Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”
Menanggapi panggilan menjadi murid Kristus bukanlah hal yang mudah. Pada saat bertemu di tepi danau Galilea, Jesus mengajak murid-muridNya yang pertama untuk menjadi ‘penjala manusia’. Dan dengan berjalannya waktu, berbagai hal mereka hadapi bersama dalam ‘menjala manusia’ melalui Kabar Baik. Ada saat-saat indah tetapi lebih banyak saat-saat yang sulit, terutama saat mereka harus berhadapan dengna para Ahli Taurat dan orang Farisi. Ada saat bisa menghindar, ada saatnya mereka harus menghadapinya sendiri.
Maka tidak heran kalau ada pengajaran-pengajaran Kristus yang dirasakan ‘keras’ ditelinga dan menusuk di hati. Sama halnya kalau kita mendengarkan kotbah, tidak selalu berisi segala ‘angin surga’. Manakala romo membawakan homili dengan sedikit ‘keras’, maka beredar rumor bahwa romonya marah, romo terlalu keras atau disiplin, dsb, dsb. Kita maunya hanya ingin mendengar yang mudah-mudah dan yang indah saja. Yang ringan dan kalau bisa ‘lucu’ lebih baik lagi. Tapi begitu ‘berat’ sedikit, maka kita jangan-jangan juga akan memilih menyingkir seperti murid-murid ring-2 nya Jesus.
Mengikut Jesus memang merupakan pilihan, kapanpun kita bisa meninggalkanNya. Ini adalah pilihan bebas manusia. Tapi satu hal yang diminta Jesus, mereka yang bertahan sampai akhir pertandinganlah yang akan menjadi pemenang.Pertanyaannya adalah bagaimana caranya supaya kita bisa bertahan di saat menghadapi tantangan berat?
Hari ini saya menghadiri Misa Perdana 3 dari 6 romo Jesuit sekaligus merayakan Pesta Nama Santa Perawan Maria Ratu, santa pelindung paroki kami. Romo Handy Lenggawa SJ akan bertugas di ATMI, sedangkan romo Simbolon SJ bertugas mendampingi para seminaris di Mertoyudan dan romo Rumanto SJ bertugas di Waghete nun jauh di Papua. Memandang para romo muda ini laksana menghadiri pesta pernikahan yang siap disambung bulan madu bersama Kristus. Layaknya suami istri anyar, bulan madu belum tentu bisa bertahan lama. Bagaimana mereka bisa bertahan menghadapi tantangan kehidupan di tahun-tahun mendatang? Kalau saja kita selalu ingat saat-saat kehadiran Tuhan dalam keseharian kita, terutama saat menghadapi kesulitan, saat suka dan duka, maka itulah pegangan kita untuk senantiasa percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendiri. Marilah kita senantiasa mencatat tanda cinta kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita, sehingga saat kita menghadapi suatu tantangan berat, kita tetap memilih bertahan menjadi pengikut Kristus. Semoga kita senantiasa memegang komitmen sesuai dengan keputusan yang telah kita pilih sebagai pengikut Kristus.
==============================================================================================
Bacaan Yoh 6:60-69
6:60. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”
6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.
6:65 Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”
6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”
6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;
6:69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”