Fiat Voluntas Tua

Be Professional

| 0 comments

“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”

Di berbagai perusahaan multinasional, salah satu nilai yang dijunjung tinggi adalah ‘Professionalism’. Menjadi profesional dengan memberikan yang terbaik bagi pelanggan melalui setiap karya mereka didalam dunia bisnis bahkan dalam berbagai karya sosial sekalipun. Nilai profesionalisme ini bisa dikenal dari cara-cara sebagian besar pegawai nya dalam melakukan pekerjaannya. Karyawan IBM kita tahu cara bekerjanya, demikian juga karyawan hotel Hilton dimana-mana punya standar perilaku yang serupa. Account officer Citibank dari negara manapun bisa dikenal dari cara dan penampilan mereka. Tidak hanya itu manajer perusahaan nasional seperti Astra, bisa laku tinggi dipasaran karena profesionalitasnya. Bagi seorang profesional, tidak ada kata suap dan korupsi serta nepotisme. We ‘d better not do business with them.. dan itu resiko yang mereka ambil, lebih baik tidak ikut tender bila harus  ber KKN.  Demikian juga tidak ada ‘ewuh pakewuh’ karenanya, either you move up or you out kalau kita tidak menjadi ‘best performer’.  Mereka yang non performer tidak akan dipertahankan dalam perusahaan dan dipersilahkan untuk berkarir ditempat lain. Sadis? well.. thats the rule in the ‘pro’ world.  Jadi apa sih arti profesional itu?

Kalau di cabang olah raga seperti tinju, golf, tenis dan sepakbola ada kelas profesional dan amatir, kita langsung tahu perbedaannya. Pemain profesional itu mempertahankan peringkatnya agar bayarannya semakin tinggi. Mereka akan sangat picky tidak mau bertanding dengan sembarang orang di sembarang tempat yang berakibat pada penurunan peringkatnya. Pemain profesional mempertahankan kepiawaiannya dalam bertanding karena memang mereka ‘hidup’ dari pertandingan satu ke pertandingan lainnya dengan tujuan semakin tinggi ‘rate’nya. Sekali saja mereka jatuh dalam berperilaku negatif, maka hancurlah karir ‘pro’ mereka. Memang mereka pemain bayaran lah. Beda dengan pemain amatir, mereka melakukannya karena hobby, sekedar menyenangkan diri atau sekedar pelampiasan kepuasan untuk mengalihkan diri dari rutinitas.Menang ya senang, gak menang gak masalah, besuk coba lagi… kalau gak males.

Injil hari ini dalam konteks kekinian, adalah menentukan kualitas karya Tuhan melalui tangan-tangan kita. Betul bahwa  pada waktu itu Yesus mengatakan bahwa nasibNya ada ditangan orang-orang Yahudi yang akhirnya sepakat untuk menyalibkan Dia. Tetapi ternyata kematianNya justru berakhir dengan kebangkitan yang membebaskan semua orang yang percaya. Injil diberitakan oleh para murid ke berbagai pelosok Asia kecil dan tersebar hingga kini. Itulah hasil karya ‘Anak Manusia’ di tangan manusia saat itu. Lalu bagaimana ‘tangan’ kita menentukan karyaNya di masa yang akan datang?

Bisakah kita memperlakukan Anak Manusia dengan profesional? Bisakah kita menjadi profesional sebagai pelaku Firman ? Tidak mau sembarangan dalam bertindak dan berkata karena akan mengganggu ‘peringkat’nya sebagai pengikut Kristus? Kita memperlakukan setiap karyaNya dengan mati-matian, seolah-olah memang kita hidup karenanya. Guru katolik melakukan pekerjaannya dengan profesional, karyawan/ti katolik juga bertindak secara profesional, demikian juga pengusaha katolik akan mempertahankan karyanya secara profesional sesuai dengan ajaran Kristus. Bahkan ibu rumah tanggapun bisa menjadi profesional, karena semua dikerjakan dengan perhatian penuh, bukan hanya karena tuntutan tapi karena bertanggungjawab dengan ‘profesi’nya. Kalaupun kita hanya bertugas sebagai tatib atau anggota koor, lakukanlah dengan sebaik-baiknya seolah-olah kita ‘dibayar’ karenanya. Betul, karena dosa kita sudah dibayar dengan darah Kristus; kita  memang sudah dibayar  LUNAS lhooo…Itulah profesional.

Janganlah kita jadi kristen amatir, asal saja kita senang dan cocok baru kita lakukan. Hanya mau yang enak saja, yang sesuai dengan hati. Bila susah sedikit, memilih menghindar. Karena memang pemain amatir selalu ada pilihan untuk mundur setiap saat. Tapi hal ini tidak berlaku bagi pemain profesional. Mereka akan terus berlatih, ada atau tidak ada pertandingan. Marilah kita menjadi ‘pro’ sebagai murid Kristus.

==============================================================================================

Bacaan Luk 9:43b-45

“Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid- Nya: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya”

Leave a Reply

Required fields are marked *.