“Ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan”
Menjadi janda apalagi sudah lanjut usia sungguh pekerjaan yang membosankan. Status janda membuat perempuan Yahudi menjadi warga negara kelas duanya kelas dua, yang tidak ada gunanya lagi bahkan bisa dianggap pembawa sial yang mengakibatkan kematian suaminya yang hanya hidup 7 tahun bersama Hana. Apalagi ia sudah lanjut usia tidak akan dapat menikah lagi apalagi memberikan keturunan. Tetapi Hana, sungguh bukan perempuan yang mudah menyerah pada stigma masyarakat Yahudi. Ia tetap menunjukkan kesetiaannya beribadah dan bahkan berpuasa kepada Allah di masa tuanya. Setiap hari ia berada di Bait Allah menikmati hadirat Tuhan, berdoa dan mengucap syukur senantiasa. Ia menanti dan berharap diberikan kesempatan untuk berjumpa dengan Sang Juru Selamat. Sampai tiba di hari penantiannya, sebagai seorang nabiah, ia tahu bahwa sebelum ajalnya ia akan mendapat kesempatan istimewa, bertemu bayi Yesus di Bait Allah.
Penantiannya siang malam tidak sia-sia, pengharapannya pun mendapatkan buah sukacita. Akibat perjumpaan Hana dengan bayi Yesus, Hana merasakan tugasnya sudah menjelang selesai. Ia semakin gencar memberitakan kedatangan Mesias kepada umat Yahudi yang menanti-nantikannya. Sampai sekarang masih ada kelompok Yahudi yang mengharapkan kedatangan Sang Mesias. Kelompok Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias disebut Messianic Jew, yang jumlahnya juga terus bertambah banyak. Hana rupanya termasuk penganut Messianic Jew yang pertama memberitakan Sang Mesias telah datang. Tetapi sampai saat ini kelompok Yahudi lainnya masih ada yang menangisi tembok ratapan, menantikan kedatangan Sang Mesias.
Apakah masih banyak suami istri yang tetap setia pada Tuhan sampai masa tuanya, menanti-nantikan perjumpaan dengan Sang Juru selamat dalam doa dan puasa serta tidak mencari kepuasan diri walaupun sudah menjanda atau menduda, menyibukkan diri seperti Hana dengan berdoa, berpuasa dan akhirnya bersaksi akan penyertaan Tuhan Sang Immanuel ke banyak orang. Di berbagai kesibukan sehari-hari masih dijumpai pasangan yang masih lengkappun banyak yang lupa akan Tuhan dan mencari pasangan yang lain yang lebih muda dan lebih ‘menjiwai’ kehidupannya. Beginilah yang terjadi bilamana Tuhan tidak mendapatkan tempat di hati manusia. Sila pertama bukan lagi Ketuhanan yang Maha Esa tapi justru menuhankan dirinya sendiri, menjadi egois.
Semoga kita yang terus mencari kebenaran dan telah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus seperti layaknya Hana, semakin bersemangat dan tidak undur dalam memberitakan tentang Penyelamat Dunia kepada semua orang melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, dalam kebersamaan hidup maupun tugas kita masing-masing. Sebagai sahabat-sahabat Yesus, selayaknya kita membagikan pengalaman iman kita akan Yesus Kristus kepada sesama dan saudara-saudari kita. Semoga kita sendiri tidak terhanyut dalam meratapi kemalangan dan kesulitan hidup tetapi justru setelah berjumpa dengan Yesus secara pribadi kita juga ‘bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah senantiasa tinggal dalam diri kita yang lemah, rapuh dan berdosa’.
===========================================================================================
Bacaan Luk 2:36-40
“Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.”