“Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
Sifat dasar manusia ingin dikenal dan ingin dihargai, tampak juga pada murid-murid yang dipilih Yesus. Dari 12 orang mereka berdebat siapa yang layak mendampingi Yesus, siapa yang merasa jadi ring-1 nya Yesus, menjadi orang yang paling dipercaya…. padahal belum tahu tugas dan tanggungjawabnya. Mungkin mereka pikir fasilitas yang bakal didapat , woke banget barangkali ya? Santo Petrus mana pernah terbayangkan waktu itu bahwa ia bakal memikul tanggung jawab terberat sebagai Kepala Gereja nantinya dan juga bakal meninggal dengan cara disalib terbalik.
Keinginan dihargai dan menonjol tampak juga di masa kampanye dimana banyak parpol mengklaim dirinya paling berjasa bagi pembangunan, mereka lupa bahwa ada proses musyawarah, negosiasi dan koalisi banyak pihak didalamnya. Dimasa kampanye para caleg mengklaim dirinya paling layak untuk dipilih, tapi kurang mempersiapkan diri untuk visi dan program yang pro rakyat. Hal ini tampak dari baliho2 yang sekedar TP tebar pesona bahkan menggelikan. Belum lagi rasa saling ketersinggungan karena merasa paling terhormat antara Komisi VII DPR dan Direksi Pertamina, antara DPRD dengan Gubernur Jateng. Tapi teteuup… rakyat lah yang merasakan akibat perselisihan antara para pemimpin. Akibat paling parah terlihat lewat persentasi Golput di tiap pilkada dan pemilu yang terus naik di atas 30 % sebagai tanda ketidak puasan atas para pemimpin yang kurang memperhatikan rakyat.
Injil hari ini mengingatkan kita atau siapapun yang ingin menjadi pemimpin, baik di bidang politik, usaha, sosial bahkan di kepengurusan keagamaan, bahkan para orang tua sekalipun; setiap pemimpin harus dapat mengenali kebutuhan mendasar dari mereka yang paling lemah dari kelompok yang dipimpinnya. Orang dewasa tidak bisa menganggap remeh anak kecil, orang tua tidak bisa mengatur dan mengeksploitasi anak-anaknya. Pengusaha perlu mengenal kebutuhan buruh, pemerintah perlu memahami rakyat mana yang diperjuangkan. Justru yang lemah itulah yang harus dibimbing, diayomi bahkan dididik menjadi mandiri. Mendengarkan apa yang menjadi keluhan mereka, memenuhi hak mendasar mereka bahkan mendampingi mereka untuk menjadi besar adalah bagian dari melayani Tuhan. Air mata dan tawa mereka yang lemah adalah juga air mata dan tawa Tuhan sendiri. Untuk dapat melakukan itu semua dibutuhkan kesabaran, kasih dan keteladanan.
Marilah kita membiasakan diri menggunakan telinga kita lebih banyak daripada mulut kita serta bertindak memenuhi kebutuhan mereka yang lemah dan tersingkirkan karena seperti itulah yang dilakukan Yesus Sang Juru Selamat.
=================================================================
Bacaan Mrk 9:30-37
“Yesus dan murid-murid- Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid- Nya. Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid- Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid- Nya: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”