Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
Belum lama ada seorang teman yang mengingatkan saya agar masalah-masalah sensitif di dalam Gereja sebaiknya tidak diungkap secara umum dan sebaiknya berhati-hati, agar hal ini tidak membuat umat kebanyakan menjadi bingung dan imannya menjadi terganggu.
Terus terang saya pribadi kurang sependapat dengan saran yang dimaksud, jika masalah sensitif yang dimaksud adalah masalah kehidupan sosial beriman sehari-hari. Saat ini banyak hal-hal demikian didalam Gereja yang dianggap sensitif, tetapi ternyata hanya menjadi tempat persembunyian atau sarana bagi banyak orang untuk menjual Tuhan demi keuntungan pribadi. Misalnya soal keuangan Gereja, soal perkawinan dalam keluarga beriman, soal kehidupan membiara, soal pembangunan Gereja dan lain lain, semua berkutat seputar uang dan seks.
Sebagai umat, apakah kita hanya bisa melihat dan diam saja atas kejanggalan- kejanggalan yang terjadi?, Memang adakalanya akan membuat dilema sendiri, karena jika dipersoalkan dan diangkat kepermukaan akan membuat aib bagi tempat Tuhan kita bersemayam, artinya kitapun akan ikut terciprat aib tersebut, tetapi untuk jangka panjang, tanpa disadari hal tersebut perlahan tapi pasti, menggerogoti pilar-pilar bangunan iman yang kita perjuangkan bersama.
Doa Yesus diatas jelas sekali, agar kita dikuduskan dalam namaNya, agar kita terlindungi dari yang jahat, agar kita memperjuangkan kebenaran dan saling melindungi dari yang jahat, dengan demikian firman Nya akan hidup dalam diri kita dan tidak binasa walau dibenci oleh dunia.
Dimana rahmat berkembang, disitu kecenderungan orang berbuat dosa semakin banyak, disinilah kita harus terus berkomunikasi dengan Allah, agar semakin mampu membedakan antara suara hati dan suara emosi. Yang kadang kala keduanya berujud serupa, dan hanya dengan kacamata iman kita mampu melihat perbedaannya. Jika kita merasa salah dalam melakukan sesuatu atau menyesali tindakan kita terhadap sesama atau terhadap diri sendiri, maka itulah suara hati, tetapi jika kita puas melihat penderitaan orang lain akibat perbuatan atau harapan kita tanpa ada penyesalan, maka itulah suara emosi. [Samsi darmawan]
==============================================================================================
Yohanes 17:11b-19
”Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran. “