“Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya”
Saat mempersiapkan materi pengajaran sesi PEMURIDAN untuk SPI di Shekinah, sungguh saya kesulitan menterjemahkan bab “Ujian dan Harga yang Harus Dibayar”. Bahan yang dibuat dalam buku terjemahan dari Principles of Discipleship”nya Paul Sachet Waller, bisa diterjemahkan dengan runut oleh romo FX Soekarno OFC. Bukan masalah memahami materinya, tetapi justru menterjemahkan kata “penyangkalan diri” dari materi pengajaran kepada potret keseharian saya malah membuat saya miris. Beginilah mulesnya seorang pewarta Firman dan pengajar, mules manakala setiap firman yang dibaca menjadi ‘cermin’ dalam kehidupan diri sendiri.
Semakin minder lagi saat menunggu dimulainya rapat Dewan Paroki semalam, saya membaca majalah UTUSAN edisi terakhir. Tema utama adalah menyambut 150 tahun pelayanan ordo Serikat Jesuit di Indonesia. Gimana gak minder ? Bener-bener penyangkalan diri para romo Jesuit yang dituliskan disana gak ada apa-apanya dibanding apa yang saya hadapi, yang saya pikir udah ‘habis-habisan’. Apalagi baca “Sang empu Sandal Jepit” tentang romo Suto SJ, hhm.. rupanya inilah cikal bakal jargon SJ sbg Sandal Jepit. Sandal Jepitnya sudah masuk istana presiden… teteuuup… dan menjadi satu-satunya sandal jepit yang dihormati Paspampres Tetapi kerendahan hati dan kedekatannya pada rakyat membuat Pemkab Wonogiri meliburkan semua kegiatan pada saat hari pemakamannya. Inilah sungguh kesaksian hidup seorang murid Kristus, pengabdian total dengan penyangkalan diri yang luar biasa.
Sementara kita lebih sering menghindar segala bentuk tanggungjawab dengan mudahnya berucap ” Bukan Saya kok… suerrr!” atau minimal kita menawar segala kesempatan melayaniNya dengan mengatakan “Jangan Saya deh”. Demi keamanan dan mungkin kenyamanan, tanpa sadar kita mengucapkannya. Sama kejadiannya mungkin dengan rasul Petrus yang baru ‘nyadar’ saat ayam berkokok tiga kali karena ia menyangkal sebagai murid Yesus. Petrus tidak kuasa ‘menanggung dan menjawab’ akibat dari perbuatannya sebagai pengikut Kristus. Kita mungkin ikut menghakimi rasul Petrus, tanpa menyadari bahwa kita jauh lebih sering menyangkal Kristus saat ada kesempatan mendapatkan proyek tapi harus dengan uang pelicin, saat harus mengurus KTP dan SIM dengan ‘potong kompas’, saat melanggar rambu aturan lalulintas …. bahkan saat memotong antrian di kasir. Rasanya ribuan kasus bisa dituliskan saat kita menghindari “Christ way” dan memilih “my way” … and everybody does that. Ooops…
Berapa kali kah kita juga menyangkal diri sebagai murid Kristus dalam berbagai kesempatan yang datang? Beranikah kita menjadi satu-satunya murid Kristus ditengah sekelompok orang yang berbeda iman dan menjadi sorotan setiap orang yang akan memperhatikan perkataan dan perbuatan kita ? Sungguh saya masih miris dan bertanya, mengapa saya yang ditunjuk membawakan topik pengajaran ini, please help me Lord…
==================================================================
Bacaan Mat 16:24-28
“Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”
August 7, 2009 at 7:30 am
Mbak Ratna yang diberkati Tuhan: Saya faham betul, bhw tidaklah mudah menjadi seorang pewarta iman, banyak pergumulan di dalamnya. Sebagai pewarta iman, seyogyanya pula menjadi pelaku firman di dalam Roh dan KebenaranNya. Saya percaya, Tuhan akan senantiasa mengurapi Mbak dgn kuat kuasaNya dalam menjalani pelayanan Mbak Ratna.
Romo Suto Panitero, kalau sy tdk salah, di thn 70an dikenal sebg Romo nya para tapol..sy mengenal beliau dari tante sy yang menjadi korban kesewenangan rejim orba, hny krn tante sy menjd seorg kepsek sekolah Baperki, mendekam di LP Bukit Duri selm 7 thn. Puji Tuhan, setelah mendpt suaka politik, ia kini bermukim di Danmark.
Saya kagum, Tuhan memilih Mbak untuk menjadi saluran berkatNya. Semoga semua karya dan perjuangan Mbak Ratna terhadap umatNya akan berbuah sangat lebat dan manis rasanya. Tuhan Memberkati.