Fiat Voluntas Tua

Ukuran Bahagia

| 0 comments

“Berbahagialah kamu jika karena Anak Manusia orang membenci kamu,”

Setiap orang punya parameter kebahagiaan sendiri, termasuk juga parameter kegagalan bila tidak dapat mencapainya. Repotnya parameter tersebut bisa menjadi bias tergantung pada pemahaman dan pengertian kita sendiri, apalagi kalau lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai serbuan media elektronik disekitar kita. Ukuran bahagia menjadi semu, semua diukur secara lahiriah dan kasat mata. Bahagia kalau punya pasangan cantik dan ganteng, bahagia kalau punya anak sehat tidak cacad, bahagia kalau bisa berpendidikan tinggi, bahagia kalau punya ‘kepribadian’ termasuk rumah dan kendaraan pribadi. Lebih bahagia kalau hidungnya lebih mbangir, kulitnya lebih putih, badannya lebih kurus lagi apalagi bisa  berdada  ’6 packs’.

Mengapa penting punya parameter kebahagiaan? Karena disitulah ‘mindset’ kita yang menentukan tindakan-tindakan kita selanjutnya. Kalau ukuran kebahagiaan kita nomor satu sekarang adalah ‘body’ karena kebetulan memang masih single. Tentu saja segala daya upaya dilakukan untuk menjaga, memelihara dan mencapai tubuh ideal tadi. Segala obat kosmetik dan cara dicoba untuk memutihkan kulit, membentuk badan dsb. Kalau ukuran kebahagiaan kita adalah PW  – posisi wuenak – maka segala tindakan kita mengarah kesana, bagaimana mencapai posisi lebih tinggi dan mempertahankannya… terkadang dengan cara apapun termasuk MT – makan temen. Gak perduli orang lain bahagia apa gak, yang penting kita puasss…

Tidak salah punya ambisi, tidak salah juga punya mimpi, dan sangat benar diperlukan tujuan hidup. Tujuan hidup memang menimbulkan semangat, tapi juga kekecewaan bila tidak tercapai. Tetapi tujuan hidup yang sesungguhnya haruslah memiliki dimensi jauh dan panjang. Bukan dimensi ukuran 3- 5 tahunan saja, tapi dimensi panjang sepanjang-panjangnya sampai kita bisa menjawab “untuk apakah aku hidup di dunia?” Masa sih hanya untuk menikmati tubuh yang sebentar lagi juga menua dan mengkerut saat mencapai 70 tahun? Masa sih hanya untuk barang-barang yang toh akhirnya malah jadi rebutan anak-cucu? Masa sih hanya untuk PW yang di usia 55 tahun pun harus lengser? Masa sih hanya untuk mengumpulkan berapa banyak teman seleb yang toh akhirnya harus terpisah juga suatu hari nanti?

Injil hari ini mengingatkan kita bahwa tujuan hidup yang diuraikan Jesus dalam ‘Sabda Bahagia’ menjadi satu pilihan, perlu menjadi pertimbangan walaupun bukan pilihan yang mudah karena ada resiko dan pengorbanan. Mau bahagia tapi kok harus miskin, mau bahagia kok harus menangis dan dianiaya serta kelaparan? Suatu ukuran yang bertolak belakang dengan parameter kebahagiaan yang umum. Tapi justru disitulah esensi kebahagiaan yang sesungguhnya. Adalah suatu kebahagiaan tak terkira bila kita bisa memberikan sesuatu bagi orang lain yang membutuhkan padahal kita sendiri juga sedang mengalami kesulitan. Ada suatu kebahagiaan tak tergantikan dengan uang saat kita tidak terikat dengan harta dunia, mau harga saham emas anjlok dan bunga deposito turun  ‘ga ngaruh’. Bukan karena gak punya, tapi karena percaya bahwa kita tidak menggantungkan diri pada hal-hal tersebut. Karena kita percaya bahwa semua harta itu adalah ‘titipan’ Tuhan, terserah Yang Diatas kapan mau diambil atau ditambah.He is The Owner, we are only His servant.

Adalah suatu kebahagiaan tersendiri melihat anak-anak mengajak berdoa saat mereka tahu orang tuanya menghadapi kesulitan. Ada air mata mengembang saat mendengar kesaksian orang yang bertobat dari kehidupan lamanya. Pada akhirnya kita kembali disadarkan, kehidupan kita tidak ada dalam genggaman tangan kita. Saat bumi bergoyang, saat kepanikan melanda Jakarta  seperti gempa minggu lalu, siapakah dan apa yang kita pikirkan? Keluarga di rumah? Segala harta benda dan posisi? Bahkan kita saja tidak yakin bisa sampai dengan selamat dan bertemu dengan semua yang tersayang. So what is the most important in your life when you know that you are no longer have control in it?

==============================================================================================
Bacaan Luk 6:20-26

“Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka  mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.