Saya pernah mendapat kiriman renungan dari seorang teman Muslim, ceritanya begini: ketika itu bulan Ramadhan ada seorang bocah yang menikmati es krim dan makan buah sambil berjalan di tengah keramaian pada siang hari tanpa peduli bahwa saat itu kelakuannya menjadi pusat perhatian orang-orang muslim yang berpuasa.
Dengan santainya dia berjalan kesana-kemari, seolah-olah tidak melihat pandangan marah dari orang-orang disekitarnya tersebut, hingga datanglah seorang kyai yang mencoba menegurnya, sebab kelakuannya tersebut sungguh tidak elok dan mengganggu ibadah orang-orang, tetapi jawaban bocah itu cukup mengejutkan, sambil menatap tajam pak kyai itu, katanya: “Bukankah Itu yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak- banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian..!?”
“Ketahuilah Pak Kyai.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara kalian hanya berpuasa sepanjang siang saja. Sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Pak Kyai.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…!”
Seandainya jawaban bocah itu ditujukan pada kita pengikut Kristus yang saat ini sedang berpantang dan puasa, walaupun kita tidak marah jika ada yang makan atau minta perlakuan istimewa, tetapi yang patut di camkan adalah sikap kita diluar masa pantang dan puasa, sepertinya apa yang diucapkan oleh bocah tersebut, kita kembali ke habitat asli yang hedonis, propan, rakus dan mengkhianati nilai-nilai kemanusian, seolah-olah kewajiban pantang dan puasa hanyalah soal makan, bukan pada solidaritas akan sesama yang berkekurangan.
Saya mencoba untuk berpuasa makan saja dengan tetap minum, dan rasanya sungguh tidak enak sekali, sepertinya lemas dan kurang tenaga, rasanya agak enggan untuk beraktivitas, dan ini baru berlangsung 6 hari seperti sudah setahun. Ketika saat makan tiba, apapun yang disediakan oleh istri saya, rasanya nikmat sekali, padahal sehari-hari belum tentu disentuh.
Maka saya membayangkan mereka yang hanya makan sekali sehari, alangkah menderitanya. Selalu saya ingatkan teman-teman yang kalau makan selalu mengambil banyak, tetapi tidak pernah menghabiskan dengan berbagai alasan, baik yang gratis maupun bayar sendiri. Sekarang adalah masa pantang dan puasa, adalah saat yang tepat untuk mengingat akan mereka yang selalu kelaparan, tidak tentu dan tidak tahu kapan bisa makan.[Samsi Darmawan]
====================================================================================
Bacaan Matius 25:31-46
“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatny a.
Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”