Fiat Voluntas Tua

Duc In Altum

| 0 comments

“Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Istilah kerja keras adalah gambaran umum yang bisa ditemui pada setiap orang yang mengaku dirinya seorang profesional. Mereka memang dibayar karena keahliannya, mereka pasti melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin bahkan dikenal sangat ahli dibidangnya. Kelompok pekerja seperti ini pun tidak akan berhitung dengan jam kerjanya. Yang penting adalah outputnya, kualitas hasil akhirnya walaupun mungkin ada juga kelompok profesional yang ‘argo’nya memang dibayar jam-jaman.

Pengalaman kerja ‘kejar tayang’ adalah hal biasa bagi para profesional yang justru memicu adrenalin produktivitas dan kreativitas. Bisa dibayangkan kalau saat mengejar hari H, apakah itu persiapan tender, launching atau apapun namanya, mereka bisa bekerja habis-habisan. Baik ide, kreativitas, segala daya upaya bahkan jaringan pertemanan pun menjadi sumber yang perlu digali.

Tapi manakala semua yang dilakukan menjadi sia-sia dan tidak memberikan hasil ,rasanya habis lah segala daya upaya yang telah dibangun berdasarkan segala kepintaran dan talenta yang ada. Kekalahan dalam tender karena kesalahan kecil, presentasi yang dipersiapkan berhari-hari gagal gara-gara tidak bisa menjawab pertanyaan sepele, membuat kita ‘black out’ atau hilang akal dan menjadi tidak berdaya.

Injil hari ini mengingatkan saya justru di saat merasa tidak berdaya begini, disaat segala kerja keras yang telah dicurahkan tiba-tiba menguap menjadi tidak berarti. Disaat seperti inilah kesempatan yang ditawarkan Tuhan Jesus perlu disambut. “Pergilah ke tempat yang dalam!” manakala segala upaya manusia dirasakan sia-sia, sudah habis-habisan, justru masih ada harapan bilamana Tuhan disertakan didalamnya.

No body is perfect, tidak ada memang orang yang sempurna. Pasti dalam hidup kita pernah ada kesalahan dan kelemahan yang dibuat. Justru disitulah disaat kita tidak berdaya lagi, inilah kesempatan kita untuk masuk memeriksa kedalaman diri, mengenali kembali sejauh mana kita menempatkan dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita? Karena justru dengan mengandalkan Tuhan, segala hal yang tidak mungkin dilakukan manusia justru menjadi mungkin. Maka untuk mereka yang selalu mengandalkan Tuhan sampai jauh kedalam hati dan sanubarinya, mereka mampu berkata ” Hei problem, I have a big God” dan bukannya berkata “God, I have a big problem”.  Tidak ada masalah yang lebih besar dari Tuhan kita, kalau saja kita mau pergi mengikutiNya ketempat yang lebih sulit, yang mustahil dilakukan manusia.

==================================================================

Bacaan  Luk 5:1-11

“Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata
kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.