Fiat Voluntas Tua

Lumpuh Perlu Diusung

| 0 comments

“Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”

Menjadi difabel sungguh suatu keadaan yang membuat frustrasi. Banyak hal memenuhi pikiran dan ingin sekali untuk dilakukan, tetapi keterbatasan fisik membuat kita tidak berdaya dan tidak mampu bergerak. Kita membutuhkan bantuan orang lain untuk mobilitas kita sendiri.  Demikian yang saya amati saat menemani almarhum bapak pergi ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Saat itu bapak yang menderita parkinson tidak mampu berjalan dan harus menggunakan kursi roda. Walaupun dengan keterbatasan fisik hal ini tidak membuatnya surut dalam mengusahakan keadilan. Semua dokumen yang dibutuhkan seperti memori banding dan berbagai dokumen pendukung yang dibutuhkan, dipersiapkannya sendiri. Tetapi ia membutuhkan seorang asisten untuk menuliskannya dalam bahasa hukum. Ia sendiri juga memerlukan empat orang yang menggotong kursi rodanya naik ke tingkat atas menemui Ketua PN Jaksel untuk bertemu.  Beginilah keadaan bangunan publik yang tidak ramah terhadap kaum difabel, padahal di Jakarta ibukota RI lho.

Saya melihat suatu semangat yang luar biasa yang terpancar melalui kata-kata dan tulisannya, tentang perjuangan menuntut keadilan dan kebenaran. Semangat inilah yang akhirnya ditularkan kepada orang-orang sekitarnya yang membantunya dengan segala cara termasuk membuatkan dokumen sampai mengusung kursi rodanya untuk mencapai apa yang diimpikannya.

Dalam kehidupan beriman kita juga sering mengalami keadaan difabel, tidak berdaya sama sekali menghadapi keadaan disekitar kita. Terkadang lumpuh semangat, lumpuh harapan, lumpuh rohani dan lumpuh tenaga. Tetapi kalau kita senantiasa mau mengingat kembali visi dan cita-cita kita dan berbagi kepada orang lain, maka tanpa kita sadari banyak orang akan ‘mengusung’ kita seperti si lumpuh yang diusung kerabatnya untuk menjumpai Yesus. Tanpa kita sadari ditengah kelemahan dan kelumpuhan kita, ada orang-orang yang senantiasa memberi semangat, memberi dukungan bahkan berdoa bagi keberhasilan kita, terus membawa kita menjumpai Kristus.  Saat saya juga merasa lumpuh saya tahu ada suami dan anak-anak yang menjadi penopang saya, juga para sahabat dan para romo yang mengusung lewat SMS dan email yang meneguhkan. Kekuatan tambahan ini justru mampu menjebol tembok-tembok dan atap langit yang sering menghalangi pikiran kita untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus.

Maka marilah kita senantiasa menjaga cita-cita dan harapan kita melekat pada Kristus, sehingga saat kita lemahpun orang-orang lain akan mengingatkan kita kembali untuk menghancurkan tembok pemisah, meruntuhkan dosa penghalang yang menutupi perjumpaan kita denganNya. Dan mereka yang tadinya lumpuh, dipulihkan dan bangkit berkarya serta bersaksi justru membuat banyak orang terheran-heran. Yang begini ini belum pernah mereka lihat ! Akibat dukungan komunitas basis disekitarnya seorang yang lumpuh menjadi saksi iman yang memuliakan Tuhan.

Menjelang Rabu Abu yang akan kita terima nanti, marilah kita senantiasa merendahkan diri mengakui kelemahan dan kelumpuhan kita. Melalui Sakramen Pengakuan Dosa, kita kembali diteguhkan dan dibantu mengatasi kelumpuhan iman untuk bangkit dan berdiri kembali  menjalankan panggilanNya. Hanya kasih Kristus lah yang mampu mengajak kita berdiri tegak kembali menapaki kehidupan untuk memuliakan Dia melalui kehidupan kita. Semper Reformanda !

=================================================================

Bacaan Mrk (2:1-12)

1 Sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. 2 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, 3 ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. 4 Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. 5 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh
itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” 6 Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli aTurat, mereka berpikir dalam hatinya: 7 “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” 8 Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? 9 Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? 10 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” –berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu–: 11 “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” 12 Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.