Dalam pembicaraan dengan beberapa orang minggu ini, ternyata sudah mulai terjadi krisis imam, dan berimbas pada sekolah seminari yang menjadi sepi tanpa murid, akhirnya tutup. Kemudian sekolah itu akhirnya harus dijual atau diserahkan kepihak lain atau kepada negara (jika adalah aset negara) yang menjadi persoalan adalah berubahnya fungsi komplek sekolahan tersebut dan juga segala fasilitas didalamnya.
Biasanya didalam komplek sekolahan tersebut ada bangunan Gereja yang biasa digunakan oleh umat sekitar untuk beribadat menjadi tidak bisa lagi, saat ini sudah ada komplek sekolah seminari Katolik yang ditutup, karena kekurangan murid. Semua ini akibat efek domino yang tidak disadari oleh banyak umat, karena semua tidak peduli dan akhirnya semua kena dampak.
Saya tidak mengerti, mengapa banyak umat Katolik yang begitu menghormati dan membutuhkan pastor tetapi tidak rela anaknya menjadi pastor, apalagi biarawan dan biarawati lainnya, padahal menjadi seorang biarawan atau biarawati itu banyak enaknya, minimal tidak akan kelaparan atau sakit tidak dirawat, bahkan mungkin saja dapat memiliki apa saja tanpa harus membelinya kecuali pasangan hidup tentunya. Firman diatas telah mengatakan, bahwa Tuhan merelakan anak tunggalnya demi keselamatan seluruh mahluk di bumi ini.
Kami sendiri terus berdoa dan mendorong anak-anak saya untuk menjadi biarawan/biarawati, bila perlu semuanya dan kami rela membayar biaya sekolahnya, sehingga tidak membebani Gereja (saat ini baru satu yang mau), tetapi disisi lain pihak biara juga harus pandai memasarkan pendidikan di biara secara propfesional, karena didalam benak anak-anak remaja sekarang, menjadi seorang biarawan-biarawati itu kerjanya hanya berdoa saja, seolah-olah tidak bisa menjadi yang lain, padahal ada tentara, ada dokter, ahli fisika, dosen, wartawan, ahli komputer, ahli hukum dan sebagainya. Bukankah kita dititipi anak oleh Tuhan untuk menyelamatkan dunia.
Menyelamatkan kehidupan ini tidak bisa dilakukan sendiri, harus bersama-sama saling bekerja sama, tidak hanya selesai dengan uang, dengan doa atau diserahkan kepada Gereja (hierarkhi) saja, harus ada gerakan yang sistematis pula untuk menyelamatkan, karena kehidupan sudah semakin kompleks. Sepertinya banyak pengikut Kristus yang terlalu berkonsentrasi pada harta dan terjebak pada kehidupan materialis, sehingga menjadi egois dan individualis dan pada akhirnya saling menghakimi dan memusnahkan, termasuk diri sendiri. Komplek sekolahan Katolik yang ditutup adalah contoh soal yang harus diantisipasi. [Samsi Darmawan]
============================================================================================
Yohanes 3:13-17
Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.