Fiat Voluntas Tua

Bricks of a Catedra

| 0 comments

“Barangsiapa setia dalam perkara kecil ia setia juga dalam perkara-perkara besar”.

Ratusan orang ditemui sedang terlibat dalam sebuah proyek pembangunan. Mereka mengerjakan pekerjaan yang sama dan membosankan, yaitu memasang batu bata. Dari pagi sampai petang mereka memasang satu persatu, dari satu sisi ke sisi lain. Sungguh pekerjaan membosankan dan melelahkan. Maka saat ditanya pada seorang pekerja apa yang mereka lakukan, ada dua macam jawaban. Pekerja bangunan pertama mengatakan ” Seperti anda lihat saya mengerjakan pekerjaan yang sama yang membosankan setiap hari, yang penting saya bisa bawa uang untuk keluarga”. Dan seorang pekerja lain menjawab dengan semangat: ” Saya memang mengerjakan pekerjaan yang sama setiap hari, tapi yang penting saya terlibat dalam pembangunan katedral. Saya tidak sabar untuk melihatnya sampai selesai.”

Dua orang yang mengerjakan pekerjaan sepele dan membosankan ternyata punya sikap berbeda, karena mereka memiliki tujuan dan visi yang berbeda. Dengan berjalannya waktu kita bisa melihat sejauh mana ketahanan mereka dalam mewujudkan visinya. Pekerja yang penuh semangat melakukan tugas memasang bata yang membosankan karena ia sadar bahwa ia menjadi bagian dalam suatu karya besar. Seorang pemimpin tidak akan berhenti mengerjakan hal-hal yang terlihat detil, sepele tapi ia tahu kemana tujuan dari setiap langkah kecil yang dilakukannya.

Kalau kita mau memperhatikan sejenak orang-orang di sekeliling kita, berapa banyak yang tetap setia dalam melakukan pekerjaan rutin dan remeh, tapi dalam waktu 10 tahun mereka menunjukkan prestasi dalam karyanya. Seorang pembantu rumah tangga, dengan rajin melakukan pekerjaannya sambil sekolah di siang sore hari. Akhirnya ia menamatkan studinya dari SMP sampai S1, dan sekarang bisa mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Kisah sukses para pengusaha juga dimulai dari ketekunan mereka di masa lalunya. Tidak hanya kerja keras tapi visi perlu dimiliki agar kita bisa bertahan untuk tetap setia dan tidak bosan atau jemu dengan hal kecil dan remeh.

Banyak pemimpin satu persatu terjungkal karena tidak memelihara hal yang kecil dan remeh, menjaga kesetiaan dalam rumah tangga dengan sapaan kasih setiap hari. Seorang pelajar yang tidak punya visi, bisa cepat putus asa kalau tidak lulus berkali-kali atau ketemu dosen killer sehingga mulai rajin membolos. Bahkan para anggota dewan pun jadi sering mangkir dari sidang-sidang di parlemen bila mendekati akhir jabatannya. Kesetiaan dalam mempertanggungjawabkan panggilan sungguh dilihat dari hal-hal yang kecil dan terlihat remeh.

Sebuah katedral bisa berdiri megah karena ada orang-orang yang setia melakukan pekerjaan yang membosankan dari hari ke hari. Demikian juga dalam kehidupan kita sehari-hari, hal yang remeh sebenarnya membawa kita pada suatu tujuan mulia. Bagaimana seorang suami bisa setia kalau tidak meluangkan waktu istimewa bagi keluarganya? Atau hanya sekedar mengucapkan “selamat pagi sayang” setiap pagi? Bagaimana anak-anak bisa merasa disayang dan diperhatikan kalau orang tuanya jarang memeluknya ?

Disisi lain sebuah lubang yang besar pun dimulai dari yang kecil. Seorang koruptor kelas kakap pasti dimulai dari godaan yang sedikit demi sedikit dirasa enak dan … tidak ketahuan. Soal WIL dan PIL juga terjadi dari godaan SMS, telpon dan akhirnya ketemuan sampai… tidak ketahuan. Tapi sayangnya memang yang kecil dan membosankan itulah yang sebenarnya membawa kita pada suatu tujuan mulia, kalau saja kita mau mencari tahu dan menajamkan visi. Dan segala sesuatu yang kecil tapi enak bisa menjerumuskan kita pada jurang yang dalam. Pilih yang mana ?

====================================================================

Bacaan : Luk 16:9-15

“Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah

Leave a Reply

Required fields are marked *.