Apa yang dikatakan oleh Yesus ini adalah tentang dirinya sendiri, dan yang kena sindir adalah kaum Farisi dan para Imam Yahudi. Hal ini kemudian diulang lagi oleh Yesus dalam warta gembira hari ini untuk mengingatkan kita, namun sering kali kita lebih buruk dari kaum Farisi dan Imam Yahudi. Jika mereka mengerti akan perumpamaan Yesus dan menanggapinya dari sisi negatif, sedangkan kita yang seringkali mendengar warta gembira tetapi tidak mengerti atau jika mengerti pun dari sisi posistif pada umumnya mengabaikannya atau tidak peduli.
Sikap-sikap yang tidak peduli akan perjuangan Yesus inilah yang kemudian berkembang secara negatif, mulai dengan pelayanan kepada sesama yang berjalan sendiri-sendiri, tidak saling komunikasi, kemudian diam melihat kesalahan, membantu hal-hal salah karena takut atau karena pertemanan/saudara, menjadi pelaku kejahatan dan sebagainya. Ini sama dengan perbuatan kaum Farisi atau Imam Yahudi bahkan lebih buruk lagi, dimana kita secara tidak sadar, sengaja membunuh karakter Yesus secara perlahan.
Bayangkan, disatu sisi kita sebagai orang Katolik/Kristen yang rajin berdoa, ikut aktif dalam pelayanan Gereja, memakai kalung salib yang besar di leher, demikian memuja-muji Tuhan Yesus bahkan simbol-simbol kekristenan begitu kental di mobil dan rumah kita tetapi sehari-hari di kantor atau di kehidupan sosial, kita adalah seorang diktator, kejam dan tidak peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan bahkan melanggarnya, bukankah ini sungguh kontradiktif dan lebih munafik daripada kaum Farisi.
Kita mungkin pernah mengalami rasa kecewa atau sakit hati atau marah akan sesuatu, namun jika hal itu hanya terjadi sesekali, mungkin masih bisa dimaklumi, tetapi jika sering kali dan banyak dilakukan dan oleh keluarga tertentu, suku tertentu atau kelompok orang-orang secara silih berganti, tentu kita akan membuat stigma jelek pada keseluruhan keluarga, suku atau kelompok orang tersebut.
Jika demikian jagalah sikap dan perbuatan kita, jika tidak maka pandangan orang lain terhadap Yesus sebagai Tuhan umat Katolik pun akan buruk, dengan demikian kita akan malu sebagai pengikut Kristus, bukankah ini sama dengan membinasakanNya.[Samsi Darmawan]
==================================================================================
Bacaan Matius 21:33-43, 45-46
“Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu.
Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.
Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?”
Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.”
Kata Yesus kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”
Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan- perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan- Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.