Fiat Voluntas Tua

Panen tapi…

| 0 comments

Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit.

Pulang dari rapat Dewan Paroki Harian badan saya terasa letih sekali. Sepintas menengok jam… wah.. pantesan sudah hampir jam 11 malam. Sungguh hari ini melelahkan sekali, dari meeting ke meeting, dari gedung satu ke hotel sampai ke rumah  salah satu pengurus DP. Memang kami sepakat mengadakan rapat pengurus DP harian bergiliran dirumah untuk menjalin keakraban antar keluarga. Tiba-tiba tampak seonggok rambutan merah segar di meja makan. Wah hilang langsung keletihan dan bayangan setumpuk PR berganti sukacita.

Seperti anak kecil dapat hadiah keranjang buah saya bawa ke ruang keluarga dan mengajak anak-anak menyantap bersama. Rasanya enak sekali, padahal bentuknya tidak sebesar yang dijual di Super market. Tapi ada suatu kebanggaan yang sulit diceritakan karena bisa menikmati rambutan panenan dari kebun sendiri. Saya sudah menunggu berminggu-minggu sejak melihatnya berbunga, wanti-wanti tidak boleh ada yang memetik saat mulai ranum. Lalu pagi-pagi tadi saya minta tolong pembantu untuk memetik yang merah tua saja  dan meninggalkan sisanya  di pohon.

Mungkin rasa suka cita seperti itulah yang dimiliki Tuhan kita saat menunggu-nunggu buah-buah kehidupan yang siap dipanen, yang ditunggunya bertahun-tahun di ladang yang disebutnya : Indonesia, Jakarta atau dimanapun kita tinggal. Tapi sayang tidak banyak ‘pekerja’nya yang siap membantuNya melaksanakan tugas panenan. Ada pekerja yang sigap tapi tidak bisa membedakan mana yang bisa dipetik, mana yang harus disiangi, mana yang busuk yang harus dibuang. Atau juga kita termasuk pekerja yang tenang-tenang saja saat Tuannya memanggil-manggil, sibuk dengan dirinya sendiri.

Tuan sang pemilik kebun ini adalah tuan yang sangat berbelas kasihan;  yang mudah jatuh hati melihat orang-orang menderita. Yang tidak bisa berdiam diri melihat ketidakadilan, kesengsaraan, kesedihan dan kelaparan. Tapi sayang tidak semua pekerja memiliki kepedulian dan kepekaan yang sama dengan Sang Tuan. Ada banyak orang memilih membicarakan dan mempersalahkan satu sama lain, saling tunjuk tapi tidak ada yang bergerak. Memang lebih mudah bicara dari pada bertindak.

Semoga kita menjadi pekerja-pekerja yang senantiasa terus menerus memperlengkapi diri dengan segala talenta dan sigap setiap saat  melihat saat-saat buah pewartaan siap dipanen. Menjadi pekerja yang juga siap merawat sang pohon kehidupan dan memeliharanya dari segala hama kutu yang merusak serta mengancam panenan.

Memang nikmat makan buah rambutan panenan kebun sendiri setelah menunggu setahun. Di makan saat pagi, siang malam pun nikmat rasanya.  Maka Tuhan pun dengan sabar menanti setiap buah-buah pertobatan yang kita hasilkan akibat Firman yang ditaburkan oleh banyak orang dengan berbagai cara.  Semoga pohon kehidupan kita senantiasa panen perbuatan baik tanpa mengenal musim, tanpa mengenal ‘mood’ dan situasi sulit, dan akhirnya senantiasa memuliakan Tuhan sehingga banyak orang dapat menikmatinya.

===================================================

BACAAN INJIL :  Mat 9:35-10:1.6- 8

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Matius:
Sekali peristiwa Yesus berkeliling ke semua kota dan desa. Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan mewartakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak yang mengikuti-Nya, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka Yesus berkata kepada murid-murid- Nya, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit. Maka mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Lalu Yesus memanggil keduabelas murid-Nya dan memberi mereka kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit serta segala kelemahan. Yesus mengutus mereka dan berpesan, “Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel! Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kalian telah memperoleh dengan
cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.