“Menjadi apakah anak ini nanti?”
Teringat hari jumat minggu lalu dimana dua dari tiga anak saya memiliki jadual pengambilan raport, padahal sekolahnya berjauhan satu sama lain walau sama-sama di Jakarta Selatan. Puji Tuhan ternyata Sekar justru ambil raport sendiri sehingga saya hanya perlu lari ke Pondok Indah untuk ambil raport Bimo saja. Katanya ibu guru mengatakan agar anak-anak belajar berani. Bisa dibayangkan satu persatu anak berhadapan dengan ibu guru untuk konseling. Pasti ibu Ani lebih banyak mengatakan kata-kata positif yang mendukung dan memberi semangat anak-anak, apalagi kalau anak-anak sudah stress mendengar kata ‘ambill raport’.
Sekar termasuk salah satunya, ia paling sedih kalau angkanya turun. Padahal saya tidak pernah memaksanya untuk mendapat nilai tinggi apalagi masuk ranking. Saya tahu keterbatasan waktu membuat saya tidak bisa mendampinginya setiap kali belajar. Selama ia senang dan tidak tertekan pergi ke sekolah, pasti ia bisa belajar banyak terutama mengenai kehidupan. Maka ia bangga juga saat disebut ibu guru bahwa ia sudah besar dan berani ambil raport sendiri, tanpa disertai bundanya.
Sementara Bimo memberi keresahan tersendiri buat saya, mungkin karena masih remaja, sekolah kadang mood-mood an. Namanya juga ABG, kadang sebagai orang tua jaman sekarang kita mesti tarik ulur. Gak bisa lagi pakai cara-cara jaman bapak-ibu kita dulu. Apalagi ia pernah tinggal kelas, tentu saya berharap ia bisa memanfaatkan waktunya maksimal.Raport terakhirnya saja ada empat subjek tidak memenuhi SKBM. Kali ini ternyata hasilnya luar biasa, hanya satu subyek kurang dari SKBM; itupun seni kreativitas karena kurang mengumpulkan tugas. I am really proud of them. Thank you Lord. You are awesome !
Malam harinya kami berkumpul diruang keluarga dan dua anak ini saling membanggakan raportnya pada sang ayah. Sungguh aku bersyukur, aku yang kurang sempurna sebagai ibu, diberikan anak-anak yang bertanggungjawab atas tugasnya. Setiap pagi hari sebelum berangkat sekolah saya hanya bisa mengiringi dengan peluk cium dan doa singkat.
Que Sera Sera, what ever will be will be, the future is ours to be – Que Sera Sera
Menjadi apakah mereka nanti? Melihat apa yang mereka lakukan selama semester ini, saya sungguh sangat bersyukur. Tidak ada yang perlu saya khawatirkan akan masadepannya. They are trying to give their best. Selanjutnya saya serahkan pada Tuhan melalui doa. Penghiburan-penghiburan kecil ini merupakan mujizat Tuhan yang patut disyukuri karena merupakan tanda bagi kami orangtuanya bahwa langkah mereka berkenan dihati Allah.
Semoga kita sebagai orang tua bisa mengenali tanda-tanda penyertaan Tuhan pada anak-anak kita, sehingga kita pun sebagai orangtua tidak perlu mengkhawatirkan mau jadi apa mereka nanti. Kiranya itu biarlah menjadi misteri Allah, dan kita mengiringi langkah-langkah mereka dengan doa dan kasih. Kita bisa mensyukuri sekecil apapun mujizat yang terjadi pada anak-anak kita. Tetap dengan kasih pula kita memberikan corrective action seperlunya. Sehingga nantinya apapun yang mereka lakukan membawa kemuliaan bagi Kerajaan Surga.
=====================================================
Bacaan Luk 1:57-66
“Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetanggany a serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia”