Suatu pagi saya menerima sms dari seorang perempuan, sahabat baik yang lama tidak bertemu, “Sam, bagaimana caranya mengatasi laki-laki yang tidak pernah cukup dengan 1 perempuan?” melalui sms juga saya menjawabnya, “Apakah laki-laki itu punya rasa bersalah ketika berhubungan dengan perempuan lain? Kalau jawabnya iya maka masih bisa diatasi, tetapi kalau tidak lebih baik cari laki-laki lain.”
Cerita lain lagi, seorang laki-laki yang juga sahabat lama, ”Sam, gw mau pisah dgn bini gw. doakan ya agar tidak terjadi.” – “Lho broer, bukankah dulu kalian saling mencinta, dan selalu mesra, apa masalahnya? Karena perselingkuhan ya?” – “Bukan Sam, bini gw selalu ribut soal penghasilan dan dibandingkan dengan sodaranya yang kaya, maminya juga ternyata matre”
Setelah menjalani belasan tahun hidup bersama seorang perempuan yang dilegalkan oleh Gereja dan Negara, saya sungguh merasakan beratnya menyetarakan perbedaan antara kami, antara lain latar belakang keluarga, pengetahuan, kultur dan budaya, ekonomi, intelektual, sifat dan ditambah lagi dengan agama berbeda, terlihat sepele dan hal ini umumnya terabaikan oleh emosi yang kita dinamakan cinta. Namun dengan suatu keyakinan mengikuti Yesus dan mau bertanggung jawab atas pilihan sendiri, maka kami terus menapaki perjalanan yang berat tersebut yang makin lama makin terasa ringan, seperti apa yang diperbuat oleh Yusuf mengikuti kehendak Tuhan.
Kelemahan iman dan kebosanan dalam menghadapi masalah seringkali membuat kita mudah putus asa dan mengambil jalan singkat atau mencari pelarian, kemudian ditambah lagi hadirnya orang ketiga, atau alkohol atau narkoba, disinilah liciknya setan mempermainkan emosi kita, hasil akhirnya mudah ditebak, yaitu hancurnya bangunan keluarga yang sudah terbentuk.
Maka saya dapat merasakan ketakutan atau kebimbangan Yusuf yang secara psikologis belum siap menerima keadaan harus mengawini Maria, apalagi dengan kondisi yang sedang mengandung bukan karena perbuatannya (kalau Saya pasti akan menolak), namun kebesaran cinta dan iman Yusuf yang luar biasa membuat dia bisa menerima keadaan tersebut.
Kita ini hadir di dunia diutus untuk melayani orang lain, maka berbekal inilah kita dituntut untuk berbuat baik agar orang lain bahagia, dengan begitu kitapun akan menikmati kebahagiaan tersebut, karena kita sudah menularkan sifat baik, maka kita akan menikmatinya juga.
Tuhan tidak pernah mencobai kita, tetapi seringkali kita yang membutakan hati, membisukan mulut dan menulikan telinga untuk mendengar kehendakNya, maka atasilah dengan sering berkomunikasi denganNya melalui doa, membuka hati dengan ibadat dan mendengar firmanNya. [Samsi Darmawan]
=================================================================================
Bacaan Matius 1:18-24
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita.
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,