Marilah kita bertolak ke seberang.
Mengikuti Yesus atau tepatnya menempatkan Yesus sebagai nakhoda dalam kehidupan kita memang tidak mudah. Kalau kita mau terbuka menengok perjalanan iman kita, Ia selalu membawa kita keluar dari zona nyaman satu ke zona tidak nyaman lainnya. Sudah enak-enak menikmati fasilitas akibat posisi pekerjaan dan usaha saat ini serta cukup waktu untuk memiliki ‘balanced life’, eh ada saja ajakan untuk terlibat di berbagai kegiatan sosial. Ada juga yang tadinya karyawan baik-baik kerja di kantor dengan rajinnya, eh ketiban pulung menjadi ketua lingkungan. Langsung ritme kehidupannya berubah drastis. Kok mau ya?
Perjalanan kehidupan saya kurang lebih begitu juga, sudah enak-enak jadi wanita karir kok ya milih jadi ibu rumah tangga. Sudah jadi ibu rumah tangga kok ya gak betah, masuk lagi ranah lain dengan terlibat di kegiatan sosial sampai keluar pulau bahkan nyoba bisnis juga… akhirnya malah memilih ‘keli’ terseret arus ke ranah politik. Sedang seru-serunya belajar dunia politik, lho kok terjadi badai sehingga kapal pecah dan harus berlabuh di tempat lain. Selagi sibuk wira wiri mencari ‘kapal’ ada lagi tawaran kembali jadi profesional. Tidak sedikit teman dekat yang bingung melihat jalan kehidupan saya, jangankan mereka saya pun gak menyangka bisa begini. Takut? Ah jangan tanya rasanya seperti apa. Takut sekali, bahkan bisa dikatakan serupa dengan para murid di atas kapal. Sudah bersama-sama Yesus, kok ya masih takut dan merasa tidak pasti. Bahkan merasa bahwa kita salah jalan, salah memilih keputusan.
Mengikut Yesus adalah suatu keputusan, terserah kita mau ikut total atau ikut tapi Yesus dibiarkan ‘tidur’ di salah satu pojok dalam hati dan kehidupan kita. Maka ada baiknya juga kita sekali-sekali dikejutkan dengan berbagai badai kehidupan, agar kita tidak terlena dan membiarkan Yesus ‘tidur’ dan tidak memimpin kehidupan kita. Penting juga ada badai kehidupan agar kita tidak mengandalkan kekuatan pribadi dan kekuatan ‘lainnya’. Penting juga menyadari bahwa badai seperti apapun, Allah kita telah menguasainya. Kalau badai dan ombak di lautan tunduk pada hardikan Yesus, apalagi badai rumah tangga, gelombang tsunami ekonomi dan berbagai ombak kehidupan yang bergelora, semua bisa ditundukkan bila kuasa Allah meraja dalam kehidupan kita. Habis gelap pasti terbit terang, setelah malam pasti ada fajar menyingsing. Setelah hujan, pasti muncul pelangi. Jadi siapkah kita menempatkan Allah sebagai nakhoda kehidupan kita? Ikut Tuhan? Siapa takut…
=============================================================================================
Bacaan Mrk 3: 35-41
(35) Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” (36) Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.(37) Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. (38) Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (39) Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. (40) Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (41) Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”