Fiat Voluntas Tua

Kesaksian Pribadi vs Narsis

| 0 comments

Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar.

Menjadi saksi itu gampang-gampang susah. Saksi harus memberikan fakta tentang apa yang ia lihat dan ia lakukan mengenai sesuatu insiden. Ada dimana dia waktu itu, pakai baju apa, siapa saja yang ia lihat dsb dsb. Tidak akan ditanya tentang opini atau pendapat pribadinya. Dengan kesaksiannya itu akan meringankan atau memberatkan terdakwa.  Hukumannya berat kalau dia bohong atau disebut saksi palsu. Biasanya dibutuhkan lebih dari dua saksi untuk mengkonfirmasikan pengakuan terdakwa dalam menentukan mana yang benar dan salah.

Itu baru bicara kebenaran dari versi hukum. Nah kebenaran menurut pendapat dan pengalaman pribadi juga bisa saja dan sah-sah saja diutarakan sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Repotnya pembenaran menurut diri sendiri tanpa memperhatikan norma yang berlaku bisa menjurus pada mengkultuskan diri. Narsis. 

Kalau kita lebih banyak bicara tentang diri sendiri dibandingkan tentang orang lain, kita bisa terperangkap dengan narsisme – kepuasan akan cinta diri berlebihan, bahkan tidak bisa melihat kekurangan diri sendiri.  Mana ada sih seorang dokter yang mengaku-aku dialah dokter terbaik di kotanya. Wah…walaupun memang dia sangat ahli, pasti dibilang sombong amat, narsis lah ! Demikian juga seorang penyanyi yang begitu membanggakan prestasinya. Pasti begitu muncul di media dilibas para penggemarnya lewat sms yang tajam.  Oleh karenanya tetap dibutuhkan 2-3 orang saksi yang ‘membenarkan’ apa yang kita lakukan.  Mereka yang tahu persis perilaku dan prestasi kita, termasuk fakta akan kekurangan dan kelemahan kita. Kesaksian mereka yang tidak menarik keuntungan dari keberhasilan kita, netral, lebih penting dari kesaksian pribadi. Para pasien lah yang promosi dari mulut ke mulut tentang kualitas pelayanan sang dokter ahli. Para fans lah yang akan promosi album sang penyanyi ke teman-temannya.

Maka gak heran kita punya mulut satu dan dua telinga. Lebih baik telinga digunakan lebih sering untuk mendengarkan keberhasilan orang lain dan sesedikit mungkin membicarakan  kebaikan diri sendiri. Semakin sering kita bicara ‘keluarga saya.., pekerjaan saya.., kalau saya.., saudara saya.. dst”, waspadalah kalau  sudah menjurus tanda-tanda narsis karena kita ingin sebanyak mungkin orang kagum akan kita.

Mari mulai melatih  diri untuk tidak bercerita tentang ‘saya’ kalau tidak ditanya, mari lebih sering membicarakan kebaikan orang lain agar mereka  memiliki citra yang baik… seburuk apapun kenyataannya. Penjahat sekalipun bisa kita harapkan menjadi baik walaupun mungkin membutuhkan waktu lama, karena dia juga dicintai Tuhan. Tuhan melihat yang baik, yang begitu berharga dari setiap ciptaanNya.

Maka supaya kita tidak terperangkap jerat narsis,  marilah kita belajar untuk  menjadi saksi kebaikan orang lain, juga menjadi saksi  akan cinta Kristus. Lebih baik bercerita tentang Kristus yang berkarya dalam kehidupan kita daripada ngerumpi kejelekan orang lain dan mengeluh akan segala hal disekitar kita.

Setelah dirimu dislamatkan, jadilah saksi Kristus !

Cahaya hatimu jadi terang.Jadilah Saksi Kristus!

Tujuan hidupmu jadi nyata – Jadilah saksi Kristus !

============================================================

Bacaan  Yohanes (5:31-47)

31 Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang Yahudi, “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; 32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 34
tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. 37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, 38 dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. 39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. 41 Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. 42 Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. 43 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. 44 Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. 46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”

Leave a Reply

Required fields are marked *.