Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.
Mungkin diantara kita tidak banyak yang punya pengalaman pernah ketemu penderita kusta. Agak sulit ditemukan ditengah kota, tapi masih ada beberapa penderita di daerah kumuh. Seorang kawan relawan mengisahkan suka dukanya pelayanan bagi para penderita kusta ini. Butuh ketelatenan tersendiri karena yang rusak tidak hanya fisik tubuh yang tidak lengkap, tapi terlebih lagi kepercayaan diri akibat rasa tidak berguna dan tersisihkan bahkan dijauhi keluarganya sendiri. Selain itu sulitnya ditemukan relawan yang juga mau melayani para penderita ini agar kembali memiliki semangat hidup, menambah kompleks pelayanan para penderita kusta.
Sebagian mungkin memilih menjauh dari para penderita ini karena takut tertular atau nantinya juga takut tersisihkan. Menjadi orang tersisihkan justru menambah deretan keputusan orang-orang yang memilih membunuh dirinya. Rasa kesepian membuat beberapa orang tidak tahan dan memilih jalan pintas tersebut. Peristiwa percobaan bunuh diri termasuk paling banyak ditemui di panti-panti laras dan rumah sakit jiwa. Demikian juga para penderita narkoba dan para PKS, mereka tidak sanggup hidup dengan disisihkan masyarakat sekitarnya.
Jangankan orang kusta, setiap dari kita juga tidak ingin tersisihkan sehingga berusaha dengan berbagai cara bisa diterima dan diakui sebagai anggota komunitas atau kelompok, walau kadang dilakukan dengan cara diluar nalar. Injil hari ini mengingatkan kita untuk memperhatikan orang-orang disekitar kita terutama mereka yang tersisihkan. Tidak mungkin orang kusta ini dengan mudah bertemu Yesus. Ia sudah pasti kesulitan untuk bisa bertemu Yesus yang sudah menjadi seleb. Tapi dengan kustanya, ia pun tidak mudah keluar masuk desa dan kota, ia hanya boleh mengitari kota mencari Yesus dan menungguNya di jalan yang kemungkinan akan dilewati. Bisa jadi ia harus pindah satu desa ke desa lain karena Yesus sudah keburu di jemput untuk melayani ditempat lain.
Orang kusta ini tidak menyerah pada nasib, ia mencari dengan gigih kemungkinan untuk bisa sembuh. Dan ia akhirnya mendapatkan Yesus. Kata-katanya yang ia persiapkan jauh-jauh hari mungkin malah hilang, begitu ia bertemu Yesus. Hanya satu keinginannya “SEMBUH” dan ia percaya hanya Yesus yang mampu menyembuhkannya. Ia ingin bisa diterima kembali sebagai manusia seutuhnya dan Yesus membangunkan harapannya.
Seberapa jauh kita juga memberikan harapan bagi orang-orang disekitar kita untuk menerima mereka sebagai manusia seutuhnya? Apakah kita sering menghakimi satu sama lain dan merasa mereka tidak layak untuk ada bersama kita? Jangan-jangan kita sendiri justru menjadi orang kusta, yang menyisihkan diri dari sapaan Tuhan. Kita memang sebenarnya bau sekali, penuh dengan dosa menjijikkan, tapi Tuhan memberi kesempatan kita untuk berharap menjadi tahir dan diterima kembali dan menerima damai sejahtera. Semoga kita tidak membuat orang lain jijik dengan perbuatan kita karena sebenarnya kitalah orang kusta tersebut. Semoga kita juga tidak kalah dengan orang kusta yang dikisahkan Santo Lukas ini, tidak berhenti mencari Yesus sampai ditahirkan. Sembuh total.
==============================================================================================
Bacaan Lukas (5:12-16)
Sekali peristiwa Yesus berada di sebuah kota. Ada disitu seorang yang penuh kusta. Ketika melihat Yesus, tersungkurlah si kusta dan memohon, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Maka Yesus mengulurkan tangan-Nya menjamah orang itu dan berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir!” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukan hal ini kepada siapa pun juga, dan Ia berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar, dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Yesus mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.