Berikut ini adalah kesaksian Maria Natalia Brownell (Lia), seorang Katolik yang pernah meninggalkan Gereja Katolik selama 6 tahun, sebelum akhirnya ‘kembali pulang’ ke pangkuan Gereja Katolik. Kesaksiannya sungguh sangat menggugah hati, sebab mungkin banyak dari kita yang mengalami pengalaman serupa. Perjalanan hidupnya membuktikan bahwa jika kita mencari Tuhan dengan segenap hati, maka Dia akan memberi DiriNya ditemukan (Yer 29:13-14). Dan dengan indahnya, Lia kembali menemukan kepenuhan kebenaran Tuhan di dalam Gereja Katolik
Semoga kesaksian hidupnya ini dapat memperkuat iman kita semua …
Sekilas mengenai saya
Nama saya adalah Maria Natalia Brownell (nama saya sebelum menikah: Maria Natalia Budiman). Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik. Sedari kecil, saya sudah tertarik untuk aktif di gereja Katolik. Saya sering ikut koor gereja, menjadi pengantar, dan cukup aktif di kegiatan Mudika. Walaupun demikian, kegiatan yang saya ikuti jarang yang bersifat pendalaman iman. Di sekolah Katolik, memang saya mendapat pelajaran agama Katolik, tetapi sifatnya sangat mendasar. Misalnya, saya tidak pernah diajar untuk membaca dan mengerti alkitab, saya kurang mengerti akan pentingnya doa dan devosi terhadap bunda Maria dan santo/santa, banyak hal di perayaan Misa kudus yang bagi saya adalah ritualitas biasa (tanpa mengerti akan artinya). Kurangnya pengertian saya terhadap iman Katolik membuat saya pergi ke gereja Katolik hanya karena ‘memang begitulah seharusnya’, bukan karena didasarkan atas motivasi hati dan keinginan saya untuk lebih dekat dengan Tuhan.
Waktu saya di SMA, saya bertanya-tanya terhadap diri saya sendiri. Sepertinya semua orang itu melalui pola hidup yang sama: sekolah, bekerja, menikah, berkeluarga, pensiun, lalu meninggal. Sepertinya sangat monoton dan membosankan. Saya lalu bertanya, apakah ada arti kehidupan yang lebih dalam daripada hanya mengikuti pola yang monoton begitu saja? Kenapa Tuhan menghendaki saya untuk hidup di dunia ini? Saya berharap suatu saat saya dapat menjawab pertanyaan ini…
Kegiatan saya sewaktu di SMA sangat banyak, terutama di kelas III karena persiapan untuk masuk Universitas. Waktu itu, saya ingin sekali bersekolah di luar negeri. Walaupun mulanya berat bagi orang tua saya mengijinkan anak perempuan satu-satunya untuk pergi ke luar negeri pada umur 17 tahun, mereka akhirnya mengijinkan saya pergi juga. Waktu itu $1 masih seharga Rp 2000, tidak semahal sekarang. Walaupun mereka hanya bisa menjanjikan untuk menyekolahkan saya selama 2 tahun pertama, saya tetap nekat untuk pergi. Saya memutuskan untuk mengambil bidang Tehnik Kimia di Oregon State University, Amerika. Satu tahun kemudian, saya pindah ke University of Wisconsin, Madison, Wisconsin.
Kehidupan saya di Amerika
selengkapnya baca di www.katolisitas.org