Fiat Voluntas Tua

Yang Muda Yang Berbeda

| 0 comments

Jika demikian, Aku pun tidak mau mengatakan kepada kalian dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.

Menghadapi suatu kemapanan memang menjadi tantangan tersendiri. Kebiasaan lama yang sudah bertahun-tahun dilakukan bisa dijadikan ‘pembenaran’ manakala terjadi suatu usulan perubahan. Sulitnya melakukan perubahan dihadapi bila para pemimpin mempertahankan ‘prosedur’ legacy yang menahun menjadi suatu yang keramat tidak boleh dilanggar, termasuk tidak boleh diperbaharui dan disempurnakan. Komentar yang paling sering kita dengar adalah “dari dulu juga sudah begini”, “mengapa mesti repot-repot diganti?”, “saya diberi tahu waktu datang ya sudah seperti ini, gak tahu kenapa.”

Disebuah homili dikisahkan seorang pastor yang begitu pandai berdoa dan doanya selalu dikabulkan. Ia memiliki seekor kucing yang sangat setia. Begitu setianya sehingga setiap saat pastor berdoa ia selalu ada di dekatnya. Suatu saat kucing itu mati. Maka timbullah kasak kusuk disekitar pastor untuk mencarikan kucing agar pastor bisa senantiasa berdoa. Cerita berkembang lagi menjadi siapapun yang akan berdoa harus mencari kucing agar dijawab. Akhirnya berkembang menjadi: berdoalah saat melihat kucing.

Kisah ini cuma fiktif tentunya, hanya ingin menggambarkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang tidak dihayati maknanya bisa menyesatkan kita dari tujuan awalnya yang mulia. Maka kebiasaan para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi yang selalu mencurigai orang-orang baru, para pemuda yang dengan tulus mengikuti perintah Tuhan seperti Yohanes Pembaptis dan Yesus, dianggap melanggar tata-cara Yahudi yang sudah dijalankan ratusan tahun. Mereka menjaga ritual tapi tidak menghayati esensi dari apa yang mereka lakukan.

Pembaharuan selalu bisa saja terjadi demi kebaikan, dan kalaupun itu dilakukan oleh generasi yang lebih muda, belum tentu juga bahwa apa yang mereka lakukan tidak baik, dianggap tidak tahu aturan karena masih ‘hijau’. Maka mari kita memeriksa diri sendiri tentang berbagai hal yang kita lakukan hanya karena ‘kemapanan’, sehingga pelan-pelan kita menutup diri terhadap usulan pembaruan, usulan perbaikan. Bahkan mungkin menghakimi dan mencurigai mereka yang datang belakangan, baik pengurus baru, orang-orang muda, menjadi ancaman terhadap kemapanan yang ada.

Semoga kita selalu memiliki hati terbuka, pikiran yang lurus dan sangka baik terhadap setiap orang yang memberikan pendapat demi terjadinya perbaikan dan penyempurnaan di berbagai hal. Apapun yang mendatangkan kebaikan, pasti sumbernya dari Sang Khalik sumber dari segala yang baik.

===================================================

BACAAN INJIL :  Mat 21:23-27

Pada suatu hari Yesus masuk ke bait Allah. Ketika Ia sedang mengajar, datanglah imam-imam kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi kepada-Nya, mereka bertanya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Jawab Yesus kepada mereka, “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu, dan jika kalian memberi jawabannya, Aku pun mengatakan kepada kalian dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Nah, dari manakah pembaptisan yang diberikan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Mereka lalu berunding satu sama lain, “Jika kita katakan, ‘Dari surga’, Ia akan berkata kepada kita, ‘Kalau begitu, mengapa kalian tidak percaya kepadanya?’ Tetapi jika kita katakan, ‘Dari manusia’, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes itu nabi.’ Mereka lalu menjawab, “Kami tidak tahu.” Maka Yesus pun berkata kepada mereka, “Jika demikian, Aku pun tidak mau mengatakan kepada kalian dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.