Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu.

Tidak sedikit kita menerima email dan SMS tentang berbagai tawaran untuk hidup sukses. Baik ajakan menghadiri seminar rahasia wiraniaga sukses, bisnis online, multilevel marketing bahkan rahasia dalam membina keluarga sukses. Ukuran yang dipakai untuk mencapai kesusksesan pun beragam tergantung pemahaman setiap orang. Bolehkah berpikir sukses? Tentu saja boleh, dan sah-sah saja. No thing wrong with that. Impian menjadi orang sukses bisa menimbulkan passion yang membuat seseorang bersemangat dalam hidup. Tanpa impian kita bisa larut dalam kesibukan dan hidup terasa monoton dan membosankan. Hanya cara yang dipilih untuk membawa seseorang ke tangga kesuksesan  akan membedakan nilai kesuksesan satu dengan lainnya.

Mother Theresa dinilai sebagai seorang yang berhasil menunjukkan keteladanan dalam mengasihi orang lain. Ia mengatakan bahwa kita tidak diciptakan menjadi sukses tapi kita diciptakan menjadi setia. Ia telah berhasil menunjukkan kesetiaannya dalam mengasihi Kristus, setia pada panggilanNya dengan tekun melayani satu persatu orang disekitarnya dengan harapan agar mereka yang menderita dan tersisihkan itu bisa meninggal dengan layak. Dengan tekun ia mencari setiap orang yang menderita sakit bahkan menjelang ajal, dan membawanya ketempatnya untuk dirawat dan diperlakukan sebagaimana layaknya manusia. Mother Theresa telah menunjukkan kesetiaannya dari hari kehari dari kesulitan satu ke yang lainnya. Bukti kesetiaannya membawa orang lain bersimpati pada karyanya sehingga ia mampu mewujudkan keinginannya mendirikan berbagai rumah sakit bagi penderita kusta,  paru-paru bahkan HIV/Aids. Diakhir hayatnya tampak ratusan ribu pelayat memadati stadion sepakbola yang khusus disediakan pemerintah India untuk penghormatan baginya.

Dari renungan harian romo Maryo SJ, kita diingatkan untuk meneladani kesetiaan Kristus melalui salibNya. Siap memanggul salib adalah siap mengorbankan diri demi menjalankan panggilan kita masing-masing. Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr. Edy Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Kita masing-masing telah terikat atau mengikatkan diri pada suatu perjanjian, baik janji untuk menjadi pelajar yang baik, sumpah jabatan, janji baptis, janji pernikahan ataupun janji imamat. Maka marilah kita memohon kekuatan untuk senantiasa menjaga kesetiaan dari waktu ke waktu, setia dalam susah dan senang, setia untuk tekun belajar tanpa menyontek, setia dalam pekerjaan tanpa perlu korupsi (baik korupsi uang dan waktu), setia menjalankan kewajiban sebagai warganegara, bahkan setia membimbing anak-anak walaupun mereka sering menjadi sulit dipahami.

Bersama Yesus maka segala yang dirasakan berat, menjadi ringan karena Ia mengajarkan kita untuk tetap lemah lembut menghadapi kekerasan kehidupan; juga Ia membuat kita sabar menghadapi kekerasan hati dan sikap pasangan atau anggota keluarga lain. Bersama Yesus kita diajarkan untuk senantiasa rendah hati mengakui segala kelemahan dan mengakui kemampuan orang lain yang lebih dari kemampuan kita. Bersama Yesus kitapun bisa tinggal dalam ketenangan tanpa rasa khawatir dan ketakutan. Dan bersama Yesus kita pun mampu berjalan dalam kesetiaan, bila kita tetap setia berjalan bersama Yesus maka sukses hanyalah bagian atau bonus dari kesetiaan kita.

=======================================================================

Bacaan Mat 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”