sang domba dan orang-orang yang tidak seiman dengan kita adalah ‘serigala’nya. Betulkah demikian? Lebih parahnya lagi kalau kita menganggap dalam setiap pelayanan pasti ada ‘serigala’nya dan mulai tunjuk sana sini sambil mengatakan inilah serigala yang dimaksud Yesus. Atau ekstrimnya tidak berani berbeda pendapat karena takut dicap ‘serigala’ oleh yang lain. Oh, come on …..Jangan-jangan justru kita lah si serigala bagi mereka, memangsa teman-teman sendiri dengan segala fitnah dan penghakiman. Banyak karya misi dan pelayanan Firman putus ditengah jalan karena satu sama lain saling memangsa dan menerkam.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan saat Yesus baru saja mengutus murid-muridNya pergi berdua-dua, memberikan mereka kuasa lalu meneruskan apa yang telah Ia lakukan dalam pelayanan-pelayananNya sebelumnya. Para murid sudah pernah ikut dan melihat apa yang telah dilakukan oleh Yesus. Sekarang saatnya mereka dilepaskan ke desa-desa disekitarnya tanpa disertai Yesus. Mereka harus melakukannya sendiri sebagai utusan Tuhan Yesus. Yesus pun tahu bahwa para murid akan berhadapan dengan berbagai tantangan seperti yang Ia alami.

Yesus yang beritikad baik ternyata juga bisa ditolak dan diusir di beberapa tempat, bahkan Ia didakwa sesat oleh Ahli Taurat. Maka para murid yang masih polos dan masih harus perlu dibimbing dan digembalakan ini laksana domba yang ditinggalkan gembalanya, berhadapan dengan para ahli Taurat dan Farisi yang seperti serigala. Biasanya kalau serigala datang, gembala turun tangan. Tapi kali ini sang Gembala mengijinkan ‘domba’nya berhadap-hadapan dengan si serigala. Bisa dibayangan pertarungannya seperti apa. Gurunya saja diserang para Ahli Taurat dan Farisi, apalagi murid-murid Yesus yang mereka tahu cuma nelayan. Tinggal dicaplok lah.

Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Homo Homini Lupus (Plautus) demikian lah manusia bisa menjadi ganas menghadapi manusia lain yang sekiranya mengancam keselamatan atau kepentingannya. Bukankah itu terjadi di dunia bisnis, juga di dunia politik? Hhm…di organisasi intelektual dan agamis pun terjadi kok. Anak-anak pun akan melakukan hal yang sama bila mainannya dipegang oleh anak lain. Mereka secara natural meradang dan marah karena menyangka harta ‘milik’nya diambil. Reaksi normal  manusia bila terancam kan? Maka apa yang dialami Yesus juga akan dialami para murid, termasuk kita juga yang menjadi para pengikut Kristus. Bahkan kitapun bisa dianggap aneh dan asing karena melawan ‘arus’ dan ’sistem’ nilai yang berlaku disekitar kita, menolak ikut korupsi, menolak ‘jalan pintas’ hanya untuk pengurusan IMB, paspor dan KTP sekalipun.

Mungkinkah domba bisa selamat bila berhadapan dengan para serigala yang saling memangsa, tanpa bantuan sang gembala dengan tongkatnya? Lalu apa saran Yesus? Cuma satu sarannya, fokus pada perutusan dan mengandalkan Sang Pengutus itu sendiri. Percaya pada penyelenggaraan Ilahi, bukan berarti boleh bermalas-malasan dan tidak mempersiapkan bekal dan cadangan. Maksudnya adalah  agar  dalam menghadapi tugas perutusan kita tidak mengandalkan ‘atribut’ pakaian diri, jabatan, kekayaan dsb. Fokus pada tugas perutusan, tidak berbelok ke kiri ke kanan dalam melakukan tugas. Tidak perlu mampir kiri kanan, seolah transit, istirahat sebentar dari perutusannya untuk sekedar menyenangkan diri karena setiap saat adalah kesempatan berharga untuk mewartakan Sabda.

Dalam tugas perutusan kita akan banyak reaksi yang dihadapi, ada yang menerima pun ada yang menolak. Itu bukan menjadi tanggungjawab kita, karena bagian kita adalah membagikan dan mewartakan Sabda melalui berbagai karya. Hasil perutusan itu biarlah rahmat Ilahi yang berkarya.  Bisa langsung, bisa juga berhasil setelah puluhan tahun, biarlah itu menjadi hak Tuhan. Do our best, and let God do the rest.

Maka dalam perjalanan kehidupan kita, marilah kita fokus untuk jalan beriringan dengan kawan sekerja Allah, mencapai tujuan pemberitaan Kabar Baik sebanyak mungkin. Tidak menjadi bagian si serigala yang saling memangsa sesamanya. Tapi kita lakukan dalam berbagai karya baik sebagai klerus, pelajar, ibu rumah tangga, kelompok profesional dan pengusaha. Siang malam tetap konsisten, tidak ada jeda, tanpa istirahat dalam arti tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan. Sampai akhirnya bersma-sama kita tiba di garis peristirahatan akhir dan berharap sang Gembala menyambut dengan tangan terbuka dan berkata : Marilah pulang dan beristirahat dalam damai.

==============================================================================================

Bacaan Luk 10:1-12

“Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.